Ketua Lembaga Biblika Indonesia, Romo Albertus Purnomo, OFM: Belajar untuk Rendah Hati

594
Romo Albertus Purnomo, OFM
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 28 Agustus 2022 Minggu Biasa XXII Sir.3:17-18, 20, 28-29; Mzm.68:4-5ac, 6-7ab, 10-11; Ibr.12:18-19, 22-24a; Luk.14:1,7-14

SANTO Agustinus dari Hippo pernah berkata demikian tentang kerendahan hati: “Adalah kesombongan yang membuat malaikat menjadi iblis; adalah kerendahan hati yang membuat manusia seperti malaikat.” Dan lagi, “Apakah engkau ingin naik? Mulailah dengan turun. Apakah engkau merencanakan untuk membangun sebuah menara yang menembus awan? Letakkanlah terlebih dahulu dasar kerendahan hati.”

Bagi Agustinus, kerendahan hati lebih dari sekadar satu dari banyak keutamaan yang harus dipraktikkan oleh orang Kristiani. Berangkat dari pengalaman pertobatannya, ia menegaskan, kerendahan hati sebagai lawan dari kesombongan, merupakan keutamaan Kristiani yang paling mendasar. Ia adalah dasar dari segala keutamaan.

Agustinus dari Hippo

Yesus Kristus, guru spiritual Santo Agustinus, sudah sering mengajarkan tentang kerendahan hati. Salah satunya dapat ditemukan dalam perumpamaan tentang para tamu yang diundang dalam sebuah perjamuan pesta perkawinan (Luk. 14:7-14). Dalam perumpamaan ini diperlihatkan, kerendahan hati adalah tanda hakiki seorang murid Kristus.

Status dan kesombongan diri adalah masalah sosial di berbagai kultur, tak terkecuali dalam masyarakat Yahudi pada zaman Yesus. Status membawa kekuasaan dan kekuasaan sering melahirkan kesombongan. Yesus melihat bahwa status, kekuasaan, dan kesombongan dapat merusak kehidupan spiritual seseorang. Ia menunjukkan, dari cara bersikap dalam sebuah pesta perjamuan, sudah dapat dilihat bagaimana tipikal orang tersebut. Mereka yang langsung mencari tempat kehormatan, duduk dekat tuan rumah, sudah pasti dalam pikirannya hanya ada keinginan untuk dihormati dan ingin diakui statusnya sebagai orang besar. Dengan statusnya itu, ia merasa lebih superior dari yang lain.

Yesus mengingatkan, ada bahaya jika mengejar tempat kehormatan, yaitu ia akan direndahkan. Orang yang lebih tinggi statusnya, bisa saja memintanya untuk berpindah ke tempat yang statusnya lebih rendah. Ini pastinya sangat memalukan. Sebaliknya, orang yang tahu dan sadar akan siapa dirinya, dan memilih tempat yang paling rendah, ada kemungkinan ia akan ditinggikan dengan diberikan tempat kehormatan. Itulah sebabnya, Yesus dengan tegas mengatakan prinsip ini, “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan.”

Di sini, Yesus tidak mengajarkan bahwa kita harus bersikap sebagai orang rendahan untuk menerima kehormatan yang lebih besar. Poinnya, jangan pernah mengejar dan merebut status dan kehormatan. Semuanya itu hanyalah hadiah, akan datang dengan sendirinya jika memang sudah sepantasnya. Yesus tidak menentang pemberian kehormatan kepada orang yang layak menerimanya. Tetapi Dia menentang penggunaan kekuasaan dan status untuk menyombongkan diri. Ingat, Allah menghormati orang yang rendah hati, dan jalan kerendahan hati menuju pintu gerbang surga.

Yesus melanjutkan ajaran tentang kerendahan hati dengan menasihati agar mereka yang diundang ke meja makan adalah mereka yang benar-benar membutuhkan dan yang tidak dapat membalas kebaikan tersebut. Hospitalitas atau keramahan harus terbuka untuk semua orang, bukan hanya untuk orang kaya, terkenal, atau anggota keluarga. Sebab, hospitalitas sejati tidak sama dengan sebuah kontrak sosial. Bukan mentalitas do ut des, aku memberi supaya engkau memberi. Jika Allah merangkul semua orang, mereka yang menghormati Allah seharusnya juga berbuat yang sama. Mereka yang miskin dan tidak berdaya, harus disambut dengan sukacita. Mereka yang memiliki hospitalitas dan kerendahan hati semacam ini, akan dijanjikan Allah berkat di dunia yang akan datang.

Ada banyak jalan menjadi rendah hati. Meski demikian, menempuh jalan kerendahan hati bukanlah tindakan yang mudah. Sebab, orang harus berani mengendalikan hasrat terdalam manusia: ingin berkuasa, ingin diakui, dan ingin dihormati. Kekuasaan dan kehormatan bukanlah sesuatu yang jahat. Tetapi jika orang sudah begitu terobsesi dengannya, maka kerusakan hidup spiritual sudah di ambang pintu. Ingatlah perkataan Yesus ben Sirakh “Makin besar engkau, patutlah makin kau rendahkan dirimu, supaya engkau mendapat karunia di hadapan Tuhan”. Marilah kita belajar untuk rendah hati.

“Adalah kesombongan yang membuat malaikat menjadi iblis; adalah kerendahan hati yang membuat manusia seperti malaikat.” – St. Agustinus

HIDUP, Edisi No.35, Tahun ke-675, Minggu, 28 Agustus 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here