KAJ Serahkan Arsip Statis Covid-19 kepada ANRI

87
Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo (nomor dua dari kanan) dan Kepala ANRI, Imam Gunarto (nomor dua dari kiri), menandatangani berkas serah terima arsip statis pandemi Covid-19 Keuskupan Agung Jakarta. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) secara resmi menyerahkan arsip statis pandemi Covid-19 kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada Jumat (19/01/2024) di Gedung Karya Pastoral, Jakarta Pusat.

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo – didampingi Sekretaris KAJ, Romo Vincentius Adi Prasojo – menyerahkan secara simbolis arsip statis pandemi Covid-19 kepada Kepala ANRI, Imam Gunarto, setelah keduanya menandatangani berita acara serah terima arsip tersebut.

Selain menyerahkan arsip statis pandemi Covid-19, Kardinal Suharyo juga menyerahkan cinderamata berupa foto Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta kepada Imam. Begitu pun sebaliknya, Imam menyerahkan cinderamata dan piagam kepada Kardinal Suharyo.

“Penyerahan ini kami jalani dengan penuh kesadaran dan komitmen, karena kami menjalankan apa yang menjadi arahan Bapak Kardinal untuk mewujudkan, salah satunya, cinta tanah air. Maka kami dengan sadar dan mohon bantuan kerja sama dengan Arsip Nasional untuk merawat dan menyerahkan arsip statis dari pengalaman lembaga keagamaan seperti Gereja Katolik ini dalam mengatasi pandemi Covid-19 bersama dengan seluruh unsur masyarakat. Ini wujud nyata dari cinta tanah air,” ujar Romo Adi dalam sambutannya, mewakili KAJ.

Ia menambahkan bahwa penyerahan arsip tersebut menunjukkan komitmen KAJ dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

“Semoga ini menjadi awal dari tahap-tahap berikutnya untuk perawatan, khususnya perawatan arsip Keuskupan Agung Jakarta, yang pada waktunya tentu akan kami percayakan kepada Arsip Nasional supaya bisa menjadi bahan pembelajaran untuk generasi mendatang,” ungkapnya.

Sekretaris I Tim Kronik Pandemi Keuskupan Agung Jakarta, Rose Pratiwi, memperlihatkan piagam penghargaan dari ANRI (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Menurut Sekretaris I Tim Kronik Pandemi KAJ, Rose Pratiwi, ada 77 arsip statis tekstual penanganan pandemi Covid-19 – selama kurun waktu Maret 2020 sampai Agustus 2023 – yang diserahkan kepada ANRI. Dari jumlah ini, 61 arsip asli dan 16 arsip kopi.  

“Setelah melalui proses yang cukup panjang pada tanggal 13 Desember 2023 yang lalu, Tim Akuisisi ANRI telah berkunjung dan melakukan tahapan verifikasi untuk arsip statis pandemi Covid-19 di Keuskupan Agung Jakarta. Maka pada tanggal 29 Desember 2023, kami mendapat kabar dari ANRI mengenai persetujuan penyerahan arsip statis penanganan Covid-19 yang dilaksanakan pada siang hari ini,” ujarnya.

Harapannya, imbuhnya, arsip tersebut menjadi bagian dari memori kolektif bangsa terkait penanganan pandemi Covid-19.

Alat Mendidik Masyarakat

Sementara itu, Imam mengatakan ANRI menyimpan bermacam-macam arsip untuk diteliti dan dibaca masyarakat.

“Kadang-kadang kalau arsip itu wujudnya lembaran-lembaran tidak menarik, tetapi begitu diteliti oleh peneliti menjadi sebuah narasi yang bagus, yang bisa menjadi alat untuk mendidik masyarakat. Saya kira sangat baik sekali,” ujarnya.

Menyinggung soal urgensi penyerahan arsip statis pandemi Covid-19, ia mengaku menemui kesulitan ketika mencari referensi pandemi masa lalu. Kenyataannya, pandemi flu Spanyol pernah terjadi sekitar 100 tahun yang lalu.

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo (nomor dua dari kanan), dan Kepala ANRI, Imam Gunarto (nomor dua dari kiri), memperlihatkan dokumen serah terima yang telah ditandatangani. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Arsip yang diserahkan ini menjadi bagian dari keseluruhan arsip tentang peristiwa Covid-19 yang menerjang negara kita. Insyaallah nanti anak-cucu kita bisa belajar dari apa yang kita lakukan saat ini,” ungkapnya.

Ia juga menyebutkan bahwa ANRI saat ini menyimpan berbagai macam arsip sejak awal abad ke-17, dan arsip tertua berasal dari tahun 1602.

“Sampai sekarang arsip kami sekitar 30 kilometer linear, kalau dijejer Jakarta-Bogor. Itu yang kertas. Kemudian arsip foto sekitar lima juta. Arsip film kalau diputar dua tahun tidak selesai. Filmnya campuran, ada dokumenter, cerita. Dan banyak lagi arsip lain, seperti arsip peta, ada ratusan ribu lembar,” jelasnya.

Hidup Berdampingan

Saat menyerahkan cinderamata, Kardinal Suharyo menjelaskan bahwa foto Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta merupakan lambang pengharapan. 

“Ini adalah foto Masjid Istiqlal, difoto dari Keuskupan Agung Jakarta. … Harapannya, kita – sebagai bangsa Indonesia – selalu bisa hidup berdampingan, menjadi warga yang baik, yang bertanggung jawab,” ujarnya.

Ia lantas menceritakan sekilas sejarah masa lalu terkait Masjid Istiqlal.   

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo (nomor dua dari kanan), menyerahkan cinderamata kepada Kepala ANRI, Imam Gunarto (nomor dua dari kiri), sambil menjelaskan makna dari cinderamata tersebut. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Intinya, dulu Presiden Soekarno dengan sengaja meletakkan atau menentukan, memilih tanah di sebelah sana, yang sekarang berdiri Masjid Istiqlal. Dengan dua maksud. Maksud yang pertama adalah untuk menghilangkan memori kolektif, karena di situ dulu ada lapangan dengan nama Ratu Belanda dan ada benteng Belanda. Maka itu dihilangkan. Lalu masjidnya diberi nama Masjid Istiqlal, yang kita semua tahu artinya adalah kemerdekaan,” ungkapnya.

Prelatus itu juga mengatakan Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta telah dibangun, meski belum diresmikan. 

“Tidak sekadar terowongan tempat orang lewat, tetapi Imam Besar Masjid Istiqlal dan kami – dari Katedral – berpikir ini kesempatan yang sangat bagus untuk mengedukasi masyarakat. Nanti dari Masjid Istiqlal ke Katedral, atau dari Katedral ke Masjid, itu akan melewati suatu terowongan dengan hiasan yang sangat simbolik,” pungkasnya.

Katharina Reny Lestari 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here