Hari Raya Natal Bukan dari Tradisi Romawi

318
Kandang Natal dengan Boneka Kayu.
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Pertanyaan: Romo Benny, salam jumpa!  Perayaan Natal, yakni hari kelahiran Yesus, menurut informasi yang saya perolah, diambil dari kebiasaan Romawi yang menyembah Dewa Matahari. Sedangkan Tuhan menganjurkan supaya kita tidak berbohong. Natal seperti tidak benar pada hari kelahiran-Nya itu. Mohon pencerahannya, Romo. Terima kasih.

Maharani, Serpong

Informasi yang tidak benar sering kali muncul di kalangan umat Kristiani apalagi dengan adanya teknologi digital, terutama internet, yang sekarang membuat orang bisa jatuh pada pemahaman-pemahaman yang salah ketika informasinya disajikan asal-asalan dan bombastis. Hal ini juga terjadi sebagaimana pernyataan bahwa “Perayaan Natal kelahiran Yesus itu sebenarnya dari kebiasaan Romawi yang merayakan penyembahan dewa Matahari”. Namun, apakah ini data yang benar atau kah hanya untuk menyatakan bahwa perayaan Natal itu bukan dari Gereja Katolik?

Pertama-tama, harus diakui dan tidak bisa disangkal bahwa tidak ada data yang pasti kapan tanggal Tuhan Yesus lahir di dalam Kitab Suci. Inilah yang kemudian menjadikan kesulitan ketika banyak orang mempertanyakan apa benar tanggal 25 Desember sebagai hari lahir Tuhan Yesus. Apalagi perayaan Natal Gereja Katolik Timur dilaksanakan pada tanggal 6 Januari. Selan itu, pengakuan lain yang perlu diterima adalah bahwa orang Romawi merayakan juga Pesta Dewa Matahari pada tanggal yang sama. Hal ini memberikan kebingungan dan dugaan kesimpulan bahwa jangan-jangan Gereja Katolilk itu  mengambil tanggal 25 Desember sebagai Hari Raya Natal. Apalagi Perayaan Natal secara formal dirayakan seperti saat ini dimulai pada tahun 336 pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus.

Namun, memastikan apakah Hari Raya Natal adalah perayaan asli dari Gereja Katolik atau upaya Gereja untuk mengubah hari raya Dewa Matahari menjadi Hari Raya Katolik perlu menemukan data yang pasti akan hal tersebut sehingga orang bisa benar-benar menyatakan bahwa Perayaan Natal itu berasal dari pesta Dewa Matahari.

Berdasarkan catatan sejarah, Perayaan Dewa Matahari (Sol Invictus) sebenarnya dimulai sejak tahun 274 M pada masa Kaisar Aurelianus (214-275) yang menjadikannya perayaan keagamaan resmi bangsa Roma. Dan perayaan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Hari Raya Natal. Bangsa Romawi pada waktu itu hanya hendak menghidupkan kembali perayaan Satunarlia yang pada masa lampau dirayakan setiap tanggal 17 Desember sampai 23 Desember untuk menghormati Dewa Saturnus.

Bagaimana dengan Perayaan Natal? Perayaan Natal ternyata telah dilakukan sebelum Perayaan Dewa Matahari diadakan oleh Kaisar Aurelianus. Fakta ini dapat ditemukan pada Buku Komentar tentang Kitab Daniel dari Hipolitus dari Roma (170-235) pada tahun 204 M. Dia mengatakan dalam komentarnya bahwa “kedatangan pertama Tuhan kita menjadi manusia, ketika Dia lahir di Betlehem, yaitu delapan hari sebelum hari pertama Januari, hari keempat….”. Ini berarti pada tanggal 25 Desember. Bahkan ada yang juga menunjukkan bahwa Perayaan Natal sebenarnya telah dimulai sejak zaman Paus Telesoprus pada tahun 126 M. Sehingga, perayaan natal pada tanggal 25 Desember tidak bisa dikatakan sebagai hari yang “dicuri” dari orang romawi atau menggantikan hari Perayaan Dewa Matahai dari orang Romawi.

Selain data tersebut, untuk menyatakan bahwa perayaan Natal pada tanggal 25 Desember bukan mengambil alih perayaan Dewa Matahari (Sol Invictus) yang bareng dengan Hari Raya Natal, Paus Leo I pada abad kelima menyebut Hari Raya Natal adalah hari raya yang merayakan misteri inkarnasi, peristiwa sembilan bulan setelah Hari Raya Kabar Sukacita pada tanggal 25 Maret.

Maka, berdasarkan semua data tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa Gereja Katolik tidak pernah menipu dan berbohong tentang Perayaan Natal. Sejak awal Gereja telah menjadikan tanggal 25 Desember sebagai Hari Raya Natal.  Hari Raya Natal bukan dari tradisi Romawi karena Gereja mendasarkan pada sembilan bulan setelah Hari Raya Kabar Sukacita yang dirayakan pada tanggal 25 Maret adalah Hari Raya Natal.

Pengasuh: Romo Yohanes Benny Suwito, Dosen Teologi Institut Teologi Yohanes Maria Vianney, Surabaya, Jawa Timur

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here