Suami Terpukul, Isteri Selingkuh dengan Pengurus Paroki

414
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Romo Ignas, saya begitu terpukul. Istri saya selingkuh dengan salah satu pengurus paroki saya. Saya tidak tahu, apakah saya yang salah sebagai suami atau isteri yang salah. Yang pasti saya sudah berusaha menjadi suami dan ayah yang baik. Sayang sekali bahwa pengurus itu tidak menyadari itu dan seperti tidak ada masalah. Bertemu dengan saya pun seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Hati saya hancur dan tidak tahu harus bagaimana. Mohon pencerahan, langkah apa yang harus saya ambil.

Ignasius G, Pontianak, Kalimantan Barat

Bapak Ignasius yang baik, terimakasih atas pertanyaan yang merupakan curahan hati Bapak terdalam. Tentu saja, saya bisa ikut merasakan betapa terpukulnya perasaan Anda, mengetahui istri berselingkuh dengan tokoh umat di paroki Anda. Padahal Bapak merasa sudah menjadi suami dan ayah yang baik. Bapak juga sangat menyesalkan sikap tokoh umat tersebut yang tidak menyadari hal itu dan bahkan saat bertemu seperti tidak terjadi apa-apa. Berikut ini beberapa tanggapan saya

Pertama, pilihan untuk mengasihi pasangan di dalam perkawinan dilakukan suami-istri berdasarkan pada janji perkawinan. Membangun kebersamaan sebagai pasangan suami-istri menunjukkan kepada semua orang yang menikah apa arti perjanjian dalam sebuah perkawinan. Perselingkuhan yang terjadi sebenarnya menggambarkan pelanggaran yang real dan nyata terhadap konsep perjanjian perkawinan yaitu janji untuk setia dalam untung dan malang, setia di waktu sehat maupun sakit serta janji untuk saling mengasihi dan menghormati sepanjang hidup. Sebab itu, penting bagi pasangan suami-istri untuk mengalami pertobatan secara teratur supaya perkawinan mereka tidak hanya disegarkan tetapi terlebih keduanya mengalami pemurnian perjanjian terus-menerus.

Kedua, tetap berteguh hati dan jangan menyerah dengan menunjukkan kesetiaan dan kasih yang tulus terhadap isteri. Hidup bersama suami-istri dalam perkawinan membutuhkan keteguhan hati serta kekuatan untuk tidak mudah menyerah satu sama lain terutama saat situasi perkawinan menjadi tidak mudah dan sulit. Sudah pasti, bahwa situasi ini membuat kehidupan perkawinan menjadi sesuatu yang sulit dan tidak mudah untuk dijalani. Maka penting bagi Bapak, membawa perkawinan ini dalam doa untuk menimba kekuatan dari Tuhan yang tidak pernah menyerah pada dosa dan sikap tidak setia manusia.

Ketiga, situasi padang gurun dalam kehidupan manusia adalah tempat kita belajar untuk mempercayai penyertaan Tuhan. Tentu saja, hal yang sama berlaku dalam perkawinan. Berbagai masalah yang dihadapi pasangan suami-istri dalam perkawinan terlebih ketidaksetiaan pasangan menyebabkan orang mengalami situasi kekeringan padang gurun. Bagi orang beriman, situasi padang gurun adalah tempat orang belajar untuk mempercayai penyertaan Tuhan sebulat hati. Tidak ada keadaan atau situasi dalam kehidupan manusia termasuk dosa yang menghapus kasih-setia Tuhan. Itulah sebabnya, perkawinan merupakan sebuah perjalanan rohani untuk mempercayai kasih setia Tuhan dan menunjukkan kasih setia Tuhan itu kepada pasangan yang jatuh dalam dosa ketidaksetiaan.

Keempat, tetap berusaha menjaga keintiman dan kedekatan dengan istri Anda. Perasaan dekat sebagai pasangan merupakan modal utama sebuah perkawinan yang stabil dan sehat. Sikap tidak setia pasangan harus dilawan dengan kasih yang tulus dan pengampunan yang murah hati. Secara konkret hal itu berarti, tidak membiarkan perasaan negatif menguasai hati Anda tetapi dengan bantuan rahmat Tuhan terus sekuat tenaga berusaha untuk memahami kelemahan pasangan dan memberikan maaf kepadanya atas kesalahan yang dilakukan terlebih sikap tidak setia pada janji perkawinan yang diucapkan.

Kelima, krisis dalam perkawinan seringkali memperoleh jalan keluar yang benar dan memuaskan dengan pendampingan Gereja. Ada banyak sebab yang melahirkan krisis dalam perkawinan. Salah satu di antaranya berkaitan dengan sikap pribadi pasangan seperti ketidaksetiaan. Krisis seperti ini tidak bisa dihadapi dengan terburu-buru saling menyalahkan. Bantuan yang tepat yaitu pendampingan yang konkret dari Gereja seringkali mendorong semangat untuk bertobat sehingga krisis dalam perkawinan menemukan jalan keluar yang memuaskan. Sebab itu, ada baiknya Bapak memperoleh pendampingan Gereja dengan menemui pastor paroki atau pastor yang barangkali Anda kenal dekat.

Romo Ignas Tari, MSD-Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Banjarmasin/Dok. Pribadi

Pastor Ignas Tari, MSF
Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Banjarmasin

 HIDUP, Edisi No. 13, Tahun ke-77, Minggu, 26 Maret 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here