Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang: Menggembirakan dan Menantang

183
Mgr. Petrus Turang (Foto: Dok KAK)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 28 Januari 2024 Minggu Biasa IV), Ul.18:15-20; Mzm.95:1-2, 6-7, 8-9; 1Kor.7:32-35; Mrk.1:14-20

DENGAN otoritas mana, Dia melakukan semua ini? Kehadiran Yesus di Sinagoga membawa suatu keadaan yang menggembirakan dan menantang. Yesus menghadirkan diri sebagai pribadi yang punya kewibawaan dalam membangun lingkungan hidup yang seimbang. Yesus menyuarakan suatu kehadiran yang membuka perubahan dalam cara berpikir dan cara memandang menurut kebiasaan orang-orang semasa-Nya.

Kehadiran-Nya membuka mata para pendengar, sehingga mereka kagum dan bertanya: Dari mana Dia mendapat daya hidup yang memberdayakan orang lain? Bagaimana Dia mengajar secara berwibawa melebihi orang-orang sezaman-Nya yang berpendidikan seperti para ahli Taurat? (lih. Mk 1:22).

Kewibawaan Yesus tidak datang dari pembelajaran di sekolah atau tempat pelatihan, tetapi menyatu dengan kepribadian-Nya. Kesatuan dengan Bapa-Nya menjadi pernyataan daya wibawa dalam diri-Nya. Yesus setia pada perutusan yang diserahkan oleh Bapa-Nya. Yesus melakukan perutusan dalam bingkai kehendak Bapa-Nya.

Sikap dasar diri-Nya adalah melayani seutuhnya dan sepenuhnya. Tiada kesenjangan antara pribadi dan pelayanan-Nya. Kehadiran-Nya mendobrak kebekuan semasa yang menguncang-guncang jati diri manusia dalam perangkap kegelapan: “Apa ini? Suatu ajaran baru disertai dengan kuasa! la memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka taat kepada-Nya” (Mrk.1: 27).

Kewibawaan Yesus terletak pada kehendak-Nya untuk mewartakan Kerajaan Bapa-Nya, yaitu keindahan, kebenaran, dan kebaikan: “Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan”. Pada gilirannya, Yesus membuka panorama baru dalam membangun serta menghayati antarhubungan yang benar. Yesus membawa tanda keselamatan bagi orang yang tertindas, terpinggirkan, dan terbuang. Kehadiran-Nya menghardik kekuatan atau kuasa kegelapan dalam dunia: mengusir setan dalam diri orang yang kerasukan.

Yesus membawa tantangan untuk dunia baru, di mana tumbuh dan berkembang cara berpikir baru dan cara bertindak baru, yang mengganggu dan menggugat kebiasaan yang berlaku. Yesus menciptakan suatu tradisi baru, dimana orang belajar untuk saling menghormati dan saling menghargai dengan tulus. Yesus hadir untuk mencerahkan lagi martabat hidup manusia sesuai dengan rancangan penciptaan.

Kewibawaan Yesus mengungkap panggilan bagi setiap murid-Nya untuk mengembangkan kehadiran yang melayani dengan sungguh hati. Para murid, khususnya kaum awam, mendapat perutusan untuk membawa kabar keselamatan dalam tata dunia yang sedang sakit dan semakin rusak oleh kesombongan manusia.

Dengan “ego drama”, manusia “mencipta” suatu lingkungan yang gelap, tanpa jalan keluar. Yesus datang untuk memperkenalkan “theo drama” yang menganugerahkan banyak jalan keluar untuk kedamaian dan keadilan bagi siapa saja. Syaratnya, bersikap dan berperilaku seperti yang diteladankan oleh Yesus, yaitu menjadi pribadi yang berwibawa dalam sikap dan perilaku: tiada lautan atau ngarai yang mengantarai atau memisahkan perkataan dan perbuatan-Nya.

Kita umat beriman akan Yesus Kristus selalu berada dalam keterbatasan. Namun Kristus juga memanggil kita untuk “ikut Dia” dalam mencerahkan kehadiran pelayanan yang berwibawa, tanpa memperbudak sesama akibat kepentingan diri. Dengan menegaskan kembali hati nurani yang benar, kita tahap demi tahap belajar menjadi murid-murid yang selaras dengan kehendak Kristus, yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Kewibawaan Kristus tidak saja hadir dalam pewartaan-Nya, tetapi terutama dalam menyerahkan diri seutuhnya demi kebaikan kita: “Dalam keadaan sebagai manusia, la telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Fil 2:7-9).

Semoga kita senantiasa menyadari panggilan kita untuk menjadi berwibawa dalam perkataan dan perbuatan, agar hidup iman kita sejatinya semakin menegaskan diri sebagai pewarta sukacita Injil yang terpercaya dalam dunia yang semakin cenderung terpapar pada kekerasan kegelapan yang merusak kemanusiaan dan keutuhan lingkungan tercipta.

Dengan kerendahan hati, kita menyatukan diri dengan para pendengar Yesus yang merasa kagum atas kuasa berwibawa-Nya yang membawa perubahan hati. Dalam keterbatasan sebagai manusia, kita menyambut sapaan Kristus untuk menjadi sesama yang berhati nurani benar dan bijaksana dalam kewibawaan yang penuh kasih. Semoga demikian!

 “Yesus datang untuk memperkenalkan “theo drama” yang menganugerahkan banyak jalan keluar untuk kedamaian dan keadilan bagi siapa saja.”

Majalah HIDUP, Edisi No. 04/Tahun Ke-78, Minggu, 28 Januari 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here