Makna Terdalam Amnanesis

342
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Romo, saya agak bingung, mengapa dalam salah satu anamnesis yang baru tidak ada disebut soal kebangkitan tetapi soal “wafatMu kami wartakan…” Bukankah inti iman kita soal kebangkitan Kristus? (Sandro, Bekasi)

SALAH satu bagian dalam Ekaristi yang penting dan hendak mengungkapkan dasar mengapa umat Katolik meyarakan Ekaristi adalah Anamnesis. Amnanesis berasal dari bahasa Yunani “ἀνάμνησις” yang berati peringatan atau kenangan. Namun, peringatan atau kenangan yang dimaksud dalam kata “anamnesis” bukan sekadar kenangan di masa lalu tetapi anamnesis merupakan kenangan yang terjadi pula pada saat kenangan itu dihadirkan kembali.

Oleh sebab itu, anamnesis sebenarnya ungkapan iman yang hendak menegaskan bahwa “Gereja mengenangkan sengsara, kebangkitan, dan kedatangan kembali Yesus Kristus dalam kemuliaan” (KGK 1354). Atau dengan kata lain, anamnesis adalah bentuk ungkapan imam yang membawa kembali apa yang dimandatkan oleh Tuhan Yesus kepada para rasul untuk merayakan selalu peristiwa pada saat Tuhan Yesus memberikan “Tubuh dan Darah-Nya” saat Ia mengatakan: “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk. 22:19).

Berkaitan dengan pertanyaan Anda tentang mengapa dalam anamnesis yang baru tidak ada kata kebangkitan, perlu terlebih dahulu juga memahami bahwa Tata Perayaan Ekaristi (TPE) yang baru diterbitakan oleh KWI bukanlah “baru” secara rumusan.

Sebaliknya, TPE yang baru hendak diterjemahkan lebih setia dari Bahasa Latin supaya orang Katolik Indonesia semakin merasakan kesatuan dengan Gereja Universal. Kata-kata original yang Anda tanyakan sebenarnya dari Bahasa Latin: Quotiescúmque manducámus panem hunc et cálicem bíbimus, mortem tuam annuntiámus, Dómine, donec vénias (Setiap kali kami makan roti ini, dan minum dari piala ini, wafat-Mu Tuhan, kami wartakan hingga Engkau datang).

Dengan demikian, terjemahan baru bukan menghapus atau menghilangkan kata “kebangkitan” yang dalam terjemahan lalu tercantumkan semua kata “kebangkitan” pada seruan anamnesis. Malahan jikalau ditelusuri kata-kata anamnesis tersebut diambil dari teks Surat Santo Paulus kepada Jemaat di Korintus: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”.

Kemudian, kita bisa bertanya kembali “Apakah ada yang salah jikalau salah satu dari anamnesis dari Doa Syukur Agung ada yang tidak mencantumkan kata ‘kebangkitan’?” “Bukankah itu kemudian menghilangkan inti iman kita”? Tentu, anamnesis tersebut bisa salah jikalau seorang memahaminya hanya sepotong saja atau hanya mengambil sebagian dari seluruh teks anamnesis, seperti cara Anda dengan hanya melihat tidak adanya kata “kebangkitan”.

Faktanya, anamnesis tersebut selalu mengungkapkan keseluruhan iman kita, meskipun kata “kebangkitan” tidak dinyatakan secara eksplisit. Hal tersebut dapat dipahami karena dalam Bahasa Latinnya ada kata-kata “donec venias” (sampai Engkau datang). Kata-kata ini tidak bisa muncul jikalau kata “kebangkitan” tidak ada dalam pemahaman anamnesis itu sebagai ungkapan iman Katolik.

Selain itu, kata kebangkitan bisa tidak perlu diungkapkan secara eksplisit karena ungkapan yang indah tidak harus dinyatakan secara penuh. Lagi pula, mereka yang menyatakan Anamnesis ini adalah orang yang beriman dan tahu bahwa “Kristus telah bangkit” karena seruan anamensis dengan diawali “Mysterium fidei” (Marilah menyatakan iman kita) telah mengungkapkan keyakinan iman Katolik bahwa: “Yesus telah wafat,Yesustelahbangkit,danYesusakankembali”.

HIDUP NO.33, 14 Agustus 2022

 

Romo Yohanes Benny Suwito Pr 
(Dosen Teologi Institut Teologi Yohanes Maria Vianney, Surabaya)

 

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here