HIDUPKATOLIK.COM – Kata “pelantikan” umumnya berkonotasi bahwa ada otoritas tertentu di atas (lebih tinggi dari) orang yang dilantik. Padahal dalam hierarki kepemimpinan Gereja Katolik di dunia ini, Paus adalah otoritas tertinggi dalam Gereja. Kata inauguration memang diterjemahkan menjadi pelantikan dalam bahasa Indonesia.
Kata inaugurasi, awalnya dapat ditelusuri dalam lingkungan Republik Romawi kuno (510 SM – 27 SM). Pada masa itu, semua keputusan penting, seperti kapan harus berperang, dan siapa yang akan ditunjuk untuk menduduki jabatan-jabatan kekuasaan, diputuskan oleh Augur. Augur dianggap sebagai peramal ilahi yang dapat menafsirkan kehendak para dewa dengan mengamati pola terbang burung. Kata benda Latin inauguratio berasal dari kata kerja inaugurare (meramalkan, mengambil pertanda dari burung yang terbang). Barangkali, berangkat dari konsep ini, kata inaugurasi dipakai dalam konteks momen dimulainya secara resmi seseorang menduduki posisi penting dengan segala kewenangan yang dimilikinya.
Dalam Konstitusi Apostolik “Universi Dominici Gregis” yang mengatur tentang Sede Vacante (Takhta Lowong) dan Pemilihan Paus baru, nomor 88 dikatakan bahwa ketika seseorang terpilih secara kanonik menjadi Paus menerima pemilihan itu, maka—jika sudah menerima tahbisan episkopal (uskup)—pada saat penerimaan itu dia sah menjadi Uskup Keuskupan Agung Roma (Primat Gereja Roma), sah menjadi Paus dan Kepala Dewan Uskup. Dengan demikian ia memperoleh dan dapat menjalankan kekuasaan penuh dan tertinggi atas Gereja Unversal. Jika yang terpilih itu bukan seorang uskup, maka selekasnya dia menerima tahbisan uskup, sehingga dengan itu memperoleh kepenuhan kuasa sebagai Uskup Roma dan pemimpin Gereja Universal.
Misa Publik “Pertama”
Setelah Kardinal Robert Francis Prevost terpilih sebagai Paus ke-267 pada 8 Mei 2025, dengan nama pontifikal Paus Leo XIV, selanjutnya pada Minggu, 18 Mei 2025, jam 10.00 waktu Roma atau jam 15.00 WIB, memimpin perayaan ekaristi pertama di Lapangan St. Petrus Vatikan, dengan kehadiran umat dalam jumlah besar serta para kepala negara/pemerintahan yang memiliki hubungan diplomatik dengan Vatikan.
Perayaan publik perdana ini memang memiliki makna yang cukup penting. Karena Paus adalah Kepala Negara Vatikan, maka para kepala negara dan pemerintahan atau perwakilannya, yang memiliki hubungan diplomatik dengan Vatikan, diundang hadir dalam perayaan tersebut.
Lebih daripada itu, dalam perayaan ini ada beberapa momen dengan makna simbolis yang mendalam, seperti pengenaan pallium dan cincin nelayan, pernyataan ketaatan Gereja kepada Paus.
Pallium
Pallium adalah busana liturgi yang terbuat dari wol domba. Pallium hanya dipakai oleh Uskup Metropolit atau Uskup Keuskupan Agung. Pallium adalah lambang Gembala yang Baik yang meletakkan domba yang hilang di pundaknya, dan mengingatkan kita pada tiga tanggapan Petrus terhadap panggilan Tuhan yang Bangkit untuk menggembalakan domba dan domba-domba-Nya (Injil Yohanes 21:15-17).

Pallium dikenakan di atas kasula, dililitkan di bahu. Pallium memiliki dua liontin hitam (depan dan belakang), enam salib sutra hitam—satu di setiap liontin dan empat di pita melingkar di atas bahu—dan dihiasi di bagian depan dan belakang dengan tiga peniti (aciculae), yang melambangkan tiga paku penyaliban Kristus.

Cincin Nelayan
Cincin Nelayan memiliki makna khusus sebagai cincin meterai, yang melambangkan meterai iman yang dipercayakan kepada Petrus untuk menguatkan saudara-saudaranya. Cincin ini disebut “Cincin Nelayan” karena Petrus, setelah percaya kepada sabda Yesus, menarik jala ke pantai dari perahu dalam penangkapan ikan yang ajaib.

Urutan Perayaan Ekaristi
Berdasarkan tulisan Tiziana Campisi di Vatican News, perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Sri Paus Leo XIV pada Minggu, 18 Mei 2025, terdiri dari beberapa bagian utama.
(1) Di Makam Santo Petrus
Liturgi dimulai di dalam Basilika Santo Petrus. Didampingi oleh para Patriark Gereja Timur, Paus Roma yang baru turun ke kapel Makam Santo Petrus, di mana ia berhenti sejenak untuk berdoa dan kemudian membakar dupa di tempat itu.
Momen ini menggarisbawahi hubungan yang mendalam antara Uskup Roma dan Rasul Petrus, yang bersama dengan banyak orang Kristen lainnya, memberikan kesaksian tentang iman dengan darahnya yang dekat dengan tempat itu. Dua diakon kemudian mengambil Pallium, Cincin Nelayan, dan Kitab Injil dan melanjutkan prosesi menuju altar di area depan Basilika Santo Petrus.
(2) Prosesi Menuju Altar
Paus Leo XIV bersama para Kardinal dan Uskup berarak menuju altar perayaan, sambil dinyanyikan Laudes Regiae—himne litani—untuk memohon doa-doa dari para Paus, martir, dan orang kudus Gereja Roma. Di gerbang tengah Basilika St. Petrus tergantung sebuah permadani yang menggambarkan penangkapan ikan secara ajaib, menggambarkan dialog antara Yesus dan Petrus, yang menjadi tema utama dalam Liturgi Sabda dan di seluruh perayaan. Di dekat altar terdapat gambar Bunda Maria Penasihat yang Baik dari Santuario Maria Genazzano.Ritus Tobat dilaksanakan dengan pemberkatan dan percikan air suci, karena hari ini adalah Minggu dalam masa Paskah; lalu diteruskan dengan Kemuliaan dan Doa Kolekta, yang mengingatkan rencana Bapa untuk membangun Gereja-Nya di atas Petrus.
(3) Liturgi Sabda
Bacaan Pertama diambil dari Kisah Para Rasul (Kis 4:8-12), disusul Mazmur Tanggapan (Mazmur 117 [118]). Bacaan Kedua dari Surat Pertama Petrus (1 Pt 5:1–5, 10–11); dan Bacaan Injil dari Yohanes (Yoh 21:15–19)
(4) Pemberian Lambang Episkopal Petrus
Setelah pewartaan Injil, tiga Kardinal dari tiga tingkat (diakon, imam, uskup) datang ke hadapan Paus Leo XIV untuk menyerahkan Pallium dan Cincin Nelayan. Setelah itu Paus memberkati umat dengan Kitab Injil saat seruan “Ad multos annos!”
(5) Ritus Kepatuhan/Ketaatan
Ritus simbolis untuk menyatakan ketaatan atau kepatuhan kepada Paus diwakili oleh duabelas orang, yang merupakan representasi dari semua kategori Umat Allah, dari seluruh dunia, mengikrarkan ketaatan mereka kepada Paus.
Setelah itu Paus menyampaikan homili. Sesudah homili, diteruskan dengan doa Aku Percaya dan Doa Umat Beriman, dengan intensi: bagi Gereja universal, bagi Sri Paus, bagi otoritas sipil, bagi semua yang menderita atau dalam kesusahan, dan bagi jemaat yang berkumpul.
(6) Liturgi Ekaristi
(7) Ritus Penutup
Sebelum perayaan berakhir, Paus menyampaikan pidato singkat. Setelah menyanyikan Regina Caeli, ia menyampaikan berkat khidmat yang diresapi dengan gambaran alkitabiah tentang pohon anggur dan kebun anggur yang diterapkan pada Gereja. Ia berdoa agar Tuhan dapat “memandang” dan “melindungi” pohon anggur yang telah Ia tanam, dan memohon agar wajah keselamatan-Nya dapat “bersinar” atas semua orang.
RD Blasius Yesse