HIDUPKATOLIK.COM – SERATUS lima puluh tahun lalu, Santo Arnoldus Janssen menyalakan api kecil misi di Steyl, Belanda. Hari ini, api itu berpijar di seluruh dunia dan Indonesia turut menjaga serta membawa terang itu. Dari postulat hingga rumah studi, SVD Indonesia menjadi bagian dari kisah global: Witnessing to the Light from Everywhere for Everyone (Bersaksi tentang Terang dari Segala Penjuru bagi Setiap Orang).
Bersaksi tentang Terang bagi Semua
Pada 8 September 2025, Serikat Sabda Allah (SVD) merayakan 150 tahun kelahirannya. Perayaan ini digelar serentak di seluruh dunia dengan mengusung tema global di atas. Dari kota kecil Steyl di Belanda, api misi yang dinyalakan Janssen kini berpijar di berbagai benua. Indonesia, yang dahulu disebut “ladang misi,” kini tampil sebagai salah satu negara pengutus misionaris terbanyak di dunia.
Api yang Dijaga Sejak Postulat hingga Novisiat
Perjalanan panggilan religius misionaris selalu dimulai dari langkah kecil. Di Indonesia, api panggilan misioner itu pertama-tama dinyalakan dan dijaga dalam masa postulat: di Biara Santo Konradus Ende bagi calon bruder, dan di Batu, Malang bagi calon imam. Di tahap ini, para postulan belajar mengenal hidup religius misionaris, berlatih disiplin rohani, dan merasakan ritme hidup berkomunitas.
Dari postulat, mereka melangkah ke novisiat: Nenuk di Timor, Kuwu di Manggarai, serta Batu di Malang. Di novisiat inilah api panggilan dimurnikan dan diperdalam melalui doa, latihan rohani, dan hidup bersama yang intens. Masa postulat dan novisiat menjadi fondasi kokoh yang menyalakan semangat misi sejak awal perjalanan.
Pilar Formasi yang Menopang Misi Global
Sesudah fondasi awal itu, para calon religius misionaris dibentuk lebih lanjut di tiga pusat utama. IFTK Ledalero menekankan filsafat, teologi, dialog antaragama dan budaya; STFT Widya Sasana Malang menumbuhkan kreativitas pastoral, literasi digital, dan kepekaan perkotaan; sementara Biara Santo Konradus Ende menyiapkan para bruder dengan keterampilan praktis dan kepekaan sosial. Seluruh rantai ini membentuk pribadi yang tangguh, siap menanggapi kebutuhan dan tantangan Gereja universal.
Sejak pengutusan perdana pada 1982/83, imam dan bruder Indonesia telah melangkah ke berbagai penjuru. Kini SVD hadir di lebih dari 80 negara, dan misionaris asal Indonesia sejak pengiriman pertama telah diutus ke sekitar 70 negara. Dalam satu dekade terakhir, hampir 500 orang muda dari pulau-pulau kecil nusantara melayani di lima benua: mendirikan sekolah dan klinik di Afrika, mendampingi buruh migran di Asia, menghidupkan paroki dan karya pendidikan di Eropa, hadir di tengah komunitas miskin di Amerika, dan mendampingi masyarakat adat di Oseania. Dari api kecil masa postulat hingga karya global, perjalanan itu menunjukkan kesetiaan yang tetap dan terus menyala.
Terang yang Sederhana tetapi Nyata
Selama 150 tahun, SVD menyalakan terang dengan cara yang sederhana namun menyentuh. Di ruang kelas, mereka mencerdaskan generasi muda. Di desa, mereka hadir lewat klinik dan pemberdayaan masyarakat. Dalam doa dan dialog, mereka membuka persaudaraan lintas agama dan budaya. Kadang misi itu tampak sederhana: air bersih bagi desa, obat murah bagi yang sakit dan miskin, jalan desa yang dibangun bersama umat, advokasi bagi yang lemah atau telinga yang mendengarkan kisah para buruh migran dan penyintas. Tetapi justru kesederhanaan itulah yang menghadirkan terang yang nyata.
Dalam terang ini Superior Jenderal SVD, P. Anselmo Ricardo Ribeiro, SVD, dari Roma berpesan kepada para anggotanya: “Api yang menyala di Steyl dan kini hidup di Indonesia harus terus memberi terang, berjalan bersama masyarakat dunia dalam solidaritas, persaudaraan, dan kasih.” Pesan itu sederhana tetapi kuat: misi bukan tentang menyimpan api, melainkan meneruskannya; bukan berjalan sendiri, melainkan berjalan bersama yang lain.
Di tengah dunia yang penuh tantangan —digitalisasi, krisis lingkungan, perdagangan manusia, pelanggaran HAM, dan ketidakadilan sosial— bersaksi tentang terang menemukan makna terdalamnya. Api kecil yang dirawat dengan kesetiaan dan kreativitas mampu menerangi jalan di tengah kegelapan. Pesan ini meneguhkan kembali makna tema global: terang SVD bukan milik satu tempat, melainkan bagian dari misi bersama Gereja universal.
Dari Langkah Kecil ke Cakrawala Dunia
Momentum 150 tahun SVD mengingatkan bahwa kebesaran misi tidak diukur dari angka, melainkan dari kesetiaan yang kreatif menjaga api kecil agar tidak padam. Api yang ditiup sejak masa postulat, dimurnikan di novisiat, diperkokoh di rumah studi, dan akhirnya diutus ke seluruh dunia, kini berpijar di lima benua.
Dari Ende, Batu, Nenuk, Kuwu, Ledalero, dan Malang, api itu terus dinyalakan dan dijaga untuk tidak padam. Dari Indonesia, cahaya itu kini bergabung dengan cahaya dari seluruh dunia —menjadi terang bersama bagi setiap orang.
Itulah makna nyata dari tema perayaan global: “Bersaksi tentang Terang dari Segala Penjuru bagi Setiap Orang”. Tema ini bukan hanya menjadi kenangan syukur, tetapi juga pesan profetis. Satu ajakan agar SVD terus melangkah maju dalam formasi para calon, setia menjaga api misi dan kreatif membawa terang bagi dunia.
Pastor Dr Petrus Dori Ongen, SVD, dosen pedagogi pada Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero, Flores






