HIDUPKATOLIK.COM – Suasana haru menyelimuti Gereja St. Maria Diangkat ke Surga Paroki Katedral, Jakarta Pusat, beberapa menit menjelang Misa Requiem untuk Paus Fransiskus yang berlangsung petang hari pada Kamis, 24 April 2025.
Menteri Agama Nasaruddin Umar tampak emosional ketika menyampaikan sambutan singkat di hadapan tamu undangan, termasuk korps diplomatik, dan para imam, bruder, suster, dan awam. Suaranya lirih. Sesekali ia memalingkan muka untuk sekadar mengusap wajahnya.
Nasaruddin tak sendiri. Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo; Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta, Pastor Vincentius Adi Prasojo; dan Kepala Paroki Katedral, Pastor Albertus Hani Rudi Hartoko, SJ tampak mendampinginya.
“Saya seperti sangat emosional karena melihat wajah Pope itu seperti kami sangat terharu. Masih saya membayangkan ketika kami bersama di Masjid Istiqlal dan ketika kami mendapatkan undangan dari beberapa negara untuk membahas tentang Deklarasi Istiqlal dan Vatikan. Dan poin-poin yang sangat penting,” ujarnya.
Ia mengajak semua umat beragama untuk sungguh-sungguh memperhatikan pesan Paus Fransiskus.
“Pertama, betapa perlunya mengedepankan dialog perdamaian bukan dengan cara-cara kekerasan karena kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan secara konstruktif. Kedua, ini sangat baru, bagaimana menggunakan bahasa agama, mengajak warga, umat beragama untuk sadar sepenuh hati, bersahabat dengan lingkungan hidup, lingkungan alam. Jadi kita jangan sampai merusak alam, mempercepat proses dunia ini kiamat,” imbuhnya.
Terbaik
Baginya, sosok pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang meninggal dunia di usia 88 tahun pada Senin, 21 April 2025, tersebut adalah salah satu orang terbaik.
“Karena itu, mari kita mengambil pelajaran berharga dari beliau. Memang beliau sudah wafat tapi Insyaallah akan tetap hidup pesan-pesannya di dalam batin kita. Orang bijak tidak pernah wafat melainkan dia akan semakin hidup, seperti lilin yang menyala di dalam kalbu kita dan di dalam pikiran kita masing-masing. Kemana pun kita pergi, di situ ada cahaya,” ungkapnya.
“Tentu kita berdoa semuanya, apa pun agama kita masing-masing di sini. Mari kita berdoa semoga orang-orang terbaik yang pernah mengabdi untuk kemanusiaan mendapatkan tempat yang sangat-sangat layak di sisi-Nya, dan kita yang ditinggalkan semuanya semoga menjadi manusia benar yang senantiasa mengindahkan tata krama, mendengarkan suara hati nurani.”
Kenangan Indah
Nasaruddin juga menceritakan sebuah kenangan indah bersama mendiang Paus Fransiskus.
“Ketika saya berjabat tangan dengan beliau, beliau tidak mau melepaskan tangan saya. Kencang banget. Dan ketika saya mencium kepalanya dua kali, beliau mencium tangan saya berkali-kali,” kenangnya.
Ia terkejut ketika menerima kabar tentang kepergian Paus Fransiskus. Pasalnya, sebelum ia menerima kabar tersebut, seorang tamu dari Vatikan datang menemuinya dan mengundangnya untuk menghadiri sebuah konferensi di Vatikan.
“Tapi 3,5 jam setelah kami terima pagi hari di kantor saya, saya mendengar Paus wafat. Saya langsung tersentak. Saya tanyakan pagi harinya bagaimana kondisi Paus, katanya sudah bagus. Tapi mendengar kabar itu betul-btul saya tersentak. Banyak sekali koinsiden positif. Beliau masuk rumah sakit karena sakit. Pas hari itu saya masuk rumah sakit, kaki saya terkilir. Jadi ini koinsiden, kebetulan atau bagaimana,” ujarnya.
Sekali lagi ia mengajak semua umat beragama untuk meneladani Paus Fransiskus.
“Mudah-mudahan kita bisa mencontoh, sekecil apa pun yang bisa kita contoh dari beliau. Sukur-sukur kita bisa mencontoh lebih banyak. Mari kita menjadi manusia sejati, meniru apa yang dilakukan belau,” pungkasnya.
Katharina Reny Lestari