web page hit counter
Minggu, 16 Februari 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Imam yang Dicintai Itu Menjadi Uskup

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – “MELALUI surat ini dan atas nama Nunsius Apostolik yang sedang  mengambil cuti tahunan, dengan sukacita, saya secara resmi mengukuhkan bahwa Paus Fransiskus telah mengangkat Pastor Agustinus Tri Budi Utomo yang saat ini menjabat sebagai Vikaris Pastoral sebagai Uskup Surabaya yang baru.”

Mendengar ini, seisi Katedral Hati Kudus Yesus, Surabaya pun bertepuk tangan. Peristiwa bersejarah ini terjadi saat Administrator Diosesan Keuskupan Surabaya, Pastor Yosef Eko Budi Susilo, membacakan surat resmi Pastor Michael Pawlowicz, Sekretaris Duta Besar Vatikan di Jakarta, sekitar pukul 18.00, Selasa 29/10/2024, usai Misa Syukur khusus.

“Berita ini sekarang dipublikasikan di Roma dan di seluruh dunia. Sambil menyampaikan keputusan kepausan ini, saya bersukacita bersama Anda, semua imam, biarawan dan biarawati, serta umat beriman dari gereja lokal yang terhormat ini, dan mengajak mereka untuk mendoakan uskup terpilih, dan menyambutnya sepenuh hati sebagai gembala mereka yang baru,” lanjut Pastor Yosef Eko Budi Susilo yang biasa dipanggil Romo Eko.

Pastor Agustinus Tri Budi Utomo (Ist.)

Secara khusus Pastor Michael Pawlowicz mengucapkan terima kasih kepada Romo Eko. “Selain itu, atas nama Bapa Suci dan Nunsiatura Apostolik, secara publik, saya hendak mengucapkan terima kasih atas pelayanan Anda yang murah hati kepada Keuskupan Surabaya yang melalui Anda selalu dekat dengan umat Allah dan melayani mereka dengan kecerdasan dan kebijaksanaan pastoral.”

Sesudah Romo Eko membaca penutup Surat, tepuk tangan kembali bergemuruh. “Tentu saja, saya mewakili para imam, suster, dan seluruh umat mengucapkan selamat kepada Romo Agustinus Tri Budi Utomo atau yang sering kita panggil Romo Didik,” sambungnya, mengakhiri pembacaan Surat.

Sejarah Baru Dimulai

Dengan pengumuman resmi ini, sejarah baru Keuskupan Surabaya yang takhtanya lowong (sede vacante) sekitar setahun dua bulan, telah dimulai. ”Ya, rahasia ini besar seperti kata Santo Paulus tadi,” tutur Romo Didik mengawali sambutannya dengan mengutip bacaan dalam Misa. “Saya mengucapkan terima kasih. Tentu saja ini rahasia besar yang hanya diketahui oleh Allah dan orang-orang yang dipercaya oleh Allah dalam Roh Kudus.

Baca Juga:  Uskup Agung Samarinda, Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF: Fokus pada Kebahagiaan Sejati dan Abadi

Dalam proses penunjukan ini, yang sebenarnya bagi kita secara manusiawi tidak mungkin, tetapi, ternyata itu yang dikehendaki oleh Tuhan bagi Keuskupan Surabaya. Maka, pada kesempatan ini, saya hanya bisa bersyukur dan taat kepada Bapa Suci yang telah berani mempercayakan tugas besar. Ini sebuah keberanian Gereja Katolik, Roh Kudus, untuk menunjuk saya sebagai uskup terpilih untuk Keuskupan Surabaya,” ujar Romo Didik.

”Saya sungguh mengucapkan terima kasih untuk semuanya. Kepada para romo yang nanti kita akan bekerja sama menggembalakan umat di Keuskupan Surabaya ini, tolonglah saya, doakan selalu. Kepada seluruh umat yang telah berdoa dengan tekun selama satu tahun dua bulan, hendaklah Anda tidak pernah berhenti untuk mendoakan saya,” kata Romo Didik.

Uskup Gereja Katolik

Uskup adalah pengganti-pengganti para Rasul, ditetapkan menjadi Gembala-gembala dalam Gereja, agar mereka sendiri menjadi guru dalam ajaran, imam dalam ibadat suci, dan pelayan dalam pemerintahan (Kan. 375).

Uskup diharapkan (Kan. 386 dst.) menyebarkan ajaran Gereja dengan setia, menjadi gembala utama di keuskupannya dengan melakukan kunjungan pastoral secara rutin, serta menjaga kesatuan dengan Paus dan kolegialitas dengan uskup lain.

Persyaratan untuk menjadi Uskup (Kan. 378 §1) meliputi 1) Integritas moral: Calon uskup harus dikenal karena iman, moralitas, dan reputasinya yang baik. Penekanan diberikan pada perlunya transparansi dan kesesuaian dengan tuntutan pastoral modern; 2) Usia minimal calon harus 35 tahun. Hal ini untuk memastikan adanya kematangan spiritual, intelektual, dan emosional; 3) Formasi teologis: Harus memiliki gelar doktor atau lisensiat dalam teologi atau hukum kanonik, atau setidaknya mahir dalam disiplin-disiplin ini. Formasi intelektual yang solid dipandang penting untuk mengatasi tantangan Gereja saat ini. Dalam hal ini Paus Fransiskus lebih menekankan dimensi pastoral, bukan pertama-tama soal formasio studi atau gelar akademik; 4) Pengalaman pastoral: Ditekankan bahwa pengalaman ini harus substansial agar calon memahami kehidupan umat di “tingkat akar rumput”.

Baca Juga:  Pertobatan Ekologis dalam Keseharian Hidup: Apa dan Bagaimana
Pastor Agustinus Tri Budi Utomo (kedua dari kiri) menjadi Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya dari tanggal 1 Mei 2011 – 12 April 2017 bersama Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono.

Terkait penunjukan Uskup, Kan. 377 mengatakan, Pertama, Hak eksklusif Paus. Penunjukan uskup adalah hak eksklusif Paus, meskipun dapat melibatkan konsultasi dengan konferensi uskup, nuncio apostolik, atau bahkan umat beriman. Kedua, Konsultasi lokal. Konsultasi lokal (§3) mencerminkan semangat kolegialitas Gereja. Tetapi keputusan akhir tetap berada di tangan Takhta Suci. Ketiga, Prosedur rahasia: Penekanan pada kerahasiaan dalam pencalonan dan seleksi untuk melindungi reputasi calon dan mencegah campur tangan pihak luar.

Syarat dan prosedur penunjukan uskup yang ketat ini dimaksudkan untuk memastikan adanya kepemimpinan yang layak, kompeten, dan sesuai dengan tuntutan Gereja universal serta lokal. Keputusan akhir oleh Paus dianggap sebagai elemen sentral untuk menjaga kesatuan dalam Gereja.

Mengapa Romo Didik

Setelah Monsinyur (Mgr.) Vincentius Sutikno Wisaksono wafat pada Kamis, 10/8/2023 (dimakamkan di Mausoleum Pieta Goa Maria Puhsarang, Kediri) takhta Katedral Surabaya lowong (sede vacante). Semenjak itu meluaslah pembicaraan tentang nama-nama calon pengganti Mgr. Sutikno di antara umat, para imam, dan biarawan-biarawati.

Mulai muncul nama-nama imam tertentu. Baik di kalangan umat awam, maupun klerus dan biarawan-biarawati. Masing-masing menurut persepsi dan harapannya sendiri-sendiri. Di antara nama-nama yang muncul itu ada nama Romo Didik.

Dari buku “kenangan berisi kesaksian para sahabat tentang 25 tahun imamat Romo Didik”, tampak kuat sosok imam yang berkepribadian unggul, matang spiritual, intelektual, dan emosional melekat pada Romo Didik.

  1. Nanik Purwoko, salah satu Bu Lek (Tante) Romo Didik menyaksikan betapa keponakannya ini menjalankan tugas penggembalaannya dengan total, komitmen, rendah hati, dalam ketaatan dan kesetiaan.

Pastor A. Sadhyoko Raharjo, SJ mengenal Romo Didik sebagai pribadi Mesra (akronim). Mendalam kerohaniannya, Estetis, Sederhana dalam cara berpakaian dan membawakan diri. Rasa merasa yang terungkap dalam keramahan, perhatian kepada keluarga, berempati pada wong cilik, sakit dan menderita. Aktif dalam banyak tugasnya.

Baca Juga:  Vatikan Memanggil, Monica Belluci Datang dalam Tahun Suci

Yuliati Umroh, pendiri Yayasan ALIT yang menangani anak jalanan dan miskin, mengalami Romo Didik selalu membantu, menguatkan, menjadi amanah baginya, keluarga dan anak-anak kandungnya serta anak-anak ALIT.

Bagi Gus Aan Anshori, Romo Didik telah mengajarkan arti kesederhanaan dan persekawanan serta komitmen pembelaannya terhadap kelompok tertindas.

Bagi Dita Indah Sari, kehadiran Romo Didik adalah penghiburan dan penguatan sebagai wujud kasih dan kemanusiaannya.

Sedang bagi Ayu Lestari yang pernah tinggal di sebuah rumah singgah yang menangani kasus-kasus kekerasan anak,  Romo Didik  tak hanya mencukupinya secara finansial  tapi juga kasih sayang. Romo Didik adalah bapak pendoanya yang telah menerimanaya dengan tulus menjadi anak perempuannya.

Bagi Pastor P.C. Edi Laksito (Nanglik) Romo Didik, yang menyukai filsafat Gabriel Marcel dan tema-tema perdamaian dan sering didapuk menjadi moderator dalam aneka kegiatan, adalah insan harmoni dan penziarah harapan. Sementara bagi Pastor A.P. Dwi Joko, Romo Didik adalah pribadi lintas batas. Pribadi yang menghadirkan Gereja di tengah masyarakat yang concern dalam banyak bidang.

Bersama tiga puluh enam sahabat lainnya dalam buku kenangan ini terlihat benang merah betapa mereka semua amat terkesan dengan kepribadian Romo Didik yang unggul. Romo Didik adalah pribadi yang memberikan dirinya secara total dan tulus untuk siapa pun yang membutuhkannya. Yang solider dengan orang-orang yang sedang menderita. Pribadi enerjik yang memiliki kematangan spiritual, inetelektual, dan emosional.

Beberapa saat setelah Romo Didik ditetapkan menjadi Uskup, dia bertanya pada Nuncio di Jakarta apa dasarnya dia dipilih. Bila jawaban Nuncio diringkas, ada tiga dasarnya. Pertama, bahwa  nama Romo Didik banyak muncul dalam proses terna (penjaringan). Kedua, Romo Didik sangat mencintai umatnya. Ketiga, karena umatnya sangat mencintai Romo Didik.

Selamat menggembalakan umat Keuskupan Surabaya dengan luapan kasih sayangmu, Bapak Uskup Agustinus Tri Budi Utomo!

Johanes Chrysostomus Wardjoko (Kontributor, Malang)

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.03, Tahun Ke-79, Minggu, 19 Januari 2025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles