HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 20 April 2025 Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan.Kis.10:34a, 37-43; Mzm.118:1-2, 16ab-17, 22-23;Kol.3:1-4 atau 1Kor.5:6b-8; Yoh.20:1-9
PERISTIWA dan fakta kebangkitan Kristus merupakan peristiwa dan kenyataan iman yang tak bisa dicermati dan diliput secara empiris, seperti peristiwa-peristiwa manusiawi biasa. Ada beberapa indikasi yang menunjukkan terjadinya peristiwa kebangkitan, seperti disampaikan dalam Injil Yoh. 20:1-9.
Simon Petrus menyusul temannya masuk ke dalam kubur. Ia melihat kain kafan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung (Yoh. 20:6-7). Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Sekadar indikasi sepintas ini tidak mengurangi makna yang mau disampaikan dalam peristiwa kebangkitan Kristus itu.
Memang kalau peristiwa Paskah hanya disoroti dari segi fakta dan peristiwanya, makna Paskah belum bisa dimengerti dengan penuh dan mendalam. Perlu kita melihat latar belakang perayaan Paskah Yahudi yang sarat dengan makna, menyangkut hubungan manusia yang beriman dengan Allah. Diimani dengan teguh bahwa Allah itu yang mampu menciptakan kehidupan dan dan tentu membangkitkan orang mati.
Seperti Sabda Yesus dengan jelas menyatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup, barang siapa percaya kepada-Ku akan hidup, walau sudah mati” (Yoh. 11:25). Berpegang pada Sabda Yesus ini, maka kehidupan orang yang beriman kepada-Nya tidak menjadi sia-sia, sebaliknya akan diikutsertakan dalam kebangkitan-Nya pula.
Dasar Iman
Kebangkitan Kristus sebagai peristiwa iman membawa dampak dan konsekuensi yang sangat mendasar untuk kehidupan siapa saja yang beriman kepada-Nya. Pemahaman berdasar iman inilah yang menjadikan kenyataan kebangkitan mendapatkan makna ilahinya. Untuk sampai pada pemehaman yang lebih mendalam tentang misteri ilahi yang lebih lengkap, kita bisa mencermati latar belakang Perayaan Paskah Yahudi yang menjadi akarnya.
Kebangkitan Kristus sebagai peristiwa iman membawa dampak dan konsekuensi yang sangat mendasar untuk kehidupan siapa saja yang beriman kepada Yesus. Santo Paulus memberikan penjelasan yang meyakinkan tentang kebangkitan Kristus dan kebangkitan kita. “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan” (1 Kor. 15:13-18).
Lalu Santo Paulus berandai-andai: “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”. Dengan mengimani adanya kebangkitan, maka orientasi manusia ke depan menjadi terbuka tanpa batas, tidak hanya terbatas pada hidup di dunia ini saja, melainkan menjangkau masa sesudah kehidupan di dunia ini. Dengan adanya orientasi dan wawasan baru ini, maka segi moral juga bergeser dari arah moral hidup untuk dunia sekarang ke arah kehidupan yang akan datang. Orang beriman perlu beripikir tentang hal-hal yang di luar dunia, atau “hal-hal yang di atas” tempat Kristus berada di sebelah kanan Allah (Kol. 3:1-4).
Hal-hal duniawi disadari dan dirasakan sebagai hal-hal yang sangat relatif. Seperti dikatakan Mzm.10:10: “Masa hidup kami tujuh puluh tahun, jika kami kuat, delapan puluh tahun”. Sesudah waktu itu, semua barang miliknya di dunia menjadi “expired”, tak bisa digunakan lagi. Kematian membatasi semua yang duniawi, sebaliknya kebangkitan membuka masa baru: cakrawala dan dimensi keabadian. Marilah kita rayakan Paskah dengan sukacita dan semangat baru untuk menyongsong Kristus yang telah bangkit mendahului kita.
“Dengan mengimani adanya kebangkitan, maka orientasi manusia ke depan menjadi terbuka tanpa batas, tidak hanya terbatas pada hidup di dunia ini saja.”
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.16, Tahun Ke-79, Minggu, 21 April 2025