Rasul Yohanes: Paling Muda namun Berkarya hingga Lanjut Usia

784
5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Yohanes masih remaja ketika bersama kakaknya memutuskan mengikuti panggilan Yesus. Saat itu ia baru sekitar 15-20 tahun, ada sumber yang mengatakan ia lahir pada tahun 6M namun ada sumber lain yang menuliskan tahun 11 M sebagai tahun kelahirannya. Tak heran bila dikatakan bahwa Yohanes adalah murid termuda. Sementara kakaknya, Yakobus belasan tahun lebih tua dibanding dirinya.

Yohanes dan Yakobus adalah putra dari pasangan Zabedeus dan Salome. Mereka adalah keluarga nelayan yang mencari kehidupan dari danau Galilea. Zebedeus cukup berada, sehingga bisa memiliki kapal penangkap ikan dan membayar orang upahan yang membantunya saat melaut. Danau Galilea memang sangat luas, sekitar 166 km2 memiliki lebar 13 km dan panjang 21 km. Jadi nampak seperti lautan.

Keluarga ini sudah sering mendengar dari Yohanes Pembaptis dan kabar pertobatan yang diserukan olehnya. Tentu juga kisah tentang Yesus sang Mesias yang selalu diwartakan oleh Yohanes Pembaptis. Maka ketika pagi hari itu, Yesus menghampiri mereka yang sedang merapikan jala dalam kapal dan memanggil Yakobus dan Yohanes untuk mengikuti-Nya, tanpa ragu Zebedeus dan Salome mengijinkan. Jadilah dua kakak beradik ini menjadi murid-murid Yesus. Kelak setelah Zebedeus meninggal dunia, Salome  juga menyusul ikut dalam rombongan Yesus dan para murid. Salome bersama Bunda Maria, Maria Magdalena, dan beberapa perempuan lain setia mendampingi Yesus dan rombongan, bahkan sampai Yesus meninggal di kayu Salib.

Walau menyandang predikat Rasul paling belia, keempat Injil mencatat bahwa Yohanes selalu diikut sertakan dalam berbagai peristiwa penting perjalanan Yesus. Bertiga dengan Petrus dan Yakobus kakaknya, ia hadir dalam peristiwa transfigurasi di Gunung Tabor (Mat. 17:1, Mar. 9:2, Luk. 9:28), peristiwa penyembuhan ibu mertua Petrus (Mar. 1:29-31), ketika Yesus membangkitkan putri Yairus (Mar. 5:22-43, Luk. 8:40-56), dan ketika Yesus berdoa dalam kegentaran mendalam di Taman Getsemani (Mat. 26:37, Mar. 14:33). Lalu hanya berdua dengan Petrus, ia dikirim Yesus untuk mempersiapkan perjamuan Paskah (Luk. 22:8).

Yohanes juga menjadi murid pertama yang tiba di makam kosong setelah mendapat kabar dari Maria Magdalena. Sekaligus yang pertama percaya bahwa Yesus telah bangkit (Yoh. 20:3-8). Selain itu, Yohanes adalah satu-satunya rasul yang berada di bawah Salib dan menerima wejangan terakhir Yesus untuk menerima Bunda Maria sebagai bundanya (Yoh. 19:25-27).

Kedekatan Yohanes dengan Yesus, teruji saat penampakan Yesus di tepi danau Galilea. Yohaneslah yang pertama kali mengenali-Nya ketika ia berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan” (Yoh. 21:7). Yesus yang bangkit pun bernubuat tentang Petrus dan Yohanes (Yoh. 21:20-23). Kepada Petrus, Yesus berkata: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi Engkau: Ikutlah Aku”. Yohanes menjadi satu-satunya Rasul yang hidup sampai usia lanjut dan wafat normal. Sedangkan Petrus wafat disalib seperti Yesus, walaupun sesuai permintaannya, ia disalib terbalik.

Yohanes tidak hanya dekat dengan Yesus tapi juga dengan Petrus. Setelah kepergian Yesus, hampir sepanjang waktu, Yohanes mendampingi Petrus seperti tercatat dalam Kisah Para Rasul. Saat Petrus menyembuh orang lumpuh sejak lahir (Kis. 3:1-11). Saat mereka berdua ditangkap, dipenjara, dan diadili oleh para imam di Mahkamah Agama (Kis. 4:1-21). Yohanes  pun mendampingi Petrus ke Samaria untuk mencurahkan Roh Kudus kepada baptisan baru (Kis. 8:14).

Tradisi Gereja mencatat Yohanes merasul ke Propinsi Parthia, di kalangan orang-orang Yahudi. Pada tahun 62M ia datang ke Yerusalem untuk suatu pertemuan dengan rekan-rekan rasul yang masih hidup. Selanjutnya ia pergi ke Efesus (Izmir, Turki modern) dan Asia kecil. Ia mendirikan beberapa gereja di sana. Ia menulis ketiga surat gembala yang ada dalam Kitab Suci dari Efesus. Pada tahun 95M, saat usianya telah lanjut, ia ditangkap oleh rezim Raja Domitian. Dikirim ke Roma sebagai tahanan lalu dijatuhi hukuman digoreng hidup-hidup. Namun kuasa Tuhan bekerja, ia yang telah dimasukan dalam wadah berisi minyak mendidih, tidak mengalami luka sedikitpun. Sebelum dihapus tahun 1960, peristiwa ini pernah diperingati oleh Gereja setiap tanggal 6 Mei sebagai Pesta St. Yohanes di Gerbang Latin.

Karena hukuman gagal, ia dibuang dalam pengasingan di pulau Patmos (dekat Turki modern). Di Patmos inilah dipercaya Yohanes menulis Kitab Wahyu, walau kemudian para ahli menyatakan Yohanes bukan penulis dari kitab ini. Ia tidak lama ditahan di Patmos, ia dibebaskan setelah Raja Domitian meninggal.

Tahun 97, ia kembali ke Efesus. Saat inilah tradisi Gereja mempercayai ia menulis Injil keempat. Namun lagi-lagi para ahli meyakini tak mungkin Yohanes yang telah berusia di atas 90 tahun mampu menulis Injil keempat. Dipastikan penulis Injil Yohanes adalah para pengikutnya.

Di masa tuanya yang sudah lemah dan sakit-sakitan, Yohanes sering berpesan: “Anak-anakku terkasih, kasihilah seorang akan yang lain” Ketika ditanya, mengapa ia harus sering mengulang pesan ini, ia menjawab: “Karena inilah perintah Tuhan Yesus dan bila kamu melakukannya, itu sudah cukup”. Begitu indahnya pesan ini, maka Santo Hieronimus berpendapat: “Kata-kata ini haruslah terukir dalam huruf emas di hati setiap orang Kristen”

Yohanes meninggal di usia sekitar seratus tahun di Efesus. Gereja Katolik memperingati setiap tanggal 27 Desember. Pada makamnya pernah didirikan Basilika St. Yohanes, Seljuk, Turki. Namun kini tinggal puing-puing, walau masih menyisakan keempat kolom.

Marilah kita saling mengasihi sebagaimana pesan St. Yohanes di masa tuanya. Dengan saling mengasihi, maka berarti kita telah mengasihi Allah (Yoh. 14:15)

Fidensius Gunawan (Kontributor, Tangerang)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here