HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Regensburg, Jerman, Mgr. Rudolf Voderholzer mengatakan beberapa uskup telah meminta Konferensi untuk mengubah teks tersebut, tetapi “teks tersebut diterbitkan atas nama kami hampir tanpa perubahan”.
Sebagaimana dilansir The Tablet, beberapa uskup Jerman secara terbuka menjauhkan diri dari dokumen tentang keragaman orientasi seksual yang diterbitkan oleh Komisi Sekolah Konferensi Waligereja Jerman (DBK) pada akhir Oktober.
“Meskipun tertulis di sampulnya … ‘para uskup Jerman’, teks tersebut tidak berbicara atas nama saya,” kata Uskup Passau, Stefan Oster. Sebuah pernyataan di situs webnya yang berjudul “Apakah kita masih percaya apa yang kita percayai?” mengatakan bahwa ia “secara resmi menjauhkan diri” dari “asumsi substantif dan konten teologis, filosofis, edukatif, dan psikologis perkembangan” dokumen tersebut.
Dokumen DBK berjudul “Diciptakan, Ditebus, dan Dicintai” “dalam versi terbarunya sedang dalam perjalanan terbaik menuju pemahaman yang didesakralisasi tentang manusia”, ujarnya, seraya menegaskan bahwa pemahaman Katolik tentang kemanusiaan tidak boleh ditinggalkan.
“Karena ajaran yang berbeda tentang manusia mengarah pada ajaran yang berbeda tentang wahyu, sakramen, penebusan – dan dengan demikian niscaya mengarah pada ajaran yang berbeda tentang Gereja dan keberadaannya – pada akhirnya bahkan pada pemahaman yang berbeda tentang Allah Tritunggal,” ujarnya.
Uskup Oster berpendapat bahwa “hampir setiap baris menyiratkan ‘Ya, tidak terlalu banyak moralitas seksual, dan tentu saja bukan klaim kebenaran'”, dan mengatakan bahwa dokumen tersebut mengalami “overdosis superdogma yang sarat emosi: ‘Tuhan mengasihi semua orang apa adanya.’ Itulah sebabnya tidak seorang pun boleh dipertanyakan secara kritis dalam keberagaman mereka, itu sudah merupakan diskriminasi.”
Uskup Regensburg, Mgr. Rudolf Voderholzer dan Uskup Agung Köln, Kardinal Rainer Maria Woelki bergabung dengan Uskup Oster dalam protesnya, merujuk pada pernyataannya di situs web keuskupan mereka.
Uskup Voderholzer mengatakan bahwa para kritikus telah meminta dewan tetap DBK untuk mengubah teks tersebut, tetapi “teks tersebut diterbitkan atas nama kami hampir tanpa perubahan”.Ia melanjutkan: “Ada agenda yang sedang didorong di sini. Saya tidak ingin mendengar dalam 30 tahun ini bahwa ini adalah kasus lain di mana Gereja Katolik hanya mengikutinya.” (fhs)






