Kunjungan Perdana Paus ke Myanmar

281
Logo Kunjungan ke Myanmar dan Bangladesh.
[Radio Vatikan]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Paus akan mengunjungi Myanmar yang mayoritas Budha dan Bangladesh yang mayoritas Muslim. Ada rantai perdamaian dalam kunjungan itu; yaitu etnis Rohingya.

PAUS Fransiskus akan mengunjungi Myanmar pada 27-30 November mendatang. Kunjungan Apostolik ini akan berlanjut ke Bangladesh sampai 2 Desember. Direktur Kantor Berita Vatikan, Greg Burke menjelaskan, ihwal kunjungan bermula dari undangan para Uskup dan pemerintah Myanmar dan Bangladesh.

Sekitar 88 persen penduduk Myanmar menganut agama Budha; sisanya Kristen, Hindu, dan Islam. Dari 6,2 persen Kristen penganut Katolik berkisar 700.000 yang tersebar di 16 keuskupan. Tiga diantaranya merupakan keuskupan metropolit. Saat ini ada 29 uskup baik yang aktif maupun yang sudah purnakarya. Sementara di Bangladesh, 90 persen penduduk merupakan pemeluk Islam. Jumlah Katolik hanya sekitar 0,3 persen yang tersebar di delapan keuskupan.

Pada konsistori 2015 lalu, untuk pertama kali dalam sejarah, Paus Fransiskus menunjuk Mgr Charles Maung Bo, Uskup Agung Yangon menjadi kardinal pertama dari Myanmar. Hal serupa juga diberikan pada Bangladesh. Mgr Patrick D’Rozario CSC, Uskup Agung Dhaka, terpilih menjadi kardinal pertama bagi Bangladesh.

Kunjungan ke Myanmar secara politik bermakna penting bagi kedua negara. Pada Mei silam, Myanmar menjadi negara ke-183 yang menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Takhta Suci. Myanmar merupakan negara dengan sistem pemerintahan junta militer. Beberapa tahun belakangan, negara yang juga dikenal dengan nama Burma ini menjadi sorotan internasional karena pembantaian etnis Rohingya yang menganut Islam.

Etnis Rohingya yang tinggal di negara bagian Rakhine eksodus secara besar-besaran ke Bangladesh. Mereka tidak diakui sebagai warga negara Myanmar. Bukannya merasa nyaman, negara mayoritas Muslim itu malah menangkap mereka dan memulangkan mereka ke Rakhine. Bukan hanya Bangladesh, negara Asia Tenggara yang lain menolak kehadiran etnis Rohingya di negara mereka.

Topik Rohingya ini, nantinya akan menjadi salah satu jamuan diskusi Paus dengan pemerintah dan Gereja di kedua negara itu. Hal itu tergambar jelas dalam logo kunjungan ke Myanmar; Kasih dan Perdamaian; dan Bangladesh Harmoni dan Perdamaian.

Paus Fransiskus, juga secara berkala saat Angelus, Misa harian, dan audiensi umum terus-menerus menyerukan agar kekerasan terhadap etnis Rohingya dihentikan. Dalam Angelus pekan lalu, misalnya, Paus sebagaimana dilansir Radio Vatikan, meminta komunitas internasional untuk mengulurkan bantuan dan perlindungan bagi etnis itu. “Mereka diusir dari Myanmar. Mereka pergi dari satu tempat ke tempat lain dan tidak ada yang menginginkannya,” seru Paus merujuk pada gelombang penolakan oleh beberapa negara, yang takut mengambil risiko politik menampung etnis Rohingya.

Beberapa pengamat Vatikan menilai, kunjungan ini menjadi kesempatan Takhta Suci untuk mendorong penyelesaian konflik secara damai, dengan menempatkan penghormatan terhadap martabat manusia di atas perselisihan etnis. Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II pernah mengunjungi Bangladesh. Kunjungan Paus Fransiskus ke Myanmar akan menandai pertama kalinya Paus melakukan kunjungan resmi. Ini juga menjadi kunjungan ketiga Paus Fransiskus ke Asia setelah Korea dan perjalanan ke Sri Lanka dan Filipina. Pada 6-11 September mendatang, Paus juga akan mengunjungi Kolombia.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here