HIDUPKATOLIK.COM – Cendekiawan Lintas Iman untuk Persatuan Bangsa mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk memperteguh komitmen mereka dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pasca rentetan demonstrasi menentang kebijakan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) yang berujung pada aksi perusakan dan pembakaran sejumlah fasilitas umum.
Ketua Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Luky A. Yusgiantoro; Ketua Umum Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI), Victor Jaya Kusuma; Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Phil Kamaruddin Amin; Ketua Umum Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI), Badikenita Putri Sitepu; dan Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Hindu Indonesia (ICHI), I Nyoman Widia menyampaikan ajakan tersebut dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Minggu (31/8/2025).
“Kami menyampaikan dukacita yang mendalam atas jatuhnya korban dari kalangan rakyat sipil yang berunjuk rasa maupun aparat keamanan yang bertugas. Semoga mereka yang wafat memperoleh kedamaian di sisi Tuhan yang Mahaesa, dan keluarga yang ditinggalkan dianugerahi ketabahan serta kekuatan jiwa,” demikian pernyataan mereka.
Mereka mengungkapkan keprihatinan dan menyayangkan seluruh rangkaian kejadian penyaluran aspirasi masyarakat yang berujung pada kerusuhan di berbagai wilayah Tanah Air. Kejadian ini, menurut mereka, telah melukai rasa kebersamaan sebagai bangsa dan meninggalkan luka mendalam dalam perjalanan demokrasi Indonesia.
“Peristiwa ini hendaknya menjadi pengingat bagi kita semua untuk melakukan introspeksi dan memperbaiki segala sesuatu demi kebaikan bersama. Kesalahan dan kekurangan yang terjadi harus dijadikan pelajaran agar tidak terulang di masa depan,” ungkap mereka.
Selain itu, mereka juga menyampaikan beberapa seruan, yakni menage kesatuan dan persatuan NKRI, mendengarkan aspirasi rakyat, menghindari anarkisme dan narasi provokatif, menghentikan penyaluran aspirasi yang berujung pada kerusuhan, membuka dialog, menjaga stabilitas dan ketenangan, dan reformasi parlemen.
“Kami menegaskan komitmen untuk senantiasa menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan bangsa adalah warisan luhur para pendiri negara yang harus kita pelihara dengan kesadaran, cinta tanah air, dan semangat gotong royong,” ujar mereka.
“Kami menyerukan kepada pemerintah dan parlemen agar sungguh-sungguh mendengar, menghargai, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat dengan penuh kearifan. Suara rakyat adalah amanah yang tidak boleh diabaikan, melainkan harus menjadi dasar bagi setiap kebijakan dan keputusan kenegaraan.”
Mereka pun mengimbau seluruh elemen bangsa agar menahan diri dari tindakan anarkis dan menghindari narasi provokatif. Menurut mereka, kekerasan hanya akan melahirkan luka baru sedangkan kata-kata yang menyesatkan akan memperlebar jarak di antara sesama anak bangsa.
“Kami mengajak semua lapisan masyarakat dari berbagai kalangan untuk menghentikan penyaluran aspirasi yang berujung pada kerusuhan. Kita semua berkepentingan agar Indonesia tetap bersatu, damai, dan sejahtera. Untuk itu, setiap pihak hendaknya saling menjaga sikap, bertoleransi terhadap perbedaan, dan menolak segala bentuk intimidasi, kekerasan, serta kerusuhan,” imbuh mereka.
“Kami mengajak semua pihak untuk membuka ruang dialog yang jujur dan beradab, membangun sikap saling memaafkan, serta mencari jalan tengah yang membawa pada kesepakatan bersama. Hanya dengan jalan dialog dan rekonsiliasi, kita dapat merajut kembali harmoni sosial yang menjadi fondasi kehidupan berbangsa.”
Mereka juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas dan ketenangan sosial agar roda perekonomian bangsa tetap berjalan lancar. Kehidupan ekonomi yang sehat merupakan salah satu pilar kesejahteraan rakyat, sehingga stabilitas harus dijaga bersama oleh seluruh elemen bangsa.
“Kami sependapat dengan gagasan perlunya dilakukan reformasi agar Parlemen dapat menjalankan fungsinya dengan lebih profesional, efisien, dan nasionalis. Parlemen yang kuat dan bermartabat merupakan pilar penting bagi tegaknya demokrasi Indonesia,” pungkas mereka.
Katharina Reny Lestari






