HIDUPKATOLIK.COM – Sebagai upaya memperkuat basis umat di tingkat akar rumput, Komisi Kateketik, Kitab Suci, dan Liturgi Keuskupan Agung Palembang (KAPal) menyelenggarakan pelatihan intensif bagi fasilitator Komunitas Basis Gerejani (KBG). Kegiatan berlangsung pada 22–23 November 2025 di Wismalat Podomoro, Sumatera Selatan. Temanya “Komunitas Yang Bertumbuh Dalam Sabda” dengan narasumber Pastor Yonas Manue Hunu, SVD (Pengurus LBI dan Direktur Bible Batam).
Pelatihan ini menjadi momentum strategis menjelang penutupan Tahun Pastoral 2025 yang didedikasikan sebagai Tahun KBG. Di mana Keuskupan Agung Palembang adalah wilayah gerejawi Gereja Katolik Roma yang melayani umat di provinsi Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu. Keuskupan ini terus berkomitmen memberdayakan umat melalui berbagai gerakan pastoral yang kontekstual dan transformatif.
Acara dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Agung Palembang, Pastor Yohanes Kristianto.
Pastor Kris menegaskan bahwa Komunitas Basis Gerejani (KBG) bukan sekadar program kerja, melainkan sebuah pola hidup menggereja yang baru.
“Berakhirnya Tahun KBG bukan berarti semangat kita padam. Justru, semangat untuk menghidupi komunitas basis harus semakin berkobar. Kita ingin menyelaraskan diri dengan semangat Gereja Perdana yang kental dengan persaudaraan,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Komisi Kateketik, Kitab Suci, dan Liturgi KAPal, Pastor Agustinus Giman, menjelaskan bahwa pelatihan ini dirancang dengan konsep Training of Trainers (ToT). Para peserta yang terdiri dari Koordinator KBG Paroki dan Tim KBG Dekanat diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan di wilayah masing-masing.
“Harapan kami, para utusan ini dapat membagikan pembekalan yang diterima kepada para fasilitator di paroki mereka. Tujuannya agar KBG terus menjadi ‘sel hidup’ yang berjalan dinamis, di mana umat tidak hanya berkumpul, tetapi bertumbuh dan berkembang dalam Sabda Tuhan,” jelasnya.
Pastor Yonas Manue Hunu, SVD mengajak para peserta menyadari bahwa kredibilitas seorang fasilitator terletak pada keselarasan antara kata dan perbuatan. Ia menegaskan bahwa fasilitator harus mampu menciptakan suasana doa, mendorong partisipasi, namun tetap tegas menjaga batasan.
Melalui pelatihan ini, Gereja berharap dapat terus hadir secara nyata di lorong-lorong kampung dan perumahan, memastikan Gereja tidak menjadi menara gading yang berjarak, melainkan hadir di tengah realitas harian umat.
Andreas Daris Awalistyo (Palembang)






