HIDUPKATOLIK.COM – Suatu saat saya ditanyai seorang guru muda mengenai pentingnya pendidikan keluarga. Sebagai seorang Jesuit yang tidak berkeluarga tentu saja tidak mudah menjawabnya. Saya kemudian melihat figur orang tua saya sendiri untuk memaknai arti pendidikan dalam keluarga. Dari situ barulah saya dapat sedikit berbagi gagasan mengenai pendidikan dalam keluarga.
Pendidikan sering kali diidentikkan dengan bangku sekolah, kurikulum, dan nilai akademis. Padahal, jauh sebelum anak-anak mengenal buku dan seragam, pendidikan sejati telah mereka dapatkan dari “sekolah” pertama mereka: keluarga. Peran orang tua sebagai pendidik utama sangatlah esensial, bahkan melebihi peran guru di sekolah. Merekalah arsitek karakter dan dasar moral bagi anak-anak.
Pendidikan di rumah adalah fondasi kokoh. Tanpa fondasi ini, pendidikan di sekolah hanyalah bangunan yang rapuh. Lingkungan keluarga, dengan segala dinamikanya, menjadi laboratorium tempat anak bereksperimen dengan emosi, nilai, dan hubungan.
Orang tua, baik ayah maupun ibu: teladan utama. Setiap tindakan dan perkataan mereka terekam dalam benak anak. Anak-anak merupakan pengamat ulung; mereka tidak hanya mendengarkan apa yang dikatakan, tetapi juga memperhatikan apa yang dilakukan.
Orang tua, dengan perannya, dapat mencontohkan kedisiplinan, kejujuran, dan ketegasan dalam menghadapi tantangan. Keteguhan orang tua sering kali menjadi inspirasi bagi sang anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Selain itu, orang tua juga dapat menjadi sumber kasih sayang, ketulusan, dan empati. Dari mereka, anak belajar bagaimana menunjukkan perasaan, peduli terhadap sesama, dan memiliki hati yang lembut.
Keseimbangan antara ketegasan dan kelembutan orang tua inilah yang menghasilakan figur keteladanan utuh dan seimbang di mata anak.
Lingkungan keluarga harmonis bukan hanya tentang tidak adanya pertengkaran, melainkan tentang adanya rasa saling menghormati, cinta, dan dukungan. Keluarga menjadi tempat anak belajar tentang makna hubungan interpersonal.
Ketika anak melihat orang tua mereka saling menghargai, mereka akan belajar untuk melakukan hal yang sama pada orang lain.
Sebaliknya, lingkungan yang tidak harmonis dapat mengganggu perkembangan mental dan emosional anak.
Ketegangan di rumah bisa membuat kecemasan dan ketidakamanan, yang pada akhirnya memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia di luar keluarga.
Oleh karena itu, kolaborasi antara ayah dan ibu sangat penting.
Pendidikan anak bukanlah tanggung jawab salah satu pihak saja. Saat ayah dan ibu bekerja sama, mereka memberikan pelajaran yang konsisten dan seimbang.
Sinergi ini menunjukkan kepada anak bahwa masalah dapat diselesaikan bersama, dan bahwa setiap orang memiliki peran penting dalam tim keluarga. Mereka belajar bahwa kerjasama adalah kunci mencapai tujuan bersama.
Tidak ada pendidikan efektif dan medalam tanpa komunikasi efektif dan tulus. Komunikasi terbuka dan jujur antara orang tua dan anak menjadi dasar dari rasa aman dan kepercayaan. Saat anak merasa didengarkan dan dihargai, mereka lebih mungkin terbuka tentang masalah, ketakutan, atau kegembiraan mereka. Hal demikian juga membantu orang tua memahami dunia anak-anak dan memberikan bimbingan yang tepat.
Melalui komunikasi, orang tua tidak hanya memberikan instruksi, tetapi juga membentuk nilai dan karakter anak. Hal semacam itu bukan hanya tentang mengajarkan anak dalam meraih nilai tinggi di sekolah, tetapi lebih tentang menanamkan nilai-nilai moral seperti empati, integritas, dan rasa hormat.
Pendidikan karakter sering kali menjadi penentu keberhasilan anak di masa depan, baik dalam karier maupun kehidupan sosial. Nilai-nilai ini menjadi kompas moral yang membimbing mereka dalam setiap keputusan.
Pada akhirnya, saya melihat pendidikan dalam keluarga sangatlah penting. Mendidik anak dalam keluarga merupakan proses berkelanjutan. Orang tua hendaklah terus belajar, beradaptasi, dan tumbuh bersama anak-anak mereka.
Tantangan yang dihadapi anak di usia 5 tahun tentu berbeda dengan tantangan di usia 15 tahun. Oleh karena itu, orang tua seharusnya menjadi pembelajar seumur hidup yang senantiasa mencari cara terbaik dalam membimbing dan mendukung anak-anaknya.
Pendidikan yang diberikan di rumah hari ini akan membentuk pemimpin masa depan. Merekalah yang akan mewarisi nilai-nilai dan moral yang ditanamkan. Oleh karena itu, mari kita jadikan rumah sebagai sentra utama pendidikan sesungguhnya, tempat di mana karakter dan hati dibentuk, jauh sebelum pikiran dipenuhi oleh pengetahuan.
Pastor Odemus Bei Witono, SJ
Direktur Perkumpulan Strada dan Pemerhati Pendidikan






