web page hit counter
Sabtu, 6 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Surrexit Dominus, Alleluia!

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Dia tidak lagi di sini, Ia sudah bangkit” (Lukas 24:5). Inilah warta sukacita Paskah, yang disampaikan oleh dua pemuda berpakaian putih berkilau di makam Yesus kepada para wanita, yang pergi ke makam dan membawa rempah-rempah.

Warta ini mengejutkan karena mereka tidak menyangka akan menemukan kubur kosong. Dua pemuda itu mengingatkan mereka akan perkataan Tuhan: “Putra Manusia harus diserahkan ke tangan orang berdosa, dan disalibkan, dan bangkit pada hari yang ketiga” (a. 7). Tadinya para wanita itu lupa, karena rasa sedih dan kehilangan, lalu mereka ingat. Kemudian mereka berinisiatif memberitahukan hal itu kepada para murid, tetapi mereka tidak percaya akan omongan para wanita itu. Bagi mereka penyampaian para wanita itu hanyalah berita omong kosong.

Maklum, pada waktu itu suara kaum wanita tidak ada arti apa-apa; hanya suara kaum pria yang didengar dan dipercaya. Oleh karena itu, peristiwa Paskah ini menjadi juga penting ketika para wanita berperan sebagai pewarta-pewarta dan saksi-saksi pertama kebangkitan Tuhan. Mereka menyampaikan bahwa Yesus yang tadinya wafat di kayu salib dan dimakamkan, kini hidup. Dia tidak ada lagi di dalam makam, tetapi Ia sudah bangkit dan  hidup secara baru.

Paskah atau kebangkitan Tuhan adalah peristiwa iman, bukan suatu rekaan manusiawi. Kadang-kadang kita mendengar orang berkata: “Saya tidak mempercayai hal itu. Itu berita hoax.” Bisa saja kita tidak memercayai hal ini atau itu. Ini tidak berarti bahwa kita tidak percaya apa-apa.

Baca Juga:  Ketua Lembaga Biblika Indonesia Pastor Albertus Purnomo, OFM: Dibaptis dengan Roh Kudus dan Api

Mungkin kita lebih percaya dan yakin akan hal yang lain, tapi bukan yang ini atau itu. Kadangkala kita sulit percaya akan kebangkitan atau hidup baru, karena kita saksikan sendiri bahwa kematian itu pasti dan tidak terhindarkan; tidak ada orang, sekuat dan sekaya apa pun, yang tidak akan mati. Memang tidak mudah untuk percaya akan sesuatu yang tidak kelihatan dengan mata telanjang.

Bagi orang yang tidak beriman sulit untuk mengerti makna Paskah: Yesus menang atas dosa dan maut. Dengan salib-Nya Ia menebus dosa dunia dan umat manusia. Dengan bangkit Yesus memenuhi janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Ia bukan Allah omong kosong yang ingkar janji. Demikian Paskah menjadi tonggak iman kristiani kita, menjadi pijakan melangkah pasti ke depan.

Hari ini kita diajak untuk merenungkan paradoks kehidupan, yakni “kematian itu nyata, tetapi kehidupan di akhirat adalah kata terakhir.” Bagi kita Paskah adalah pesta kemenangan dan sukacita. Ia menjadi Pemenang atas dosa dan maut, Ia hidup secara baru, maka kita bersukacita dan bersorak-sorai: Surrexit Dominus. Alleluia – Tuhan sudah bangkit. Alleluia (Lukas 24:6).

Kita diajak untuk beralih dari kepercayaan yang lama akan kematian ke kepercayaan baru akan kehidupan dalam Tuhan yang bangkit. Kita mencari bukan Dia yang mati, tetapi Dia yang hidup. Kini kita hidup bukan untuk mati, tetapi untuk hidup baru selamanya. Kita menjadi umat Paskah, yang diliputi sukacita kebangkitan.

Baca Juga:  Pesan Paus Leo kepada Para Seniman: ‘Dalam diri orang miskin, Tuhan Terus Berbicara kepada Kita’

Para murid tampaknya termakan isu bahwa para wanita itu menyebarkan berita omong kosong, tidak lebih dari suatu cerita rekaan, yang tidak perlu dipedulikan. Mereka baru sampai pada keyakinan manusiawi bahwa death is death (mati ya mati). Toh, Petrus tergugah untuk mencari tahu tentang kebenaran cerita ini. Bagaimana kalau cerita ini memang benar? “Petrus berdiri dan berlari ke makam; ia menjenguk ke dalam makam, tetapi yang dilihat hanya kain kafan” (Lukas 24:12).

Ya, hanya ada kain kafan, tetapi Yesus tidak ada di situ. Kain kafan menjadi saksi bisu tentang apa yang terjadi; kain kafan menimbulkan tanda tanya dan membuat Petrus terheran-heran memikirkan apa yang terjadi. Rasa ingin tahu ini perlahan bertumbuh menjadi suatu iman yang kuat bahwa Yesus benar-benar telah bangkit. Ia hidup dan tidak ada lagi di antara orang mati.

Kebangkitan Kristus dan kehidupan-Nya yang baru membawa suatu pesan pengharapan. Kita punya masa depan pasti bersama dengan Tuhan. Kita mempunyai suatu perspektif bahwa ada masa depan yang baru, yang lebih baik, yang membawa keselamatan kekal. Iman kita akan kebangkitan tidak akan sia-sia, tetapi berpengharapan. Harapan akan menghantar kita pada keselamatan. “Spe salvi facti sumus – dalam pengharapan kita diselamatkan” (Roma 8:24).

Tahun Suci 2025 ini mengajak kita untuk menjadi peziarah-peziarah pengharapan, yakni orang-orang yang menaruh harapan teguh pada Tuhan yang bangkit. Kita mengungkapkan harapan kita ini antara lain dengan melewati pintu suci (porta sancta) di gereja-gereja, sambil berdoa dan mohon ampun atas dosa-dosa kita.

Baca Juga:  Penyuluh Katolik Berkolaborasi dengan Komunitas Doa Santa Faustina Melaksankan Pembinaan Iman di Rutan Wirogunan

Marilah kita bertanya: Bagi saya apa arti nyata dari kebangkitan Tuhan? Maukah saya hidup sebagai umat Paskah yang diliputi sukacita? Seberapa kuat dan mendalam iman dan harapan saya akan Tuhan yang bangkit? Apakah iman saya akan kebangkitan bersifat personal atau hanya ikut-ikutan atau iman KTP? Apakah saya lebih cenderung mencari hal-hal yang mematikan atau yang menghidupkan? Dalam hal-hal apakah saya masih ada dalam keadaan mati dan perlu bangkit untuk sesuatu yang baru: Semangat hidup? Rasa lesu? Putus asa? Galau dan kacau? Bingung? Kurang iman, kasih dan pengharapan? Kurang berelasi dengan Tuhan? Kurang amal bakti? Kurang terlibat dalam umat dan masyarakat? Kita juga berhadapan dengan situasi masyarakat yang penuh ketidakpastian, ketakutan dan kekerasan, serta masalah-masalah ekonomi, sosial, hukum, ekologi, martabat manusia dan hak-hak hidup, dsb. Kita butuh semangat Yesus yang bangkit.

Dalam semangat Kristus yang bangkit mari kita mencari Dia yang hidup; mari kita berjalan bersama-sama sebagai peziarah-peziarah yang dipenuhi pengharapan. Bersama dengan rasul Paulus kita berkata: “Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1Korintus 15:57).

Pastor J. Mangkey MSC, mantan Sekretaris Generalat MSC di Roma

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles