Beato Desiderius: Dipaksa Menjadi Paus

700
Beato Desiderius.
[americaneedsfatima.blogspot.com]
1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Ia sama sekali tak berharap menjadi Paus. Bahkan, beberapa kali ia menolak kepercayaan untuk menduduki takhta Uskup Roma. Ia dikenal sebagai negosiator, mediator dan reformator handal.

Salerno, Italia, 25 Mei 1085, Paus Gregorius VII (1073-1085) wafat. Sebelum wafat, ia memberikan sinyal untuk memilih Desiderius sebagai penerusnya. Pada waktu itu, Takhta Suci dilanda serangan dari Antipaus Klemens III (1080-1100). Desiderius dipandang tepat untuk memimpin umat Katolik. Apalagi ia punya relasi baik dengan bangsa Normandia.

Meski demikian, Desiderius merasa tak pantas menyandang tanggung jawab itu. Maka, ia justru pergi ke Biara Monte Cassino untuk menggalang dukungan bagi Takhta Suci dari Normandia dan Lombardia. Saat Desiderius berencana ke Roma, para kardinal, uskup dan pangeran telah menyusun skenario untuk memilihnya menjadi Paus. Mengetahui hal itu, ia membatalkan ke Roma dan kembali ke Monte Cassino.

Awal 1086, para uskup dan kardinal di Roma memanggil Desiderius serta beberapa kardinal dari Monte Cassino ke Kota Abadi guna memilih Paus baru. Pada 23 Mei 1086, mereka bersepakat memilih Desiderius menjadi Paus. Lagi-lagi, ia menolak dan memilih kembali ke Monte Cassino. Karena itu, beberapa kardinal mengusulkan memilih Kardinal-Uskup Ostia, Eudes de Lagery OSB – yang kemudian terpilih menjadi Paus (Urbanus II, 1088-1099) – yang sedang menjalankan perutusan di Jerman. Namun, beberapa kardinal lain tidak setuju.

Akhir Ketidakpastian
Pada 24 Mei 1086, para kardinal dan uskup kehabisan akal dan kesabaran. Mereka berkumpul lagi dan memaksa Desiderius menerima tiara dan duduk di Takhta St Petrus. Ia dipaksa ke Gereja St Lucia. Di sana, ia dipaksa mengenakan jubah Paus dan diberi nama Viktor III. Lagi-lagi, Paus terpilih ini nekad kembali ke Monte Cassino dan tinggal di sana selama hampir setahun.

Ketidakjelasan ini membuat para kardinal, uskup, delegatus Paus dari penjuru Eropa, pangeran-pangeran Normandia dan Roma berkumpul di Capua untuk meneguhkan kembali pemilihan Desiderius menjadi Paus Viktor III. Akhirnya, Paus Viktor III diboyong ke Roma dengan pengawalan tentara Normandia untuk menghindari serangan mendadak dari Antipaus Klemens III.

Pada 9 Mei 1087, ia dimahkotai dan ditahbiskan sebagai Uskup Roma di Basilika St Petrus. Tetapi, Paus baru hanya tinggal di Roma selama delapan hari, lalu kembali ke Monte Cassino.

Pada akhir Mei 1087, ia sempat sekali lagi kembali ke Roma. Namun pada akhir Juni 1087, Antipaus Klemens III merebut Basilika St Petrus, sehingga Bapa Suci kembali lagi ke biaranya.

Dipaksa Menikah
Desiderius bernama asli Daufarius. Ia lahir pada 1027, dari keluarga bangsawan Lombardia, yang bukan garis keturunan pewaris takhta. Ia merupakan putra semata wayang Pangeran Landolfo V dari Benevento, Italia.

Daufarius digadang sebagai penerus garis keturunan bangsawan Benevento. Namun sejak kecil, ia terpikat dengan kehidupan monastik. Ia bercita-cita menjadi rahib. Keinginannya ini ditentang keras oleh keluarga besarnya.

Ketika ayahnya gugur di medan perang melawan bangsa Normandia pada 1047, Daufarius menolak pernikahan yang direncanakan untuknya. Bahkan, ia kabur dari rumah. Ia dipaksa pulang oleh keluarga, namun tetap bersikeras menolak menikah. Untuk kedua kalinya, ia kabur dari rumah ke Cava. Akhirnya, keluarga pun luluh dan mengizinkannya menjadi rahib.

Pangeran Benevento ini lalu masuk Biara St Sophia di Benevento. Sejak masuk biara, ia mengenakan nama Desiderius. Dari St Sophia, ia pindah ke Biara Tremite di Adriatik, lalu ke Biara Majella di Abruzzi pada 1053. Ia dikenal sebagai rahib yang matang, hingga dengan cepat ia dikenal khayalak sebagai rahib yang saleh dan bijaksana.

Enam Paus
Ketenaran Desiderius sampai di telinga Paus Leo IX (1049-1054). Tanpa ragu, Bapa Suci menugaskannya bernegosiasi dan mencari jalan damai dengan bangsa Normandia pasca perang di Civitate. Usai sukses menjalankan tugasnya, ia diangkat menjadi penasihat Paus Viktor II (1055- 1057). Di Biara Monte Cassino, ia didaulat menjadi pimpinan Biara Capua di bawah yurisdiksi Biara Induk Monte Cassino.

Pada masa Paus Stefanus IX (1057- 1058), Desiderius dipromosikan sebagai Abbas Monte Cassino. Lalu Bapa Suci mengutusnya sebagai Delegatus Takhta Suci untuk Konstantinopel. Namun saat ia singgah di Bari sebelum berlayar ke Konstantinopel, terdengar kabar bahwa Paus Stefanus IX wafat. Ia pun kembali ke biara dan didaulat menjadi penasihat Paus Nikolaus II (1058-1061). Selang setahun, ia diangkat sebagai Kardinal- Imam St Caecilia dan memangku jabatan Abbas Monte Cassino. Reputasinya sungguh melegenda. Ia melakukan banyak reformasi. Gedung-gedung biara dan gereja ia renovasi. Ia mendirikan sekolah seni dan membarui disiplin monastik di biaranya. Pada 1 Oktober 1071, Basilika Keabbasan Monte Cassino selesai dibangun dengan megah, dan diberkati Paus Aleksander II (1061- 1073).

Reputasi Desiderius membawa berkat melimpah. Sumbangan bagi biaranya mengalir deras. Tak heran, banyak bangunan indah ia dirikan. Sekolahnya pun kebanjiran buku-buku. Paus Aleksander II menggelarinya Vikaris Kepausan untuk Campania, Apulia, Calabria dan Benevento, yang punya hak khusus mereformasi disiplin biara di daerah tersebut. Bahkan konon, ia diberi previlese mengusulkan langsung kepada Paus nama-nama yang layak diangkat sebagai Uskup dan Abbas di wilayah yurisdiksinya.

Lalu pada masa Paus Gregorius VII (1073-1085), perannya di level kepausan kian bersinar. Selama 1073-1075, Desiderius menjadi mediator antara Takhta Suci dengan bangsa Normandia, serta di antara pangeran- pangeran Normandia, seperti Robert Guiscard dan Richard dari Capua. Pada 1080, ia berhasil merangkul bangsa Normandia untuk mendukung posisi Bapa Suci. Bersama dengan Hugo dari Cluni, ia memulihkan hubungan antara penguasa Albano dengan Takhta Suci. Ia terpotret sebagai pelayan dan loyalis enam Paus berturut-turut. Inilah yang mengantarnya sebagai pengganti Paus Gregorius VII.

Langsung Sakit
Ketika menjadi Paus, ia menggelar Konsili Benevento pada Agustus 1087 yang mengekskomunikasi Antipaus Klemens III, mengutuk Hugo dari Lyons dan Abbas Richard dari Marseilles. Ketika konsili berlangsung, ia mengirim pasukan Roma, Genoa, Pisa dan Amalfita ke Afrika. Pasukan itu ditugaskan merebut kota El Mahadia dan memaksa penguasa Islam di Tunisia tunduk pada Takhta Suci, serta membebaskan semua tawanan Kristiani. Penyerangan itu dianggap oleh sebagian orang sebagai cikal bakal Perang Salib.

Di tengah konsili itu, Bapa Suci mendadak sakit keras dan dibawa kembali ke Monte Cassino. Bahkan konon, sejak merayakan Misa perdana usai pemahkotaannya, ia sudah sakit akibat dipaksa mengemban tampuk kepemimpinan tertinggi Gereja yang tak pernah ia harapkan.

Menjelang wafat, ia sempat mengeluarkan beberapa dekrit pembaruan Biara Monte Cassino. Ia juga meminta dikuburkan di pemakaman biara yang dipersiapkannya sendiri. Ia juga mengusulkan agar Kardinal Eudes de Lagery OSB dipilih sebagai Paus penerusnya. Ia wafat di Monte Cassino pada 16 September 1087.

Kultus kepada Paus Viktor III mulai sejak 60 tahun pasca wafatnya, dan menjadi penghormatan tahunan pada masa Paus Anastasius IV (1153-1154). Pada 1727, Paus Benediktus XIII (1724-1730) resmi mengizinkan umat merayakan pestanya setiap 16 September. Paus Leo XIII (1878- 1903) membeatifikasi Viktor III pada 23 Juli 1887 dan mengukuhkan pesta peringatannya.

R.B.E. Agung Nugroho

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here