Lambang Uskup Mgr Adrianus Sunarko OFM dan Maknanya

848
Lambang Uskup Pangkalpinang
4/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus menunjuk Romo Adrianus Sunarko OFM menjadi Uskup Pangkalpinang pada Rabu, 28 Juni 2017. Misa tahbisan episkopalnya akan digelar pada Sabtu, 23 September 2017 di Stadion Depati Amir, Pangkalpinang.

Moto penggembalaan yang dipilih Mgr Sunarko adalah “Lætentur insulæ multæ”, yang artinya “Hendaknya banyak pulau bersukacita” (Mzm 97:1).

Sementara lambang Uskup Mgr Sunarko adalah perisai yang terbagi menjadi tiga bagian: dua bagian di atas, kiri dan kanan, dan satu bagian di bawah.

Lambang Uskup Pangkalpinang

Meneruskan tradisi para Fransiskan, Uskup Sunarko yang berasal dari Ordo Fratrum Minorum (OFM) atau Ordo Saudara-Saudara Dina pun memasukkan elemen-elemen yang biasa dipakai oleh para saudara OFM ke dalam lambang uskupnya.

Di bagian atas sebelah kiri, dengan latar belakang kuning adalah lambang Fransiskan tersebut, yaitu lengan kanan Kristus dengan bekas paku pada telapak tangan-Nya, yang dipadukan dengan lengan kiri Santo Fransiskus dari Asisi, dengan anugerah stigma atau bekas luka Kristus pada telapak tangannya. Di bagian belakang, di tengah kedua lengan terdapat sebuah salib kecil dari kayu.

Di bagian atas sebelah kanan, dengan latar belakang biru adalah sebuah bintang bersudut enam warna kuning keemasan, dengan ombak lautan berupa tiga pita berwarna putih di bawahnya, lambang stella maris atau bintang samudra.

Bintang Samudra merupakan salah satu gelar kuno Maria. Maria Sang Bintang Samudra adalah pelindung bagi para pelaut dan juga bagi karya kerasulan dan misi-misi Katolik di laut dan di daerah-daerah kepulauan. Kita mengikuti Sang Bintang Samudra sebagai petunjuk dalam perjalanan menuju Kristus.

Di bagian bawah, dengan latar belakang merah adalah sebuah Kitab Suci dan berbagai lambang ciptaan Allah. Di bawah Kitab Suci adalah bumi, dengan dataran rendah berwarna hijau dan 3 buah gunung berwarna abu-abu. Di sebelah kiri atas gunung terdapat matahari yang bersinar dengan warna kuning keemasan. Di sebelah kanan atas gunung terdapat bulan sabit dengan warna putih. Tersebar di atas gunung terdapat 7 buah bintang berwarna putih.

Menurut tradisi Fransiskan, melalui pengajaran St Bonaventura, Allah memperkenalkan diri melalui dua kitab: kitab alam ciptaan dan Kitab Suci. Karena dosa manusia, kitab alam menjadi asing dan sulit dibaca sebagai jalan menuju Allah. Allah juga memperkenalkan diri melalui Firman (Kitab Suci), yang mencapai puncaknya dalam Yesus Kristus, Firman yang menjadi manusia. Berkat Firman itu alam dapat kembali menjadi jalan menuju Allah. “Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya” (Mzm 97:6).

Di atas perisai ditempatkan sebuah galero atau topi khas klerus berwarna hijau, dengan 6 jumbai pada masing-masing sisinya. Di bagian tengah belakang perisai adalah sebuah salib pancang berwarna kuning keemasan. Galero hijau dengan 6 jumbai berikut salib pancang ini merupakan penanda bahwa sang empunya lambang adalah seorang uskup.

Di bagian bawah perisai terdapat pita berwarna kuning keemasan, bertuliskan moto penggembalaan Mgr Sunarko dalam bahasa Latin: “Lætentur insulæ multæ”, yang artinya “Hendaknya banyak pulau bersukacita” (Mzm 97:1). Yang dimaksud di sini adalah pulau-pulau dan para penghuninya. Sukacita itu akan ada hanya bila Allahlah yang menjadi raja dalam hidup kita (bdk. ayat 1) dan bukan berhala-berhala yang lain (bdk. ayat 7). Maria dan Fransiskus Asisi, yang digambarkan di dua bagian atas perisai, adalah contoh orang-orang yang bersukacita karena menjadikan Allah sebagai raja dalam hidup mereka.

Maria Pertiwi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here