Dari Munas Unio Ke-14: Bagaimana Berpastoral dalam Konteks Indonesia

166
Para imam diosesan dari 37 Keuskupan di Indonesia mengawali rangkaian pembukaan Munas XIV Unindo di Mataloko.
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – TERBENTUKNYA wadah persaudaraan imam diosesan Indonesia terjadi melalui proses yang panjang. Tonggak sejarah itu dimulai pada tanggal 25 April 1935, saat Johanes Boen Thiam Kiat ditahbiskan menjadi imam di Pangkalpinang, Bangka. Ia menyelesaikan pendidikannya sebagai calon imam di Seminari Tinggi di Penang (Malaysia) dan Hong Kong. Hal itu terjadi karena pada saat itu belum tersedia rumah formasio calon diosesan di Indonesia.

Suasana Studi Bersama pada Munas bersama para pembicara.

Pada tahun 1936, Vikaris Apostolik Batavia, Mgr. Petrus Johannes Willekens, SJ memutuskan untuk mendirikan Seminari Tinggi St. Paulus Yogyakarta yang menjadi rumah pembinaan pertama bagi para calon diosesan di Indonesia. Sejak berdirinya Seminari ini, benih-benih calon diosesan pun mulai dibina di sini. Pada 26 April 1942, buah sulung ditahbiskan menjadi ima: Aloysius Purwadihardja (Semarang), H. Voogdt (Padang), Simon Lengkong dan Wenceslaus Lengkong (Manado).

Seiring dengan bertambahnya jumlah diosesan, wadah persaudaraan para imam diosesan pun mulai dirintis. Hal ini ditandai dengan terbentuknya Unio Keuskupan Agung Semarang pada 15 Juli 1955. Saat Unio Semarang mengadakan pertemuan di Wisma Salam Yogyakarta, pada 28-29 Juni 1977 sejumlah perwakilan diosesan dari Bogor, Bandung, Purwokerto, Denpasar, Manado, Atambua, dan Merauke hadir. Dalam pertemuan tersebut gagasan membentuk wadah persaudaraan Unio Indonesia dengan pedomannya dicetuskan. Gagasan itu ditegaskan dalam Munas I di Jakarta pada 14-17 Juni 1983 yang dihadiri perwakilan diosesan dari 19 keuskupan. Dalam pertemuan tersebut Unio Indonesia secara resmi terbentuk.

Sejak Unio Indonesia (Unindo) terbentuk, para pemrakrasa bersama para uskup pun sudah memikirkan dan menyusun sebuah pedoman Unio Indonesia. Pedoman tersebut terus mengalami penyempunaan dan pembaruan agar para diosesan dapat semakin menghayati rahmat panggilan sesuai dengan kebutuhan pelayanan pastoral Gereja dalam konteks Indonesia.

Pada Munas VIII Unindo di Palasari, Denpasar, Bali pada 27-30 Juni 2005 Pedoman yang baru disahkan. Dalam pedoman itu ditegaskan bahwa para imam diosesan Indonesia diharapkan dapat menanggapi rahmat panggilan dalam konteks Indonesia. Melalui Unio, para imam yang menjadi anggotanya diharapkan dapat saling membantu sebagai saudara untuk memupuk kesucian dalam pelayanan, menyuburkan hidup dalam pembinaan terus-menerus, dan membina persatuan dalam wadah Unio menuju terwujudnya Kerajaan Allah dalam dunia (Bdk. KHK kan. 278).

Dalam agenda Munas XIV di Mataloko, Ngada, Nusa Tenggara Timur ini, selain pendalam tema “Berpastoral Di Tengah Arus Migrasi”, peserta juga mengikuti Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Pengurus Unindo 2021-2023 dan pemilihan Pengurus masa bakti 2023-2026. Pada sesi pemilihan yang dilaksanakan Rabu (27/9/2023), terpilihlah Romo Florens Maxi Un Bria, imam Keuskupan Agung Kupang menjadi Ketua menggantikan Romo Paulus C. Siswantoko yang berasal dari Keuskupan Purwokerto.

Estafet Kepengurusan Unio Indonesia 2023-2026. Ketua Unindo yang baru Romo Florens Mati Unio Bria (Keempat dari kanan).

Dalam pelayanan kepengurusan, Romo Maxi dibantu Wakil Ketua dan Kepala Pastoran Unindo, Romo Frans Kristi Adi P. (Keuskupan Purwokwerto), Sekretaris Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro (Keuskupan Agung Semarang) dan Romo Henricus Vidi Krista Hapsoro (Keuskupan Malang), Bendahara Romo Rudolf Yoseph Tjung Lake (Keuskupan Agung Kupang) dan Romo Antonius Suhardi Antara (Keuskupan Agung Jakarta), dan Tim Ongoing Formation (OGF), Romo Martinus Emanuel Ano (Keuskupan Denpasar) dan Romo Jeff Woi Bule (Keuskupan Agung Ende).

Selain itu, untuk mempermudah koordinasi antara pengurus Unio Indonesia, Unio Regio, dan Unio Keuskupan juga dipilih koordinator bagi masing-masing regio.  Pengurus baru dilantik Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsentius Sensi Potokota dalam Perayan Ekaristi Penutup Munas XIV Unindo di Gereja Paroki Mater Boni Consilii Bajawa pada Kamis (28/9/2023).

Peserta Munas XIV Uni Indonesia di Mataloko, Ngada-Flores, Nusa Tenggara Timur, 25-29/9/2023.

 10 Rekomendasi Munas XIX Unio Indonesia

  1. Umat Katolik bersama dengan umat yang beragama dan berkepercayaan lain bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dengan mengembangkan ekonomi kreatif dan mendampingi anak-anak agar tidak menjadi korban perdagangan manusia.
  2. Para imam diosesan bersama dengan para imam dari kongregasi dan lembaga hidup bakti yang lain turut memberikan pemahaman yang benar tentang bermigrasi yang sehat kepada umat serta pendampingan untuk keluarga-keluarga yang ditinggalkan.
  3. Para imam diosesan mendampingi kaum muda, khususnya mereka yang baru saja lulus sekolah atau sedang mencari pekerjaan agar tidak mudah terjebak dalam perdagangan manusia yang saat ini sudah memanfaatkan internet dan media sosial.
  4. Para imam diosesan bersama dengan tim kemanusiaan melakukan pendataan terhadap mereka yang menjadi korban perdagangan manusia, memberikan konseling, dan pendampingan yang berkelanjutan (advokasi) sehingga mereka dapat kembali bekerja serta melanjutkan hidupnya secara lebih baik.
  5. Keuskupan memasukan materi migrasi dalam kurikulum pendidikan di lembaga pendidilkan para calon imam sehingga para seminaris dan frater memiliki pengetahuan yang benar tentang migrasi dan nantinya akan menjadi imam-imam yang peduli dengan masalah migran.
  6. Keuskupan asal, transit, dan tujuan para migran membangun kerja sama untuk mempermudah penyelesaian masalah-masalah yang terkait dengan administrasi sakramental dan masalah kegerejaan yang lain
  7. Keuskupan membentuk atau memberdayakan Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran Perantau (KKP-PMP) serta menambah tenaga pastoral untuk meningkatkan pelayanan kepada para migran, khususnya mereka yang menjadi korban perdagangan manusia.
  8. Pemerintah bekerja sama dengan Gereja membuka Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan menjadi bekal bagi mereka yang akan bekerja di luar daerah
  9. Pemerintah memanfaatkan, mengelola, dan mempromosikan kekayaan alam yang ada sebagai tujuan wisata sehingga lapangan kerja baru terbuka bagi masyarakat setempat.
  10. Para penegak hukum menjalankan undang-undang dan peraturan terkait dengan tindak pidana perdagangan orang secara konsisten sehingga masyarakat sungguh-sungguh merasa terlindungi dan para pelaku perdagangan orang mendapatkan hukuman yang adil.

Pesan dan Harapan

Romo Blasius Ola Doren (Medan): “Tema yang didalami merupakan hal yang menarik karena menjadi keprihatinan sekaligus bagian dari pelayanan pastoral Gereja di tengah masyarakat. Semoga kita bisa berkolaborasi dengan banyak pihak terkait untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan”.

Romo Blasius Ola Doren

 Romo Jems Kosay (Jayapura): “Munas ini amat membantu, juga Keuskupan Jayapura secara khusus, karena Jayapura menjadi tempat banyak warga masyarakat dari Nusantara ini pmenetap dan bekerja. Berpastoral di tengah arus migrasi punya tantangan yang berat tetapi ada peluang-peluang yang baik untuk menemukan strategi pastoral yang tepat. Memang tidak gampang. Kegiatan dengan tema yang besar dan situasi pastoral yang menantang sesuai dengan tema yang diangkat, mudah-mudahan ini menjadi stimulus bagi kami untuk lebih mendalami tema ini”.

Romo Jems Kosay

Romo Yus Noron (Jakarta): “Materi sangat bagus dan menyentuh. Ini menjadi harapan, bukan hanya pemikiran tapi juga upaya kami untuk lebih memperhatikan masalah-masalah migrasi maupun hal-hal lain yang terkait dengan persoalan ini. Hal ini merupakan sesuatu yang perlu dipersiapkan lebih mendalam oleh imam projo KAJ karena memang belum punya yang secara khusus memperhatikan itu”.

Romo Yus Noron

Romo Yosep Sirilus Natet (Bogor): “Materi yang didalami merupakan hal yang terjadi di beberapa keuskupan tetapi juga berhubungan lintas keuskupan terkait dengan adanya arus migrasi yang dikatakan sebagai suatu keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Saya merasakan kepedulian dan keprihatinan dari imam-imam keuskupan sangat kuat dan sangat baik untuk ikut ambil bagian menyelesaikan persoalan yang terjadi. Ini menjadi semangat bersama yang harus kami bawa ke keuskupan kami masing-masing”.

Romo Yosep Sirilus Natet

Romo Arnold Bedi (Ende): “Kolegialitas ini menjadi pesan sukacita bagi imam projo. Dalam kesempatan pertemuan ini kami bisa saling mengenal satu sama lain, ada keakraban dan persaudaraan yang dibangun. Kami juga bisa mengetahui informasi tentang keuskupan lainnya terutama tentang arus migrasi yang menjadi tema pokok dalam pertemuan ini.”

Romo Arnold Bedi

Romo Fidelis Sajimin (Pontianak): “Sambil menikmati panorama sejarah, melihat jejak-jejak SVD di sini juga melihat karakteristik demografis juga cara hidup menggereja lokal di sini, ada yang muncul semacam wacana komparasi dengan tempat kami di Kalimantan. Semoga Pengurus baru dapat solid, mampu membangun komunikasi yang baik antar-Unio Keuskupan, membangun kerja sama antarimam diosesan dan memperhatikan pula ongoing formation, bina lanjut berjenjang bagi para imam”.

Romo Fidelis Sajimin

Kepengurusan Unio Indonesia 2023-2026

Pelindung dan Penasihat

  1. Agustinus Agus (Keuskupan Agung Pontianak)
  2. Hilarion Datus Lega (Keuskupan Sorong)
  3. Siprianus Hormat (Keuskupan Ruteng)
  4. Robertus Rubiyatmoko (Keuskupan Agung Semarang)

Pengurus

  1. Ketua: Romo Florens Maxi Un Bria (Keuskupan Agung Kupang)
  2. Wakil Ketua dan Kepala Pastoran Unio Indonesia: Romo Frans Kristi Adi P. (Keuskupan Purwokwerto)
  3. Sekretaris I: Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro (Keuskupan Agung Semarang)
  4. Sekretaris II: Romo Henricus Vidi Krista Hapsoro (Keuskupan Malang)
  5. Bendahara I: Romo Rudolf Yoseph Tjung Lake (Keuskupan Agung Kupang)
  6. Bendahara II: Romo Antonius Suhardi Antara (Keuskupan Agung Jakarta)
  7. Tim Ongoing Formation (OGF): Romo Martinus Emanuel Ano (Keuskupan Denpasar) dan Romo Jeff Woi Bule (Keuskupan Agung Ende)

 Koordinator Regio

  1. Regio Sumatera: Romo Lucius Poya Hobamatan (Keuskupan Pangkalpinang)
  2. Regio Kalimantan: Romo Fidelis Sajimin (Keuskupan Agung Pontianak) dan Romo Silpanus Dalmasius (Keuskupan Agung Samarinda)
  3. Regio Jawa: Romo Bernardus Jumiyana (Keuskupan Agung Semarang)
  4. Regio Manado, Amboina, dan Makassar (MAMS): Romo Albert Arina (Keuskupan Agung Makassar)
  5. Regio Nusa Tenggara (Nusra): Romo Maxi Regus (Keuskupan Ruteng)
  6. Regio Papua: Romo Samson Walewawan (Keukupan Agung Merauke)

 

Romo Titus Jatra Kelana dari Mataloko, Ngada-Flores, Nusa Tenggara Timur

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here