HIDUPKATOLIK.COM – Peluncuran seragam baru (nonseremonial) digelar pada hari Kamis, 2/10/2025). Komandan Garda Swiss, seperti dilansir oleh ABC News dan iHeart, 3/10/2025) Kolonel Christoph Graf memperkenalkan desain baru tersebut dalam sebuah upacara perkenalan di barak militer Garda Swiss di Vatikan. Acara ini mendahului upacara pelantikan tahunan 27 rekrutan baru, yang dijadwalkan pada hari Sabtu esok (4/10/2025).
Seragam baru ini, yang terbuat dari wol hitam dengan dua baris kancing, ikat pinggang kuning dan putih, serta kerah bergaya Mao, merupakan replika asli dari desain berusia berabad-abad yang terakhir digunakan pada tahun 1976.
Kolonel Graf menjelaskan bahwa seragam tersebut akan dikenakan untuk acara-acara resmi nonseremonial, seperti resepsi diplomatik atau jamuan makan resmi di luar tembok Vatikan. Seragam tradisional bergaya Renaisans berwarna biru, kuning, dan merah akan tetap digunakan untuk acara-acara seremonial.
Seragam yang diperbarui ini didanai oleh seorang donatur yang tidak disebutkan namanya, dengan biaya masing-masing seragam sekitar $2.300. Seragam ini akan dikenakan secara eksklusif oleh jajaran senior Garda Swiss. Korps ini, yang dianggap sebagai tentara tetap tertua di dunia, didirikan pada tahun 1506 oleh Paus Julius II. Secara tradisional, upacara pelantikan berlangsung pada atau sekitar tanggal 6 Mei, memperingati hari di tahun 1527 ketika 147 anggota Garda gugur saat melindungi Paus Klemens VII selama Penjarahan Roma. Namun, upacara tahun ini ditunda karena wafatnya Paus Fransiskus dan terpilihnya Paus Leo XIV.
Kembalinya seragam nonseremonial ini dipandang oleh para pejabat Garda Swiss sebagai cara untuk membedakan diri mereka sebagai korps militer.

Pengunjung Vatikan masih dapat melihat anggota Garda Swiss mengenakan seragam seremonial berwarna merah, kuning, dan biru bergaya Renaisans, yang akan terus mereka kenakan saat menjaga Vatikan
Selain pembaruan seragam, rencana sedang dilakukan untuk merenovasi barak Garda Swiss yang sudah tua. Renovasi ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi kehidupan dan berpotensi mengakomodasi rekrutan perempuan di masa mendatang.
Jean-Pierre Roth, ketua yayasan yang menggalang dana untuk renovasi tersebut, menyatakan bahwa rencana arsitektur baru dapat memungkinkan adanya seksi perempuan jika disetujui oleh Paus. Renovasi ini dipersulit oleh status Kota Vatikan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, yang membutuhkan persetujuan dari para ahli teknis badan PBB tersebut. Pembangunan diperkirakan akan dimulai pada tahun 2027. (fhs)






