Stimulus untuk Anak Berbicara

101
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – SAYA selalu setia membaca kolom ini. Saya ingin bertanya bagaimana caranya melatih anak agar bisa efektif berbicara. Saya punya anak berusia 12 bulan, tapi respons bicaranya masih terlambat misalnya menyebut kata ba-ba dan ma-ma. Saya sudah memberi stimulus sederhana seperti mengajaknya berbicara tetapi saya merasa belum efektif. Apakah ada cara lain supaya anak bisa lancar berbicara? Wajarkah kita sudah harus bawa ke dokter di usia anak satu tahun? Mohon masukannya. Terima kasih.

Wirda Simbolon, Medan

Ibu Wirda yang terkasih, kekhawatiran Ibu tentang perkembangan bicara anak adalah sesuatu yang wajar. Prinsip utama dalam deteksi dini gangguan perkembangan anak adalah sesegera mungkin membawa anak kepada tenaga kesehatan profesional saat mengetahui ada sesuatu yang tidak wajar terjadi pada anak.

Jadi membawa anak yang baru berusia satu tahun kepada dokter untuk memeriksakan perkembangan bicara adalah sesuatu yang wajar. William Surya Hartanto, pada artikel, Deteksi Keterlambatan Bicara dan Bahasa pada Anak tahun 2018, menulis untuk anak-anak yang memiliki gangguan bicara dan bahasa perlu segera dirujuk kepada ahli patologi bicara dan bahasa sebelum menginjak usia 2 – 3 tahun yang merupakan usia perkembangan bahasa dan bicara.

Setiap orang tua memang selayaknya peka pada perkembangan bahasa anak. Kemampuan mendeteksi sejak dini gangguan perkembangan bicara pada anak memerlukan pemahaman yang baik tentang perkembangan bicara dan bahasa anak. Shetty, pada tahun 2012, melalui artikelnya, Speech and language delay in children: A review and the role of pediatric dentist menuliskan polaperkembangan bicara dan bahasa pada anak hingga usia 1,5 tahun.

Pertama, 1 – 6 bulan: berkata “ooh”, “aah”, “coo” saat merespon suara. Kedua, 6 – 9 bulan: bergumam. Ketiga, 10 – 11 bulan: menirukan suara seperti “papa” atau “dada” tapi tanpa arti. Keempat, 12 bulan: mengatakan “mama”, “papa”, atau “dada” dengan arti; pada usia ini juga mulai menirukan 2 sampai 3 kata. Kelima, 13 – 15 bulan: memiliki perbendaharaan 4 – 5 kata; masih banyak kata-kata anak yang sulit dipahami orang lain. Keenam, 16 – 18 bulan: perbendaharaan kata semakin banyak (hingga 10 kata); semakin banyak kata-kata anak yang dipahami orang lain.

Ibu Wirda, jika memang Ibu melihat perkembangan bicara anak Ibu tidak seperti yang ditulis oleh Shetty (2012), maka sebaiknya segera dibawa ke ahli patologi bicara dan bahasa. Jika memang diperlukan pemberian terapi wicara maka, seperti yang ditulis oleh Sunanik pada artikel ilmiah Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada Anak Terlambat Bicara, akan ada beberapa teknik terapi yang bisa dijalankan, seperti teknik ABA (Applied Behavior Analysis) dan teknik sensoriintegrasi (SI). Setiap teknik terapi yang dijalankan adalah teknik yang efektif. Hal yang bisa membuat teknik ini tidak efektif terletak pada ketidaktepatan penggunaan teknik terapi atau teknik tidak sesuai dengan kondisi anak. Hal lain yang penting untuk dipahami ialah bahwa terapi wicara membutuhkan proses yang lama. Terapis dan orang tua perlu sama-sama tekun dan bersabar dalam proses terapi yang dijalani anak.

Ibu Wirda, pada terapi mandiri yang dilakukan oleh orang tua kepada anak, perinsip – prinsip yang sama juga berlaku. Semua bentuk latihan mandiri akan efektif bila sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak. Guna mengetahui bentuk latihan apa saja yang tepat diberikan kepada anak, maka orang tua perlu konsultasi dengan tenaga ahli yang lebih profesional.

Prinsip berikutnya, bahwa terapi wicara memerlukan proses yang lama, juga berlaku pada pemberian latihan mandiri. Setiap pihak perlu bersabar dan bertekun dalam latihan mandiri yang diberikan. Usaha Ibu Wirda melatih anak dengan mengajak berbicara adalah sesuatu yang luar biasa. Ibu bisa mengkombinasikannya dengan melatih anak mengucapkan kata-kata sederhana seperi “mama” atau “papa”. Saat melatih, kata-kata itu perlu dilafalkan dengan pelan, intonas ijelas, serta gerak bibir/ mulut yang juga jelas. Saat berlatih sedapat mungkin tidak berada di dekat televisi, radio, telepon seluler yang menyala supaya anak bisa fokus.

Anak perlu diberi penghargaan atas setiap kemajuan kecil yang berhasil dilakukan dan hindari melakukan pemaksaan dan kekerasan. Lama waktu latihan tidak terlalu penting bila dibandingkan dengan intensitas latihan.

Laurentius Sandi Witarso/
Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here