web page hit counter
Jumat, 4 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Komunitas Paingan (KOMPAI) : Merangkul Tanpa Batas

1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM –  Salah satu unit kegiatan mahasiswa untuk segala kalangan yang mau melayani dan mengasah kemampuan.

Komunitas Paingan, lebih dikenal dengan sebutan KOMPAI, merupakan sebuah komunitas
berbasis kerohanian yang berada di Kampus III Paingan, Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Jawa Tengah. KOMPAI adalah salah satu komunitas dibawah pengawasan Campus Ministry USD. Komunitas ini dibentuk atas sebuah kerinduan dan menjadi rumah kedua bagi mahasiswa–mahasiswi Kampus III Paingan.

 

Rindu Ekaristi

Awalnya, mahasiswa di Kampus III Paingan yang ingin mengikuti Perayaan Ekaristi di hari Minggu harus bertolak ke Kapel Santo Robertus Bellarminus, Kampus Mrican USD dan mencari paroki–paroki terdekat. Mereka pun terpencar jika ingin mengikuti Perayaan Ekaristi. Suatu saat, muncul gagasan untuk membuat Perayaan Ekaristi di kampus agar lebih dekat dan mereka bisa berkumpul bersama.

Mereka mulai mencari petugas liturgi mulai dari imam, prodiakon, misdinar, lektor, kor, dan menjadi tata laksana untuk menyiapkan Ekaristi. Semuanya itu dilakukan dengan sukarela. Seiring berjalanan waktu, mahasiswa–mahasiswi di Kampus Paingan ini semakin banyak yang terlibat, maka beberapa di antara mereka memiliki inisiatif membentuk sebuah komunitas, terbentuklah KOMPAI hingga saat ini.

Bonifasius Victor Imanuel Gultom, akrab disapa Imanuel, membeberkan bahwa KOMPAI sudah ada sejak lama, walaupun tidak tahu pasti tahun berapa terbentuknya. “Kami sempat melihat di sosial media, ada grup kakak-kakak alumni KOMPAI angkatan 2005, jadi bisa disimpulkan sudah cukup lama KOMPAI ada di Kampus Paingan,” tambahnya.

 

Memanfaatkan Medsos

Kegiatan KOMPAI mulanya hanya mempersiapakan Ekaristi. Namun beberapa anggota suka dengan pelayanan sosial, menyanyi, olahraga, dan membuat ide-ide untuk mengisi acara kegiatan. Maka, dibentuklah divisi-divisi yang sesuai dengan minat anggotanya.

Menurut Florentina Sri Ratnaningrum, kerap disapa Flo, KOMPAI memiliki delapan divisi, yakni Divisi Misdinar, Kor, Lektor, Merangkai Bunga, Jasmani & Rohani, Hubungan Masyarakat (HUMAS), Tim Kreatif dan Divisi Usaha Dana. Dengan adanya divisi tersebut, KOMPAI dapat merangkul semua mahasiswa di Kampus Paingan.

KOMPAI hadir mendukung dalam hal- hal yang berhubungan dengan jalannya Perayaan Ekaristi sedangakan masa pandemi membuat semua organisasi, kelompok atau komunitas untuk berkegiatan secara daring. Veronika Lala menyebutkan beberapa kegiatan daring yang telah diusung seperti Doa Rosario bersama Komunitas Mahasiswa Katolik di Yogyakarta mengadakan pertemuan di zoom, sekadar percakapan ringan dan santai atau bahkan mengusung ide- ide, seperti virtual choir. Setiap divisi berkumpul secara daring setiap bulannya, merangkul para anggotanya agar tidak hilang.

“Kami mulai memanfaatkan sosial media yang kami miliki seperti Instagram, Facebook dan Youtube. Salah satunya kami membuat renungan harian di Instagram. Setiap minggu, kami juga membuat konten mengenail kisah orang kudus, agar para anggota juga menjadi tahu kisah di balik nama pelindung mereka,” tutur Imanuel.

Tidak membatasi

Express your service, towards others merupakan slogan yang digemakan oleh KOMPAI. Menurut Imanuel, kembali ke tujuan KOMPAI dibentuk, untuk mengajak mahasiswa-mahasiswi terlibat dalam mempersiapakan Perayaan Ekaristi. Namun, tidak sampai situ. “Kami memperkenalkan KOMPAI dan divisinya. Nah, kami berharap para mahasiswa- mahasiswi yang tertarik bergabung bukan karena kami sebagai sebuah komunitasnya aja, tetapi juga terlibat dalam divisi-divisi tersebut sehingga mereka mempunyai skill baru atau pengalaman baru,” tutur mahasiswa Teknis Mesin Angkatan 2019 ini.

Ia pun mencontohkan, beberapa mahasiswa yang sudah lama tidak bertugas sebagai misdinar. Kemudian saat kuliah dan mengenal KOMPAI, ia jadi tertarik bergabung dalam divisi misdinar. Ada juga bergabung dalam Tim Kreatif dan dapat menyalurkan ide-idenya

Menurutnya, KOMPAI tidak membatasi, artinya ada divisi-divisi yang memang dikhususkan untuk mahasiswa- mahasiswi yang beragama Katolik, ada juga untuk umum. “Biasanya divisi yang liturgis, baiknya bagi mereka yang beragama Katolik. Nah, yang nonliturgis, seperti Tim Kreatif, Jasmani dan Rohani, Tim Usaha dan Dana, dan merangkai bunga, siapapun dapat bergabung. Kami merangkul dan melayani semua kalangan,” ungkap Imanuel dengan semangat.

KOMPAI hadir sebagai wadah bagi para mahasiswa-mahasiswi yang bingung mau ikut kegiatan apa. Imanuel menambahkan, biasanya yang hendak bergabung di KOMPAI, mereka bertanya dulu, dan biasanya oleh pengurus KOMPAI diarahkan ke divisi yang sesuai.

Pertemanan Suportif

Febronia Anindwi Adristy, kerap dipanggil Anin, datang dari Jambi untuk mengenyam pendidikan di Yogyakarta. Saat masuk di Kampus III, ia melihat perkenalan KOMPAI dari video secara daring. Ia langsung bergabung di KOMPAI. “Selain untuk memperluas pertemanan, KOMPAI menjawab kerinduan saya untuk terlibat dalam kegiatan. Sejak di sini, saya jarang aktif di paroki setempat sehingga saya memilih untuk bergabung ke KOMPAI karena ada di kampus, lebih dekat,” tutur mahasiswi Teknik Informatika Angkatan 2020.

Hal yang sama yang dirasakan oleh Flo. Sebagai perantau yang jauh dari keluarga, mahasiswi Pendidikan Kimia Angkatan 2019 ini membutuhkan sebuah komunitas untuk memperluas ruang lingkup pertemanan. “Jadi tidak hanya teman sekelas atau teman satu kos saja, tetapi kami bisa menjalin relasi dengan teman yang beda fakultas bahkan di KOMPAI saya jadi mengenal kakak-kakak angkatan sebelumnya,” tutur umat Paroki Santo Paulus, Juanda, Sidoarjo ini. Flo mengakui, awal bergabung di KOMPAI karena kepo (ingin tahu). Baginya, ternyata kegiatan kampus juga bisa didampingi dengan kegiatan ibadah.

Kualitas pertemanan yang mereka dapat di KOMPAI adalah pertemanan yang suportif. Imanuel dengan percaya diri bergabung ke divisi merangkai bunga yang biasanya para perempuan yang bergabung dalam divisi ini. “Awalnya, saya dapat tugas hanya gunting-gunting batang bunga. Lama-lama saya diajari cara menamcapkannya dan membuat bentuk. Ya, walaupun berantakan, saya sama sekali enggak dimarahi. Enggak ada yang saling menyalahkan,” ujar umat Paroki Katedral Kristus Raja, Bandar Lampung ini.

Pertemanan yang mendukung satu sama lain di KOMPAI juga dirasakan oleh Lala. Umat Paroki Maria Assumpta, Tanjung, Ketapang ini pertama kalinya merantau dan membutuhkan komunitas sebagai teman seperjalanan.

“Buat saya yang berkesan saat bergabung di KOMPAI adalah ketika kami tidak bisa, kami tidak dimarahi tapi malah diajari. Saya pertama kali ikut bergabung di divisi misdinar dan sudah lama saya enggak bertugas misdinar. Sempet deg- degan ketika mau bertugas lagi, tapi kakak tingkat kami di sini dengan ramah dan sabar mau mengajari,” terang mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2019 sambil tersenyum.

Karina Chrisyantia


(HIDUP No.14, 3 April 2022)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles