web page hit counter
Minggu, 16 Maret 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Berbalik kepada Tuhan Hendaknya dengan Kesungguhan

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Berbalik kepada Tuhan, bukan supaya nampak sebagai orang yang rajin, ikut terlibat di banyak hal, namun berbalik kepada Tuhan dengan kesungguhan bahwa apa yang dilakukan semata-mata untuk Tuhan.

Demikian disampaikan Pastor Yohanes I Made Pantyasa ketika memberikan homili pada Misa Rabu Abu di Gereja Paroki St. Josep Pelindung Pekerja (SJPP) Manado, Rabu (5/3/2025).

“Entah melakukan kewajiban agama, entah memberi sedekah, entah berdoa, entah berpuasa, semuanya hendaknya dilakukan dalam relasi dengan Tuhan,” ujar Pastor Rekan Paroki SJPP Manado ini.

Ditegaskan, apa yang dilakukan hanyalah untuk Tuhan sendiri, bukan supaya dipuja dan dipuji orang tetapi agar Tuhan berkenan menganugerahkan rahmat pengampunan dan keselamatan kepada kita.

Pastor Yohanes I Made Pantyasa sedang berkhotbah.

Maka melakukan ‘dengan sembunyi’ menjadi tanda bahwa apa yang dilakukan hanyalah dalam relasi intim antara kita dan Tuhan.

Baca Juga:  Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM: Mencari Kebahagiaan Hidup

Diungkapkan, ada kecenderungan sekarang, apa-apa diposting. Apa-apa dijadikan konten. Semua itu dilakukan hanya untuk mencari popularitas. Semua dilakukan agar mendapatkan apa yang diinginkan.

Salah satu contoh, sebutnya, sudah pasti sesudah misa ini akan ada yang foto selvie dengan abu di dahi dan posting di media sosial. Katanya supaya nampak sebagai orang Katolik. Minimal, supaya orang tahu sudah masuk gereja.

“Padahal, ada banyak gereja lain juga yang sudah memakai abu hari ini. Tetapi saya tidak tahu dari mana abu yang mereka pakai,” ujarnya.

Ditanyakan, pantaskah kita tersenyum dengan foto selvie sambil tersenyum dengan abu di dahi, psdahal abu yang dioles di dahi adalah tanda tobat, tanda penyesalan atas dosa- dosa?

Baca Juga:  KAE Pertegas Sikap terkait Proyek Pembangunan Geothermal

Disebutkan, bacaan-bacaan hari ini mengarahkan kita untuk kembali kepada Tuhan dengan hati yang tulus dan rendah hati, memohon belas kasihanNya dan menjalani hidup dengan integritas dan kesungguhan.

Penerimaan abu di kepala atau di dahi, menurutnya, mau mengingatkan bahwa hidup manusia karena dosa sangatlah kecil dan rapuh di hadapan Tuhan.

“Seperti debu tanah yang diinjak orang, seperti yang kotor dan dipandang hina tak berguna, namun oleh karena belas kasih Allah, Ia mengangkat manusia menjadi sungguh berarti,” tandasnya.

Karena itu, tambahnya, melalui bacaan pertama (Yoel 2 : 12-18), kita diingatkan untuk Berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh. Berbalik kepada Tuhan sebab Ia pengasih dan penyayang.

Baca Juga:  MAJALAH HIDUP EDISI TERBARU, No. 11 TAHUN 2025

Maka,, melakukan ‘dengan sembunyi’ menjadi tanda bahwa apa yang dilakukan hanyalah dalam relasi intim antara kita dan Tuhan.

Ketua Komisi Komsos Keuskupan Manado ini pun mengutip bacaan kedua (2 Kor 5 : 20-6 : 2), Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu; hari ini adalah hari penyelamatan itu.

Di akhir homilinya, Pastor Made mengajak untuk membuka masa Prapaskah ini dengan syukur dan sukacita dalam sikap tobat dan penyerahan diri.

“Mari berlajar dari debu. Abu kecil bahkan sangat kecil. Dibersihkan karena dianggap kotor. Diinjak bahkan tidak ada yang peduli. Abu…kamu tak sendirian. Aku juga kecil, kotor tak berarti. Tapi syukurlah masih ada Dia. Meski ku kecil, Dia mengangkatku menjadi berarti,” ajaknya.

Lexie Kalesaran (Manado)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles