Kisah Cinta Antarbangsa di Tengah Kerimbunan Losari

239
5/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com – RUMAH di tengah perkebunan kopi dan udara yang dingin menusuk, mungkin saja tidak dibayangkan sebelumnya oleh Hyeongyeong Im saat memutuskan akan mengikuti Asian Youth Day di Indonesia 30 Juli – 6 Agustus ini. Namun, hal inilah yang dijumpai Hyeongyeong saat mengikuti DID di Losari, salah satu lingkungan di Paroki St Thomas Rasul Bedono, Keuskupan Agung Semarang.

Sambutan hangat yang diberikan umat Losari kepapadanya menjadi kesan yang seketika membuatnya merasa nyaman berada di lingkungan yang baru. “Orang-orang sangat ramah dan bersahabat, saya senang saya berada di sini,” katanya.

Wajahnya yang mirip seperti bintang bintang Korea yang sering terlihat di televisi sontak menjadikan dirinya sebagai teman berswafoto bagi banyak OMK juga umat di Losari. Namun, senyuman masih selalu tampak di wajah Hyeongyeong, meski kelelahan juga terlihat, mengingat ia baru tiba pukul tiga dinihari tadi.

Di Hari pertama, Hyeongyeong diajak anak-anak muda Losari menyusuri perkebunan kopi di sekitar rumah warga. Di sela-sela pohon kopi Hyeongyeong belajar memahami daun-daun apa saja yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi penduduk sekitar.

 

Saat berada di kebun kopi milik Budi, sang pemilik kebun mengajaknya memetik beberapa buah kopi yang telah memerah. “Kita bisa merasakan air dalam buah ini, rasanya manis,” kata Budi menejelaskan kepada Hyeongyeong yang seketika diterjemankan oleh Intan Murni, mahasiswa Amajaya yang setia menemani Hyeongyeong kemanapun ia pergi.

Dengan wajah lucu, Hyeongyeong merasakan air yang ada di dalam buah kopi. Seketika wajahnya menjadi cerah, ketika merasakan manis buah kopi yang telah memerah. Hal ini menjadi pengalaman pertama bagi Hyeongyeong, terang saja, mana bisa ditemukan ohon kopi di Korea Selatan

Saat diajak Budi ke kandang kambing miliknya, Hyeongyeong dengan tidak canggung juga ikut bersama kawan-kawan barunya melihat beberapa kambing yang dipihara Budi. Dengan kedua jarinya yang mungil, ia menggenggam beberapa batang rumput dan diberikannya kepada kambing-kambing yang masih kecil.

Peserta DID di ladang pertanian warga

Dari Bangladesh

Lain halnya dengan Philip Das, ia tidak begitu asing dengan beberapa pepohonan yang tumbuh di Indonesia. “Sebagian pohon-pohon ini ada juga di negara kami,” kata peserta DID dari Bangladesh.

Saat makan bersama umat Losari, Philip asik saja mencicipi setiap hidangan yang disajikan. Nasi tentu tidak asing baginya karena di negara asalnya ini juga menjadi makanan utama. Namun, Philip baru merasa berbeda saat mencoba wedang jahe yang dihidangkan juga untuknya.  

Awalnya, Philip ragu untuk mencicipi minuman penghangat badan itu, apalagi setelah mencoba menciumnya, aroma asing seketika hinggap di indera penciumannya. Namun karena penasaran, akhirnya ia mencbanya juga. Seketika senyum mengembang dari wajahnya. Rasa asing yang sebelumnya dibayangkannya seketika hilang. “Rasanya enak, dari apakah minuman ini dibuat,”

Keduanya, Hyeongyeong dan Philip mencicipi satu persatu masakan yang disiapkan umat di Losari. Mulai dari urap, pecel dan aneka masakan rebus dilahap dengan penuh kegembiraan. Wajah-wajah umat yang menyaksikan kedua tamu istimewa itu pun menjadi bahagia. Sebuah peristiwa yang entah kapan akan terulang lagi.

Umat Losari pun seketika menyimpan kesan yang dalam. Wajah-wajah mereka puas menyaksikan kedua tamu mereka bahagia bersama di tengah dinginnya udara di tengah perkebunan kopi. Kebahagiaan yang tidak ada nilainya, boleh jadi bahkan tidak ternilai.

Malam pun semakin larut, suara burung-burung malam bersama desiran angin menghantar kedua tamu istimewa itu ke dalam peraduan yang mungkin menjadi paling berkesan. Besok, saat Matahari akan kembali terlihat di ujung-ujung daun kopi itu, mereka berharap akan kenangan-kenangan baru yang tak sabar untuk diciptakan.

Antonius E. Sugiyanto

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here