web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paus Leo XIV: Kejahatan Tidak Akan Menang

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – HARI Kamis, 8 April 2025  pukul 18.08 waktu Vatikan, asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina. Tak lama kemudian, dentang lonceng meriah dari Basilika Santo Petrus menandakan bahwa para kardinal yang berkumpul dalam konklaf telah sepakat memilih penerus Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025.

Sebanyak 133 kardinal tampaknya telah memilih Paus baru pada pemungutan suara putaran keempat. Sebelumnya, di hari yang sama pada pukul 11.51 cerobong asap Kapel Sistina masih mengeluarkan asap hitam. Malam sebelumnya sebanyak 45.000 orang memadati Lapangan Basilika Santo Petrus untuk menantikan asap pertama.

Setelah dikenakan Pallium, jari manis Paus Leo XIV dikenakan Cincin Nelayan sebagai puncak inaugurasinya.

Pada pukul 21.00 muncul asap hitam. Konklaf untuk memilih Paus dimulai pada Rabu (7/5/2025) sore. Ini menjadikannya salah satu konklaf tersingkat dalam sejarah Gereja. Apalagi dengan diikuti 133 kardinal, yang tentu saja jumlahnya lebih banyak dari pada biasanya.

Asap dihasilkan oleh dua tungku besi tuang yang secara khusus dipasang di Kapel Sistina untuk pemilihan Paus. Dalam satu tungku yang telah digunakan sejak tahun 1939, surat suara yang telah dihitung dibakar.

Dalam tungku modern yang digunakan sejak 2005, ditambahkan bahan kimia untuk menghasilkan asap putih atau hitam. Asal mula dari sistem isyarat unik ini tidak diketahui. Aturan pemilihan sebenarnya tidak mewajibkannya.

Proses Konklaf

Peraturan pemilihan Paus mengatur bahwa setiap hari dapat dilakukan maksimal dua putaran suara di pagi hari dan dua di sore hari. Proses konklaf dapat berlangsung maksimal lima hari. Jika pada hari keempat para kardinal belum juga menghasilkan 2/3 kesepakatan suara, maka para kardinal harus berdoa dan berdiskusi kembali agar dapat menentukan paus baru pada hari kelima.

Masa Sede Vacante tidak boleh lebih dari 20 hari dan konklaf harus dilakukan di antara hari ke-15 sampai hari ke-20 setelah kematian Paus sebelumnya. Sampai Paus baru terpilih, para kardinal sepenuhnya terisolasi dari dunia luar di Vatikan, baik di Kapel Sistina, di tempat tinggal mereka di Wisma Santa Marta, maupun selama perjalanan pergi-pulang antarlokasi tersebut.

Baca Juga:  Dalam Misa di Beirut, Paus Leo: Bebaskan Hati Kita untuk Membawa Perdamaian dan Keadilan ke Lebanon

Memadati Vatikan

Puluhan ribu warga Roma, peziarah dan turis, juga tentunya para jurnalis dari berbagai negara berkumpul di Lapangan Santo Petrus dan menunggu berjam-jam untuk menyaksikan momen cerobong mengeluarkan asap hingga finalnya ketika nama Paus baru diumumkan dengan kata-kata terkenal “Habemus Papam!

Setelah dentang lonceng Basilika Santo Petrus terdengar, lonceng gereja lainnya di seluruh Kota Roma turut berdentang. Saat semua lonceng Basilika Santo Petrus berbunyi nyaring, orang-orang bersorak. Banyak yang meneteskan air mata bahagia dan saling berpelukan. Seruan pertama “Viva il Papa” terdengar.  Lalu lintas kendaraan dialihkan secara besar-besaran.

Muncul di balkon Basilika Santo Petrus, Protodiakon Dewan Kardinal, Kardinal Dominique François Joseph Mamberti dan menyampaikan, “Aku mengumumkan kepada kamu semua sebuah sukacita besar: Kita memiliki seorang Paus! Yang sangat terhormat dan mulia, Tuan Robert Francis, Kardinal dari Gereja Suci Katolik Roma, yang telah memilih nama Leo XIV.” Beberapa menit kemudian, penerus ke-267 Rasul Petrus tampil di balkon berkah Basilika Santo Petrus, menyampaikan pidato singkat dan memberikan berkat pertamanya “Urbi et Orbi” sebagai Uskup Roma.

Leo XIV

“Damai sejahtera bagi kalian semua” – dengan seruan ini, Paus pertama dari Amerika Serikat, Paus Leo XIV, menyapa kerumunan yang bersorak di Lapangan Santo Petrus pada Kamis (8/5/2025) malam. Ia melanjutkan, Saya berharap salam damai ini menjangkau semua bangsa dan semua orang. Ini adalah damai yang tak bersenjata dan yang melucuti senjata.”

Baca Juga:  Hari Studi Struktural 2025: Penguatan Supervisi Formal dan Informal untuk Meningkatkan Pelayanan Pendidikan

Mengikuti jejak pendahulunya, Paus Fransiskus, Paus Leo XIV menyatakan bahwa Tuhan mencintai semua orang tanpa syarat. Dengan kata-kata penuh emosi, ia mengenang suara lemah Fransiskus saat memberikan berkat terakhirnya pada Minggu Paskah sebelum wafat. Ia menegaskan bahwa ia ingin melanjutkan berkat tersebut. “Tuhan mengasihi kalian semua,” kata Paus Leo XIV. “Kejahatan tidak akan menang.”

Sekitar 200 ribu umat memadai Lapangan Basilika Santo Petrus pada inaugurasi Paus Leo XIV.

Leo XIV berulang kali menekankan bahwa Gereja dipanggil untuk membangun jembatan dan mencari dialog. Dalam pidatonya yang sebagian diimprovisasi, ia berkata, “Kita ingin berjalan bersama, mencari damai dan keadilan tanpa rasa takut. Kita ingin menjadi misionaris yang berjalan bersama.”

Menjelang akhir pidatonya, ia beralih dari bahasa Italia ke bahasa Spanyol dan menyapa keuskupan lamanya, Chiclayo di Peru. Di sana, katanya, ia telah menyaksikan umat beriman yang mendampingi uskup mereka dalam perjalanan bersama.

Kardinal Prevost menjabat sebagai Uskup di Peru dari tahun 2014 hingga 2023. Kembali dalam bahasa Italia, Paus Leo XIV melanjutkan, “Kita ingin menjadi Gereja sinodal yang sedang berjalan. Kita ingin dekat dengan semua orang yang menderita.”

Berbeda dengan pendahulunya Fransiskus, Paus baru mengenakan mozeta (jubah bahu merah) lengkap dengan stola tradisional yang dihiasi simbol keempat Penginjil, ketika ia tampil di balkon Basilika Santo Petrus. Dengan wajah yang tampak tersentuh, sambil tersenyum dan beberapa kali melambaikan tangan, ia menyapa massa yang bersorak.

Daro OSA

Ia dilahirkan pada 14 September 1955 di Chicago dan ditahbiskan pada 19 Juni 1982. Pada masa mudanya ia menjalani studi Hukum Gereja di Roma. Diangkat sebagai Kardinal oleh Paus Fransiskus sejak 30 September 2023 dengan motto in Christo uno, unum sumus (di dalam Kristus kita adalah satu). Robert Francis merupakan anggota Ordo Augustinus (OSA) sejak 1977 yang memiliki pengalaman misionaris di Peru sejak 1985 dan pernah menjabat sebagai administrator apostolik kemudian menjadi uskup di Chiclayo.

Baca Juga:  Pesan Paus di Rumah Sakit di Lebanon: Kita Tidak Boleh Melupakan Mereka yang Paling Rapuh

Di negara Amerika Selatan itulah Paus Fransiskus mengenal dirinya, dan kemudian pada 2023 memanggilnya ke Vatikan sebagai kepala Dikasteri untuk Para Uskup serta mengangkatnya menjadi kardinal. Pada saat yang sama, Kardinal Prevost juga menjabat sebagai Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin.

Paus Fransiskus bahkan sempat memperpanjang arah tersebut sesaat sebelum wafatnya, dengan menetapkan diadakannya “Sidang Umum Gereja” yang direncakan pada Oktober 2028. Gaya kepemimpinan Fransiskus yang sederhana dan dekat dengan umat kemungkinan besar juga akan diteruskan oleh Paus baru yang juga berasal dari kalangan religius ini.

Kini, Prevost harus memimpin tidak hanya sebuah tarekat yang terorganisir secara global, tetapi juga seluruh Gereja Katolik sedunia dengan 1,4 miliar umatnya. Ia diperkirakan akan melanjutkan jalan yang telah dirintis pendahulunya menuju Gereja yang lebih partisipatif bagi semua umat beriman. Terpilih sebagai Paus pertama asal Amerika, ia dinilai sebagai sosok moderat yang dapat menjembatani berbagai perbedaan dalam Gereja.

Kardinal Robert Prevost memilih nama Paus yang klasik: Leo. Dengan nama ini, ia melanjutkan tradisi panjang, di mana sebelumnya sudah ada 13 Paus yang menggunakan nama ini. Paus terakhir yang menyandangnya adalah Leo XIII (1878–1903), dan besar kemungkinan Paus baru Leo XIV ingin mengikuti jejaknya.

Bene Xavier (Vienna, Austria)

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 20, Tahun Ke-79, Minggu, 18 Mei 2025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles