Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM: Relevansi Seruan Yesus

131
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu Prapaskah I, 18 Februari 2024, Kej.9:8-15; Mzm.25:4b-5ab, 6-7bc, 8-9; 1Ptr.3:18-22; Mrk.1:12-15

BANGSA Indonesia baru menyelesaikan tahapan PEMILU. Sebagai warga bangsa ini, kita umat Gereja Katolik ikut terlibat aktif dalam proses pemilu. Tidak hanya terlibat aktif menyukseskan Pemilu, namun kita berjanji dan bertekad untuk turut bekerja keras dengan jujur dan adil dalam bidang kita masing-masing demi tercapainya Indonesia Jaya, makmur, adil merata.

Seruan Yesus “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” begitu tegas disuarakan pada Minggu I Masa Prapaskah. Seruan ini mendapat kedudukan istimewa sebab inilah seruan awal Yesus saat tampil di depan publik beriringan dengan pewartaan “Kerajaan Allah sudah dekat”. Seruan ini ditujukan kepada kita semua. Tentu saja makna dan signifikasinya tergantung pada komitmen kita untuk melakukan pesan Yesus ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks Firman Tuhan Minggu ini, Yesus memberikan 3 pesan kepada kita, umat katolik khususnya dan bangsa Indonesia umumnya untuk dilaksanakan:

Pertama, melakukan pertobatan. Negara ini membutuhkan orang-orang yang ‘mau’ dan ‘akan’ menata kembali hidup pribadi maupun hidup bersamanya seturut dengan kehendak Allah. “Bertobatlah” berarti berbalik kembali, yang secara khusus mengacu pada tindakan berbalik dari dosa dan kembali kepada Allah.

Di dalam Perjanjian Baru, gagasan pertobatan itu menyangkut perubahan hati (metanoia), yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan serta tindakan berbalik dari dosa kepada Allah dan kemudian mengabdi kepada-Nya. Pemahaman ini juga menegaskan bahwa orang yang bertobat berarti bertekad kembali, berputar haluan, meninggalkan jalan hidup sekarang yang kurang baik dan berniat untuk menjalankan cara hidup yang baru.

Tindakan pertobatan adalah pilihan kita yang secara bebas mau mendengarkan seruan kasih Allah dan hasrat tulus untuk mematuhi perintah-perintah-Nya. Tetapi pada sisi lain pertobatan adalah karunia Allah sebab Dialah yang menarik hati manusia kepada pertobatan melalui pekerjaan Roh Kudus. Tanpa anugerah Allah, tidak mungkin kita bisa mengalami pertobatan sejati.

Dalam kehidupan berbangsa, wajah dosa menjadi nyata dalam tindakan orang-orang yang melakukan korupsi, ketidakadilan dalam hal kesejahteraan hidup, mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan sendiri daripada kepentingan masyarakat banyak; tindakan “perdagangan manusia” secara terselubung demi kekayaan pribadi; perusakan alam lingkungan hidup demi hasrat ketamakan pribadi dan golongan.

Tindakan-tindakan ini menghalangi terwujudnya kesejahteraan sosial dan kemajuan bangsa. Maka ketika seruan Yesus “bertobatlah” dan semua anggota bangsa ini, baik para pejabat pemerintahan, aparat keamanan, para pemuka agama melaksanakannya, pastilah akan terjadi suatu pembaruan dalam hidup di masyarakat. Keadilan sosial, kesejahteraan umum, penghargaan terhadap martabat sesama manusia akan terwujud. Dalam arti itulah, seruan Yesus “bertobatlah” amat relevan untuk memajukan negara ini.

Kedua, percayalah kepada Injil. Percaya berarti mengandalkan Allah yang diwartakan kepada kita melalui Injil Tuhan Kita Yesus Kristus. Injil itu adalah Firman Allah dan Firman itu telah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Maka ketika dikatakan “Percayalah kepada Injil” berarti percaya kepada Yesus Kristus. Percaya kepada Yesus berarti kita mau membangun kehidupan ini dengan mengikuti tindakan dan ajaran-Nya. Tindakan-tindakan kita dilakukan atas dasar hukum kasih, berbelas kasih.

Ketiga, pemberian diri untuk dibaptis adalah tindakan sakramental bagi orang yang bertobat dan percaya. Penerimaan Sakramen Baptis merupakan muara dari perjalanan pertobatan dan iman seseorang. Kita yang sudah dibaptis ini diingatkan agar terus menerus melakukan pertobatan dan memperkokoh iman kepercayaan kita.

Maka setiap anggota Gereja diminta untuk membina terus menerus imannya (on-going formation). Dalam arti inilah, orang diminta untuk mendalami permenungan selama masa Prapaskah ini, melakukan devosi jalan salib, devosi kerahiman ilahi, KEP, Sekolah Misi untuk Anak-anak dan Remaja, Bina Iman Anak dan pembinaan iman berjenjang dilakukan.

Akhirnya, marilah kita menjalani masa Prapaskah ini dengan melakukan pertobatan dan transformasi diri terus menerus. Masa Tobat ini mesti menghasilkan tekad umat katolik untuk melakukan pertobatannya dalam tindakan-tindakan yang relevan bagi perbaikan bangsa dan negara kita tercinta, Indonesia

Pemuliaan Allah, terjadi dalam penghargaan terhadap martabat manusia dan tindakan merawat alam semesta ini.”

Majalah HIDUP, Edisi No.07, Tahun Ke-77, Minggu, 18 Februari 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here