HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 14 September 2025 Pesta Pemuliaan Salib Suci. Bil.21:4-9; Mzm.78:1-2, 34-35, 36-37, 38; Flp.2:6-11; Yoh.3:13-17
“CARPE Diem!”, “Nikmatilah hari ini!” adalah ungkapan yang berasal dari puisi seorang penyair kuno Romawi yang bernama Horatius dalam karya berjudul Odes. Horatius menulis “carpe diem quam minimum credula postero” (23 SM) yang berarti “petiklah hari ini, percayalah sesedikit mungkin pada hari esok.” Ini sebenarnya adalah ajakan Horatius untuk fokus menikmati hari ini tanpa khawatir akan hari esok. Ini juga adalah undangan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada di hadapan saat itu tanpa menunda-menunda, termasuk kesempatan untuk menikmati kesenangan dan meraih kebahagiaan. Akan tetapi, Carpe diem kadang ditafsirkan secara negatif sebagai prinsip mencari kesenangan sesaat bagaikan mengikuti nafsu dan naluri. Ini kadang dianggap sebagai ajakan untuk bersenang-senang selagi bisa bagai aji mumpung, yaitu prinsip untuk memanfaatkan situasi atau kesempatan demi keuntungan pribadi tanpa memilikirkan aturan, ketentuan, norma, dan etika.
Memang pada dasarnya manusia ingin mencari kenikmatan dalam kehidupan yang senang dan tenang. Kiranya adalah wajar kalau kita berusaha sebisa mungkin menghindari rasa sakit dan derita. Akan tetapi, ketika tanggung jawab dan tugas kita sebagai orang beriman menuntut derita dan sengsara, apakah kita juga masih mau menghindarinya dengan akibat bahwa kita mengkhianati tugas dan melalaikan tanggung jawab?
Untuk mewujudkan visi dan misi Kerajaan Allah, Yesus taat kepada Allah karena menyadari hakikat-Nya sebagai Putera Allah. Ia taat dan harus mengosongkan diri menjadi sama seperti manusia (bdk. Flp 2: 1-11) dan menanggung demi keselamatan manusia dan kemuliaan Allah. Yesus sadar bahwa Ia membutuhkan salib sebagai altar untuk menebus dosa. Jalan penderitaan yang ditempuhnya adalah jalan cinta Allah pada manusia. Salib adalah ungkapan kasih Allah tanpa batas.
Yohanes menggambarkan bagaimana kasih Allah menjadi alasan Allah mengutus Yesus, Putera Tunggal untuk menyelamatkan manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3: 16) Maka, salib menjadi paket yang telah direncanakan Allah sejak semua. Yesus lahir di kadang Betlehem pada Natal dan kelak wafat pada di Golgota pada Jumat Agung untuk bangkit pada Minggu Paskah.
Yesus memberi syarat pada para murid yang mau mengikuti-Nya untuk menyangkal diri dan memikul salib. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mat 16: 24). Menyangkal diri adalah keutamaan untuk mengontrol diri supaya tidak dikendalikan oleh nafsu dan naluri, melainkan membiarkan diri dipimpin oleh Roh Ilahi.
Menyangkal diri adalah keputusan untuk tidak mencari kesenangan pribadi demi nikmat sementara, melainkan mencari kehendak ilahi demi keselamatan jiwa. Menyangkal diri adalah tindakan mengesampingkan kepentingan sendiri demi kemuliaan Allah dan keselamatan sesama. Memanggul salib berarti dengan sukarela dan sukacita mengalami penderitaan demi kebaikan bersama agar kehendak Allah terlaksana. Menyangkal diri dan memanggul salib yang menjadi syarat kemuridan adalah tindakan mengosongkan diri agar Allah mengisi diri; sesama mendapat tempat di hati.
Pepatah berkata: “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian; bersakit-sakit dahulu, berenang-renang kemudian.” Kadang kita mau menerima manisnya efek dari obat, yaitu kesembuhan, tapi tidak mau menerima rasa pahitnya. No crown without cross; tak ada mahkota tanpa salib. Dalam homili misa pro ecclesia (14 Maret 2013) dengan para kardinal, Paus Fransiskus berkata: “Ketika kita melakukan pekerjaan tanpa salib; ketika kita membangun tanpa salib; dan ketika kita mengakui Kristus tanpa salib; kita bukan murid Tuhan; kita bersifat duniawi. Kita adalah para uskup, imam, kardinal, Paus, tetapi bukan murid Tuhan.” Salib adalah derita yang membuat kita selamat dan hidup penuh berkat. Kalau Allah menunjukkan kasih-Nya melalui salib, marilah kita tunjukan kasih kita pada Allah dengan menyangkal diri dan memikul salib.






