Anak Kehilangan Semangat

473
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang terkasih, anak pertama kami sudah lulus SMK tiga tahun lalu. Dia termasuk anak yang pendiam dan penurut. Tetapi kalau ada masalah, kadang temperamennya tinggi. Setelah lulus, dia ingin melanjutkan kuliah di Bandung. Berhubung jurusan yang ada tidak sesuai dengan keinginannya, akhirnya batal kuliah.

Dua tahun kemudian, saya memintanya untuk kuliah. Dia setuju dan kuliah di kota A. Di kota itu, anak kami salah pergaulan. Suatu ketika dia hilang kontak selama dua minggu. Ketika dicari, ia kami temukan di pinggir jalan dalam kondisi mengenaskan seperti gelandangan. Anehnya, ia tak tahu sebab musababnya. Kemudian kami bawa pulang.

 

Setelah kondisinya normal, kami menanyakan keinginannya. Ia memilih untuk membuka usaha warung makan. Setelah enam bulan, usaha itu tak dilanjutkan dengan alasan tidak laku, capek, dan tidak ada teman.

Kami sudah berusaha memberi semangat. Sekarang kami bermaksud mengajak anak kami itu ke tempat konsultasi, tetapi kami tidak tahu di mana tempat yang tepat. Mohon pencerahan. Terima kasih.

Athar, Bogor

Kebingungan yang Bapak alami bisa dimengerti, karena anak sulung yang diharapkan bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dengan belajar atau merintis karir ternyata kehilangan semangat kerja. Sepertinya, anak Bapak sedang mengalami gangguan depresi. Hal ini terlihat dari gejala-gejala seperti kehilangan semangat, mudah lelah, bahkan mungkin juga kehilangan nafsu makan. Bila tidak segera diatasi, gangguan ini bisa semakin kronis.

Tampaknya, gangguan tersebut muncul ketika keinginannya untuk kuliah di Bandung tidak terwujud dan peristiwa itu terulang di kota A. Saya menduga, alasan dia mengatakan kurang cocok dengan jurusan waktu berniat kuliah di Bandung bukan alasan utama. Kemungkinan dia takut untuk hidup sendiri di Bandung dan lepas dari orangtua. Dan ketika kuliah di kota A, ia mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri.

Seorang remaja, yang harus pindah kota karena kuliah dan lepas dari orangtua, sering kali mengalami masalah penyesuaian diri. Hal ini dikarenakan ia menghadapi rekan sebaya yang baru dan lepas dari kontrol orangtua. Akibatnya, ia akan lebih mudah terseret atau tergoda oleh pola hidup teman sebayanya.

Kuliah di perguruan tinggi tidak sama dengan belajar di SMK. Bukan hanya karena materi pelajaran yang berbeda dan lebih sulit, tetapi juga berbeda dalam hal cara belajar dan kedisiplinan. Hal ini juga membutuhkan penyesuaian diri, dan kadang tidak mudah.

Tentang pengalaman hilang kontak selama dua minggu, agak aneh jika dalam kurun waktu tersebut, ia tidak ingat peristiwa yang ia alami. Lalu, setelah kembali ke rumah, ia kemudian mau menerima tawaran Bapak untuk membuka warung makan. Tapi, setelah berjalan enam bulan, kembali tampak bahwa ia kurang bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru. Di sini juga terlihat bahwa ia kecewa karena situasi dan hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Akibatnya, ia kehilangan semangat untuk berusaha.

Dari gambaran yang saya coba bangun tersebut, sebenarnya anak Bapak mempunyai suatu harapan atau cita-cita besar. Tetapi, ia mungkin menilai kemampuan yang dimiliki kurang memadai, atau kurang mau berjuang untuk mewujudkannya.

Usaha yang bisa Bapak lakukan adalah: Pertama, mengajak anak Bapak (dengan melibatkan semua anggota keluarga) untuk berbicara dari hati ke hati mengenai apa yang ia inginkan dalam hidupnya. Juga, bagaimana perasaannya saat ini. Hal ini dimaksudkan agar anak Bapak merasakan bahwa masalahnya adalah masalah keluarga juga. Kedua, carilah bantuan seorang psikolog. Hal ini bisa Bapak lakukan dengan mencari informasi ke Klinik Psikologi di Rumah Sakit Jiwa Bogor atau fakultas psikologi terdekat.

Drs George Hardjanta MSi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here