HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 7 Desember 2025. Minggu Adven II. Yes. 11:1-10; Mzm:72:1-2,7-8,12-13,17: Rm. 15:4-9: Mat. 3:1-12
“LANTARAN segala sesuatu dilihat dan didengar oleh Allah, marilah kita takut kepada-Nya dan tinggalkanlah perbuatan jahat yang timbul dari keinginan jahat agar melalui rahmat-Nya, kita dilindungi dari penghukuman yang akan datang. Sebab, ke mana kita dapat melarikan diri dari tangan-Nya yang perkasa? Atau dunia mana yang akan menerima mereka yang melarikan diri dari-Nya?” Perkataan Paus Klemens dari Roma ini mengingatkan bahwa Allah tidak hanya Bapa yang berbelas kasih, tetapi juga Hakim yang Maha adil.
Meskipun melalui rahmat-Nya, Allah dapat menganugerahkan pengampunan bagi orang yang bertobat, tetapi Dia juga tidak akan membiarkan kejahatan merajalela dan dengan cara-Nya akan melenyapkan kejahatan yang merusak diri ciptaan-Nya. Manusia perlu menyadari kedosaan yang menguasainya dan sesegera mungkin untuk bertobat sehingga mengalami keselamatan dari Allah.
Injil Matius juga menampilkan seruan pertobatan yang keluar dari mulut Yohanes Pembaptis (Mat.3:1-12). Ia memulai tugasnya sebagai bentara Kristus di padang gurun Yudea. Dengan berpakaian seperti Nabi Elia, ia seperti membuka kembali periode para nabi di abad-abad sebelumnya ketika menyampaikan pesan ilahi kepada Bangsa Israel.
Pesannya pun serupa dengan pesan para nabi dalam Perjanjian Lama, yaitu teguran keras terhadap umat Allah karena ketidaksetiaan mereka dan berusaha membangkitkan pertobatan sejati dalam hati dan sikap mereka. Perkataan Yohanes Pembaptis keras, tajam, dan mengguncang hati para pendengarnya.
Layaknya seorang nabi yang dibakar oleh semangat ilahi, ia tidak takut mengkritik tokoh penting dalam masyarakat Yahudi, yaitu orang Farisi dan Saduki dan menyerukan pertobatan kepada mereka yang merasa diri pasti diselamatkan karena keturunan Abraham. Ia membangkitkan semangat orang yang berdosa untuk bertobat dan mengguncang kenyamanan mereka yang merasa diri benar sehingga hati mereka pada akhirnya siap untuk menyambut kedatangan juru selamat yang dijanjikan yaitu Kristus.
Salah satu pernyataan profetisnya yang tegas adalah “Ia (Kristus) akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat. 3:11). Apakah arti pernyataan ini? Apakah yang dimaksud dengan dibaptis dengan Roh Kudus? Apakah api yang dimaksudkan di sini adalah api Roh Kudus? Ada yang menafsirkan api sebagai api Roh Kudus yang menyucikan orang beriman, melenyapkan dosa, dan memurnikan jiwa orang.
Namun, tidak sedikit juga yang menafsirkan api ini sebagai simbol dari penghakiman ilahi dan penghukuman kepada mereka yang melakukan kejahatan dalam hidup. Tampaknya, arti yang kedua ini lebih sesuai dengan konteks dari seruan pertobatan Yohanes Pembaptis. Pernyataan ini sebenarnya mengacu pada dua pembaptisan yang akan dilakukan oleh Kristus, yaitu pembaptisan dengan Roh Kudus, bagi mereka yang bertobat dan percaya pada Kristus, dan pembaptisan dengan api (penghakiman) bagi mereka yang tidak bertobat dan tetap hidup dalam kejahatan. Mereka yang bertobat akan menerima Roh Kudus. Sebaliknya, mereka yang nyaman dengan kejahatan, akan menerima api penghukuman dari Allah.
Ini nampak jelas pada peringatan Yohanes Pembaptis kepada orang Farisi dan Saduki tentang murka Allah yang akan datang. Dikatakan, jika mereka tidak menghasilkan buah pertobatan, kapak penghakiman Allah akan melemparkan mereka ke dalam api. Orang yang tidak bertobat digambarkan seperti pohon yang tidak berbuah dan jerami yang kering. Tidak ada gunanya sama sekali selain ditebang dan dibakar seperti sampah (Mat. 3:7-12).
Seruan pertobatan Yohanes Pembaptis bukan hanya untuk orang Yahudi pada zamannya, tetapi juga tetap bersuara dan menantang kita, para murid Kristus di zaman ini. Apakah kita mau menerima Roh Kudus? Jika iya, pertobatan dan berbalik dari dosa dan kejahatan adalah satu-satunya cara. Jika tidak mau bertobat dan tidak setia di jalan Allah, penghukuman dari Allah sudah berada di depan pintu.
Bertobat memang tidak mudah dan penuh perjuangan. Namun, buah pertobatan akan memberikan kebahagian dan keselamatan abadi kepada kita. Lebih baik menderita karena pertobatan sekarang ini daripada menderita karena tidak mengalami keselamatan kekal di masa depan.
Sebaliknya, mereka yang nyaman dengan kejahatan, akan menerima api penghukuman dari Allah.
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 49, Minggu, 7 Desember 2025






