25 Tahun SUDARA Merayakan Etos Kerja dan Disiplin

302
Para narasumber (kiri-kanan): Pastor Simon Lili Tjahjadi, Wisnu Nugroho, Eddy Berutu, Rhenald Kasali, dan Margaretha Astaman (moderator). [dok.Sylvia Marsidi]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com Seperempat abad lamanya komunitas Sumber Daya Rasuli (SUDARA) mengarungi jagat sumber daya Indonesia. Kemarin, Sabtu, 22/9/18, komunitas kategorial Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) ini merayakan hari jadinya tersebut di Aula Katedral KAJ dengan menampilkan beberapa sumber daya Katolik yang disegani dengan pemikiran dan pengalaman pribadi mereka sebagai sumber daya yang aktif berkecimpung di ranah publik.

Di hadapan sekitar 200 karyawan dari lembaga pemerintahan dan swasta dan wirausaha, mereka memperlihatkan betapa etos kerja seperti kerja keras, disiplin, mau berubah ke arah yang lebih baik dan nilai-nilai positif lainnya, berperan penting dalam perkembangan pribadi dan perusahaan di mana mereka bernaung.

Dengan topik “Semakin Katolik, Semakin Profesional untuk Indonesia”, para narasumber seperti Rhenald Kasali, Wisnu Nugroho, Yustinus Prastowo, dan Eddy Berutu, memaparkan kekayaan pribadi yang membentuk mereka.

Rhenald Kasali mengajak hadirin untuk selalu siap dengan perubahan. Perubahan ini termasuk pada orang tua kepada anaknya. Orang tua sekarang tidak bisa memaksakan keinginannya kepada anaknya. Pekerjaan yang dulu dianggap menghasilkan, sekarang mungkin berubah. Yang dulu dianggap mustahil, sekarang tidak.

Sementara Wisnu Nugroho sebagai jurnalis memgungkapkan pengalamannya. Dengan memegang pedoman data-observasi-wawancara, jurnalis kompas.com ini memperlihatkan bahwa saat ini untuk bekerja di dunia digital sebagai jurnalis, semakin banyak hoax dan rambu-rambu pemberitaan yang harus dicermati.”Mesti hati-hati benar. Sikap skeptis (meragu-ragu) harus benar-benar dipegang jurnalis pada zaman sekarang,” ujar Wisnu Nugroho yang sering dipanggil Inug ini.

Narasumber lainnya, Eddy Berutu adalah bupati terpilih Dairi dengan masa tugas 2019-2024. Lahir di sana, tetapi lebih memilih tinggal di kota dengan berwiraswasta. Namun melihat kondisi ekonomi di daerahnya, ia memutuskan untuk banting stir, pulang kampung dan mulai membenahi perekonomian rakyat di sana.

Selain melakukan survei (karena tidak ada seorang pun di Dairi yang mengenalnya), ia blusukan ke desa-desa. Hingga kemudian kembali memutuskan untuk beralih profesi, dari pengusaha menjadi politisi.

Sebagi narasumber keempat, siapa yang tidak kenal dengan Yustinus Prastowo? Anak Gunung Kidul ini mempunyai kenangan tak terlupakan dengan tempat lahirnya. Sebuah kapel kecil sering dipakainya untuk belajar bersama teman-temannya yang Muslim. Daerah yang dikenal kering kerontang itu membentuk ahli perpajakan tersebut menjadi pribadi yang memiliki ethos kerja yang disegani para pejabat. Ketika tidak ada orang yang bersedia membenahi perpajakan di tempat tersebut, Yustinus yang ditunjuk.

Dalam pertemuan ini Rhenald dan Wisnu turut menekankan bahwa data-data yang dikemukakan itu bukan sekadar angka. Segala sesuatu yang menyangkut sebuah kondisi, bisa disebut data, dapat memberikan informasi. Mengenai kemiskinan misalnya, bukan hanya angka penghasilan per kapita yang rendah, tapi juga menggambarkan foto tempat yang menunjukkan kemiskinan.

Sementara dari segi etika, Rektor Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Pastor Simon Petrus Lili Tjahjadi, Pr memberikan tips untuk menghadapi situasi dunia yaitu berkehendak baik, berkeadilan, dan hormat pada diri sendiri.

 

Sylvia Marsidi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here