Pemuda Katolik Bantu Desa Menghadapi Persaingan Global

72
Anang Prihantoro dan Diah Pitaloka dalam seminar Desa Sebagai Pertahanan Dalam Pertarungan Global. (Dok. Pemuda Katolik)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – ANANG Prihantoro menjadi salah satu narasumber dalam seminar ‘Desa sebagai pertahanan dalam pertarungan global’ yang diselenggarakan Pemuda Katolik, Solo, 19/11. Seminar ini merupakan rangkaian Rapat Pimpinan Nasional Pemuda Katolik 2016.

Pembangunan desa, kata Anang, memiliki ruang yang membutuhkan keterlibatan semua elemen masyarakat termasuk Pemuda Katolik. Anggota DPD RI asal Lampung ini, menyebut PP No. 47 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa, membutuhkan Pendamping Desa. Disebutkan, Tenaga Pendamping Desa Lokal sekitar 74.975 Orang; Pendamping Desa dan Pendamping Desa Tehnik Infrastruktur yang bertugas di kecamatan sebanyak 13.588 Orang.

Selain itu, dibutuhkan Tenaga Ahli (TA) untuk masing-masing kabupaten sebanyak 6 orang TA yaitu (Ahli Pemberdayaan Mayarakat, Ahli Pembangunan Partisipatif, Ahli Pemberdayaan Ekonomi, Ahli TTG, Ahli Infrastruktur dan Ahli Pengembangan Pelayanan Dasar; total dibutuhkan 2.916 Orang. “Total Tenaga Pendamping Desa adalah 91.479 orang. Pemuda Katolik bisa mengambil ruang ini,” ujarnya.

Anang meyakini, kader Pemuda Katolik memiliki latar belakang yang mumpuni sehingga tidak perlu ragu untuk terlibat dalam pembangunan desa. Pemuda, lanjut Anang, memiliki semangat dan karakter yang dinamis, energik serta inivatif. Kualifikasi semacam ini, mampu menjembatani arus globalisasi dan kearifan lokal. “Maka dengan hadirnya UU desa, diharapkan desa dapat bertumbuh dan berkembang menjadi desa yang mandiri dengan memanfaatkan potensi ekonomi lokal,” harapnya.

Anang menambahkan, arus globalisasi yang tidak terbendung tidak hanya membawa kemanfaatan positif tetapi juga menetaskan dampak negatif. “Contoh dampak negatifnya, ada pertarungan antara budaya asing dengan lokal serta kerusakan lingkungan hidup.”

Dampak buruk lainnya adalah menurunnya semangat nasionalisme yang berujung pada menciderai asas kesatuan dan persatuan. Karena itu Anang mengajak kader Pemuda Katolik untuk meningkatkan kompetisi diri melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan menumbuhkan semangat pantang menyerah. Keterlibatan Pemuda Katolik dalam pembangunan desa diharapkan menjadi rantai penghubung kesenjangan antara kearifan lokal dan dampak globalisasi.

Pemuda Katolik juga perlu melakukan sinergi yang strategis untuk merawat perbedaan dan kebersamaan. Pancasila, kata Anang harus senantiasa hidup dalam diri para pemuda. Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia, lanjutnya, merupakan prinsip-prinsip dasar dan pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jika dan hanya jika hal itu di praktekan dalam kehidupan sehari-hari. “Pemuda Katolik harus terlibat aktif dalam mengisi ruang-ruang pembangunan dan merawat kebhinekaan,” ujarnya.

Partisipasi Masyarakat
Senada dengan itu, Diah Pitaloka, anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan menekankan, keterlibatan Pemuda Katolik sangat penting sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam pendampingan desa, khususnya terkait pengelolaan dana desa.

Pembangunan desa, kata Diah, bukan hanya soal pembangunan infrastruktur, tetapi juga soal perencanaan dan keterlibatan masyarakat. “Ada kerumitan dalam UU desa. Tidak ada pengelolaan partisipatif. Kita berkutat pada keributan mengenai pendamping desa.”

Diah menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Menjadi pendamping desa, lanjut Diah membutuhkan semangat pengabdian. “Ini pengabdian dan bukan panggung, gak bakal terkenal. Tetapi dalam situasi inilah, teman-teman bisa menlakukan pendampingan, mengajar, atau menyumbangkan ilmu untuk pembangunan desa,” tukas Diah.

Edward Wirawan (Solo)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here