Siapakah Yesus

124
Ilustrasi
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM Saat membaca Alkitab lebih teliti, saya menemukan ragam pandangan atau sebutan mengenai sosok Yesus? Ada yang menyebut-Nya Rabi, Anak Allah, Mesias. Jadi yang tepat itu, siapa Yesus, Romo? (Daneshwara, Slawi)

KETIKA pertama kali menyatakan tentang penjelmaan Allah Putera, Malaikat menyebut Yesus sebagai Anak Allah Yang Mahatinggi (Lih Luk. 1:32) dan Immanuel (Lih. Mat. 1:23). Dalam perkembangan kemudian Injil memperkenalkan berbagai sebutan tentang Yesus, Dia disebut atau dianggap sebagai nabi (Lih. Mat. 16:14; 21;11.46; 6:15; 8:28; 14:65; Luk. 7:16; Luk. 7:36; 9:19; 24;19; Yoh. 4:19; 7:40; 9:17) bahkan lebih daripada nabi (Lih. Mat. 11:9; Luk. 7:26). Malahan Yesus menggambarkan derita serta kematian-Nya di Yerusalem dalam gambaran bagai kematian seorang nabi (Lih. Luk. 13:33-34; Mat 23:37).

Sebutan lain juga ditemukan, misal Anak Manusia yang banyak kita temukan dalam Injil; Anak Manusia yang duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan (Lih. Mrk. 14:62), dengan segala kekuasaan dan kemuliaan- Nya (Lih. Mrk. 13:26) untuk mengumpulkan umat pilihan-Nya (Lih. Mrk. 13:27), dan dengan bersemayam di tahta kemuliaan (Lih. Mat. 19:28) untuk mengadili segala bangsa (Lih. Mat. 25:31- 46).

Persepsi atau pemahaman tersebut tidak bisa dilepaskan dari latar belakang pemahaman serta tradisi yang menyertainya. Hidup di lingkungan Yahudi yang sarat dengan tradisi kenabian, tentu gelar Yesus sebagai nabi menjadi dominan. Dia disebut pula sebagai anak Daud (Lih. Mat. 9:27;12:23: 21:9.15; Mrk. 10:27; Luk. 18:38-39; 20:41), karena memang janji Kemesiasan dari keturunan Daud. Dia adalah guru, atau rabi, sebab Dia mengajar dan memiliki murid (Lih. Mrk. 5:35; Yoh 11:28; 13:13). Tetapi Dia terutama adalah Mesias, yang terurapi, yang dijanjikan Allah, sebagaimana dinyatakan dalam pengakuan Petrus (Lih. Mat. 16:16: Mrk. 8:29; Luk 9:20), maupun pengakuan Marta (Lih. Yoh. 11:27), yang sebelumnya dicari oleh tiga orang Majus (Lih. Mat. 2:4). Malaikat ketika memberi kabar gembira kepada Maria, menyebut Yesus sebagai Anak Allah (Lih. Luk. 1: 35). Identitas diri Anak Allah tersebut akhirnya menjadi dakwaan utama di depan Sanhedrin (Lih. Mat. 26,63-64; Mrk. 14,61-62; Luk. 22,67- 69;Bdk.Yoh.10,24-25). Markus menempatkan pengakuan akan Anak Allah dikemukakan oleh prajurit yang ikut menyalibkan- Nya (Lih. Mrk 15:38).

Gereja perdana mengikuti Yesus sebagai Kristus, Putera Allah yang hidup. Kesaksian tersebut dikatakannya dicatat dalam Injil, sebagai kesaksian agar orang percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah (Lih. Yoh. 20,30-31). Hal ini sejajar dengan apa yang ditulis di permulaan Injil Markus, “Injil Yesus Kristus, Anak Allah” (Mrk. 1:1). Yesus sebagai Kristus dan Anak Allah akhirnya akan semakin diperkaya terutama dalam berbagai surat-surat Paulus. Intensi yang mendasari adalah intensi akan penyelamatan, bahwa Allah bertindak menyelamatkan. Paulus merumuskan kemudian, “Jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Rom. 10:9).

Segala sebutan atau gelar Yesus tersebut tidak salah, malahan memperkaya dan melengkapi pemahaman kita akan Yesus, sebagai Allah menjelma, sungguh Allah dan sungguh manusia, yang datang untuk mewujudkan karya keselamatan Allah. Kita, karenanya, diajak mengenali kekayaan Pribadi Yesus, tanpa bermaksud untuk memutlakkan atau memastikan pemahaman tertentu, sebab Dia tetap adalah misteri. Si comprehendis, non est Deus, demikian dikatakan Augustinus, kalau kita memahaminya pasti, tentulah Dia bukan Allah. Kita biarkan saja kekayaan penggambarkan tentang Yesus memperkaya kita, agar kita semakin diperkaya oleh keberagaman penggambarkan tersebut, semakin semakin mengenal-Nya lebih luas dan kaya.

Sebagaimana setiap pribadi adalah misteri, tidak bisa disebut atau digambarkan dalam satu ungkapan atau sebutan, demikian pula Yesus. Kita diajak masuk ke dalam keberagaman sebutan tersebut agar kita semakin masuk ke dalam misteri hidup-Nya dan diperkaya oleh-Nya.

HIDUP NO.32, 7 Agustus 2022

 

Romo T. Krispurwana Cahyadi, SJ 
(Teolog Dogmatik)

 

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here