HIDUPKATOLIK.COM – Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas (FCh) di Indonesia merayakan Hari Raya Kemandirian Kongregasi yang ke-34, menandai perjalanan sejak berdiri pada 1 Desember 1991. Perayaan syukur ini dipadukan dengan Misa Profesi Kekal dan Syukur Hidup Membiara yang berlangsung khidmat dalam Perayaan Ekaristi pada pukul 09.30 WIB di Gereja Santo Yoseph Palembang.

Misa dipimpin oleh Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono, didampingi oleh Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmoji (Uskup Tanjung Karang), Pastor Norbert Maria Schnell (Vikaris Jenderal Keuskupan Breda, Belanda, sekaligus Administrator Kongregasi Charitas Roosendaal), Pastor Hyginus Gono Pratowo, Pastor Ignasius Suparno, CM dan Pastor Andreas Suparman, SCJ.
Panggilan untuk Kesempurnaan Setiap Detik
Dalam homilinya, Mgr. Yuwono menyampaikan pesan inti mengenai makna kaul religius (kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan). Ia menyebut kaul sebagai janji sukarela kepada Allah, yakni penyerahan diri total untuk hidup dan berkarya demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan umat manusia.
Ia menekankan bahwa hidup membiara adalah perjuangan menuju kesempurnaan yang mewajibkan para anggota “untuk setiap hari berusaha dengan segala daya upaya untuk mencapainya.” Beliau mendorong para Suster untuk tidak takut, tetapi untuk “berjalanlah, mulailah, hiduplah dengan setiap detik satu kali berdetak.”

Kaul Ketaatan mewajibkan suster untuk menundukkan diri sepenuhnya kepada Allah melalui pimpinan Kongregasi, menerima perintah tanpa mempertanyakan. Sementara Kaul Kemiskinan menuntut pelepasan sukarela atas hak milik, menghindari pemakaian berlebihan, dan bersukacita dalam keterbatasan. Adapun Kaul Kemurnian mewajibkan pelepasan perkawinan, menghindari peluang dosa, menjaga indera, dan hidup dengan kerendahan hati serta devosi tulus kepada Bunda Maria.
Profesi Kekal
Inti perayaan adalah upacara pengikraran profesi dan pembaharuan kaul oleh total 17 Suster. Pengikraran kaul seumur hidup ini dipimpin oleh Pemimpin Umum Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas, Sr. Maria Patricia, FCh.
Suster yang mengikrarkan kaul kekal adalah: Sr. M. Mariana, FCh; Sr. M. Venta, FCh; Sr. M. Ryanita, FCh dan Sr. M. Theresita, FCh
Setelah pengucapan ikrar dan penandatanganan bukti profesi, Mgr. Yuwono memberikan berkat, dilanjutkan dengan penyerahan dan penyematan cincin profesi kekal oleh Pemimpin Umum sebagai tanda keanggotaan tetap Kongregasi.
Rangkaian dilanjutkan dengan pembaharuan janji tri-prasetya bagi para suster yang merayakan ulang tahun hidup membiara: Pesta Perak (25 tahun) yaitu Sr. M. Arnolda, FCh; Sr. M. Eufrasia, FCh; Sr. M. Ferrini, FCh; Sr. M. Filipita, FCh; Sr. M. Hilaria, FCh; Sr. M. Ivo, FCh; Sr. M. Olga, FCh; Sr. M. Rachel, FCh; dan Sr. M. Yohani, FCh. Panca Windu (40 Tahun) Sr. M. Brigitta, FCh; Sr. M. Firmina, FCh; dan Sr. M. Martina, FCh. Pesta Emas (50 Tahun) Sr. M. Lucia, FCh.
Awal dari Kesetiaan
Seusai Ekaristi, perayaan dilanjutkan di halaman Gereja dengan acara penyambutan pestawati oleh penari Kebo Giro, dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun.
Mewakili para pestawati, Sr. Maria Rianita, FCh, menyampaikan bahwa perjalanan panggilan mereka diperkuat oleh ayat, “Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
“Hari ini bukanlah puncak perjalanan bagi kami semua, tetapi awal dari kesetiaan yang lebih dalam,” kata Sr. Rianita. Beliau menyatakan komitmen untuk terus “mencintai tanpa batas, melayani tanpa pamrih, dan hidup dalam semangat Santo Fransiscus Asisi, menjadi Charitas dengan sikap belarasa yang tak terbagi.”
Andreas Puryadi, perwakilan keluarga pestawati, mengharapkan para suster tetap semangat dalam melayani, serta berpesan agar mereka pulang ke kampung halaman saat hati gundah untuk menguatkan panggilan.
Sementara itu, Sr. Maria Patricia, FCh menyampaikan terima kasih kepada keluarga dan berharap perayaan ini menjadi inspirasi bagi pertumbuhan panggilan. Beliau juga berpesan agar para Suster mengisi syukur dengan pertobatan sejati, kerendahan hati, dan menghargai setiap detik dalam hidup, menjadikan cincin sebagai lambang komitmen yang utuh dan penuh.

Pastor Norbert Maria Schnell mengingat sejarah Kongregasi yang didirikan pada 1 Desember 1834. Ia menegaskan bahwa perayaan ini adalah kesaksian iman, harapan, dan kasih bagi Allah yang telah menganugerahkan rahmat kepada Kongregasi di Indonesia.
Andreas Daris Awalistyo (Palembang)





