HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XII; Kej.12:1-9; Mzm.33:12-13, 18-19, 20, 22; Mat.7:1-5
TUNTUTAN untuk menjadi anak baik yang sempurna dalam banyak keluarga, melahirkan manusia dewasa perfeksionis yang sulit mengakui ketidaksempurnaan di dalam dirinya. Pola asuh yang kurang tepat sering menimbulkan banyak tekanan dalam diri seseorang dan tekanan itu menjelma dalam sikap memproyeksikan kelemahan-kelemahan yang dimiliki kepada orang lain. Lebih mudah melihat kesalahan dan menyalahkan orang lain daripada mengakui kesalahan diri sendiri.
Berbagai kegiatan rohani yang tidak dibekali latihan untuk berefleksi dan introspeksi, mudah sekali menelurkan aktivis-aktivis gereja yang saling mencela, menuding, dan menyerang satu sama lain. Aneka pelayanan, entah bagaimana, menimbulkan kesombongan yang membuat sejumlah orang merasa diri mereka lebih baik, sampai mengira mempunyai hak untuk menilai serta menghakimi orang lain.
Sebuah pepatah mengatakan, jika iblis tidak berhasil membujukmu untuk berbuat jahat, maka ia akan membuatmu bersaing untuk merasa diri lebih hebat dan lebih suci daripada orang lain. Injil menyebut pribadi demikian sebagai orang munafik. Kita diundang untuk mengeluarkan lebih dahulu balok dari mata sendiri sebelum mengeluarkan selumbar dari mata orang lain. Jangan menghakimi supaya kamu tidak dihakimi, begitulah pesan untuk kita semua tanpa kecuali.
Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta
