web page hit counter
Senin, 7 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

St Antonio Michele Ghislieri OP : Paus Rosario

3.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Ia dikenal sebagai pengkritik tajam Paus Pius IV. Ketika terpilih sebagai Paus, ia memilih nama Pius V. Ia mengalami visiun, hingga menetapkan Minggu pertama Oktober untuk menghormati Bunda Maria.

Suatu petang, 7 Oktober 1571, Bapa Suci berjalan pelan di ruangannya sembari mendengarkan paparan sekretaris pribadinya, Mgr Busotti de Bibiana. Sang Sekretaris membacakan aneka tanggung jawab penerus Takhta St Petrus itu.

Sejurus Bapa Suci menghentikan langkahnya. Seolah ia mendengar sesuatu, lalu memberi tanda pada Busotti untuk diam. Tiba-tiba ia berjalan menghampiri jendela yang masih terbuka lebar dan terpaku memandang keluar. Gerak-geriknya menunjukkan bahwa ia mendengarkan sesuatu. Namun, Busotti tak mendengar suara apapun.

Terlihat raut wajah Busotti mengisyaratkan ketidaktahuan atas sikap Bapa Suci itu. Dalam kebingungan, ia menyaksikan sorot mata biru Bapa Suci pelan-pelan terarah menatap tajam ke langit. Air mukanya berubah, mengekspresikan binar ketakjuban. Gemetar, kedua tangannya terangkat seolah ingin merespon apa yang didengar dan dilihatnya. Lebih dari tiga menit, sebelum akhirnya suasana kembali normal.

Lalu Bapa Suci berpaling pada Busotti dengan wajah berseri dan berkata, “Sekarang bukan waktunya untuk urusan administrasi. Mari kita lambungkan kidung syukur pada Allah atas kemenangan terhadap Turki.”

Busotti pun memahami, Bapa Suci baru saja mengalami sebuah visiun. Ia kemudian memaparkan kisahnya pada beberapa Kardinal dan sejumlah pejabat Kuria Roma. Mereka bersepakat untuk segera membuat catatan detil atas peristiwa supranatural itu, dan menyimpannya dalam arsip kepausan.

Pada 26 Oktober 1571, seorang utusan tiba di Roma dan menyampaikan warta bahwa laskar Gereja Katolik berhasil menumbangkan tentara Turki di Lepanto. Selang beberapa hari, kronik detil peristiwa kemenangan Lepanto sampai di Roma. Dikatakan bahwa momentum kemenangan Lepanto bertepatan dengan peristiwa visiun yang dialami Bapa Suci. Dalam penelitian yang dilakukan Vatikan, saat Don John dari Austria mengacungkan pedang dan merangsek pasukan Turki hingga kalah, itulah detik-detik Bapa Suci menerima visiun. Dokumen inilah yang menjadi bukti otentik dibukanya proses penggelaran kudus bagi Paus Pius V.

Pasca peristiwa itu, Pius V mengkhususkan Minggu pertama Oktober sebagai ungkapan syukur melalui Bunda Maria yang wajib dilakukan Gereja Universal. Litani Bunda Maria pun didaraskan, dan menambahkan ungkapan Maria sebagai Bunda Penolong Umat Kristiani. Dalam perkembangannya, Gereja menjadikan 7 Oktober sebagai peringatan St Maria Ratu Rosario. Maka Pius V pun sering disebut sebagai Paus Rosario.

Dominikan Sejati
Paus Pius V bernama asli Antonio Ghislieri. Ia lahir di Bosco Marengo, Italia, 17 Januari 1504. Ia ketururan bangsawan dari Bologna. Namun entah mengapa, orangtuanya hidup dalam kemiskinan.

Pada usia sekitar 14 tahun, ia bergabung dengan Ordo Predicatores (OP) dan menjalani masa formasi sebagai calon imam Dominikan. Tahun 1521, ia mengikrarkan kaul dan memakai nama kebiaraan Michele. Namanya pun menjadi Antonio Michele Ghislieri OP.

Michele mengawali hidup membiara di Vighera, lalu pindah ke Vigevano dan di Bologna. Pada 1528 ia menerima tahbisan imam di Genoa. Superiornya mengutus imam muda ini untuk mengajar di Pavia. Ia menjalani perutusan ini selama 16 tahun. Sebagai pengajar ia dikenal piawai. Secara terang-terangan, ia melancarkan serangan berupa 30 dalil untuk melawan Reformasi Protestan demi membela Takhta Suci.

Dalam kemerosotan hidup religius pada masa itu, Michele ditugaskan untuk menjadi pimpinan di beberapa Biara Dominikan. Dengan gigih, ia menegakkan aturan hidup membiara secara ketat. Semangatnya dalam pembaruan hidup selibat dan loyalitasnya pada Takhta Suci membawanya pada tugas baru: menjadi anggota inkuisisi di Como, lalu di Milan dan Lombadia. Sebagai Dominikan, ia menjalani tugasnya berkeliling melawan Reformasi Protestan dengan berjalan kaki, disertai laku tapa dan matiraga.

Pembela Gereja
Setelah menjalani misi sebagai anggota inkuisisi untuk banyak kasus di berbagai kota, Michele ditarik ke Roma dan diberi tanggung jawab dalam jajaran Kuria Roma. Kardinal Gian Pietro Carafa yang naik takhta sebagai Paus Paulus IV (1555- 1559), begitu terpikat akan sepak terjang Michele. Mereka pernah melaksanakan tugas yang sama dalam inkuisisi pada masa tiga Paus sebelumnya, yakni Paulus III (1534-1549), Yulius III (1550-1555) dan Marcellus II (1555). Tak heran jika Paus Paulus IV mengangkatnya sebagai Uskup Nepi dan Sutri, Italia pada 4 September 1556. Ia menerima tahbisan episkopal pada 14 September 1556 dari tangan Kardinal Giovanni Michele Saraceni didampingi Uskup Telese o Cerreto Sannita, Mgr Giovanni Beraldo dan Uskup Molfetta, Mgr Nicola Maggiorani. Pada 15 Maret 1557, Bapa Suci mengangkatnya sebagai Kardinal-Imam St Maria sopra Minerva. Michele juga dianugerahi gelar kehormatan lantaran jasanya yang besar sebagai anggota inkuisisi.

Pasca Paus Paulus IV wafat pada 18 Agustus 1559, Kardinal Giovanni Angelo de’Medici terpilih dan memilih nama Pius IV (1559-1565) dalam konklaf 5 September – 25 Desember 1559. Paus baru ini mengutus Michele menjadi Uskup Mondovi, Italia pada 17 Maret 1560. Lalu pada 14 April 1561, gelar kekardinalannya pun diganti menjadi Kardinal-Imam St Sabina.

Relasinya dengan Paus Pius IV berjalan kurang baik. Secara terang-terangan Michele melontarkan kritik tajam atas praktik kolusi Sri Paus yang mengangkat keponakannya yang masih bau kencur –Pangeran Ferdinand de’Medici– menjadi kardinal pada usia 13 tahun. Bahkan, ketika Kaisar Maksimillianus II mendesak Paus agar merevisi Hukum Gereja dengan mengizinkan imam menikah, Michele terlihat paling vokal menentang di antara kolega kardinalnya. Namun, Paus justru mengganti gelarnya seperti semula, yakni Kardinal- Imam St Maria sopra Minerva pada 15 Mei 1565.

Paus Asketis
Pasca wafatnya Paus Pius IV pada 9 Desember 1565, digelarlah konklaf pada 20 Desember 1565. Berkat pengaruh keponakan Paus Pius IV yang juga kandidat kuat dari keluarga Medici, Kardinal Carolus Borromeus, Michele terpilih sebagai Paus pada 7 Januari 1566. Tepat pada ulang tahunnya ke-62, ia menduduki Takhta St Petrus dengan nama Pius V.

Awal kepausannya ditandai dengan mencanangkan Tahun Yubelium, mendorong Gereja untuk bertobat dan beramal pada kaum papa. Paus Pius V membagi derma besar-besaran pada kaum miskin. Pola hidupnya pun tak berubah. Ia tetap berlaku seperti layaknya seorang rahib sederhana. Di sela memikul beban sebagai Paus, ia tak pernah absen berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus minimal dua kali sehari dengan berlutut. Tak jarang ia mengunjungi kaum miskin di panti sosial, membasuh kaki mereka, merangkul orang kusta, bahkan mencium kaki seorang pengemis. Dengan tindakannya, ia meminta agar para kardinal dan uskup hidup sederhana dan berbelarasa. Selama masa kepausannya, Pius V merealisasikan amanat Konsili Trente (1545-1563) dengan melakukan banyak pembaruan bersama sahabatnya, St Carolus Borromeus. Ia mendirikan banyak panti sosial untuk kaum miskin dan seminari. Ia mempromulgasikan katekismus baru (1566), Brevir (1568) dan Missale Romanum Tridentin (1570). Pada 1567 ia menggelari St Thomas Aquinas sebagai Doktor Gereja. Edisi pertama kumpulan karyanya diterbitkan dengan nama Editio Piana pada 1570 di Studium Generale Dominikan, St Maria sopra Minerva. Tujuh tahun kemudian, 1577, karya ini dipindahkan ke Collegio St Thomas dan akhirnya disimpan di Universitas St Thomas Aquinas, Angelicum, Roma sejak awal abad XX.

Selain perhatian pada kaum miskin, ia mewajibkan para uskup untuk mengurus hidup rohani di keuskupannya dan para kardinal berfokus pada tugasnya. Ia berhasil menyatukan kekuatan kekatolikan di Eropa untuk menghadapi invasi militer Turki. Bahkan tiap biara diwajibkan mempersembahkan persepuluhan demi tujuan ini. Kekuasaannya begitu besar karena ia mempromulgasikan Bulla In Coena Domini (1568), yang mengatur kekuasaan sipil harus tunduk pada supremasi Gereja. Tahun 1570, ia membela Ratu Skotland, Mary Stuart dan mengekskomunikasi Ratu Inggris, Elizabeth I. Paus asketis ini pun mendukung perjuangan umat Katolik atas represi bangsawan-bangsawan Protestan di Jerman.

Memasuki 1572, kesehatan Pius V mulai memburuk. Dalam pergumulan sakitnya, ia selalu berdoa: “Ya Allahku, tambahkanlah penderitaan dan kesabaranku!” Meski sakit, laku askesenya tetap setia ia jalani. Pada 1 Mei 1572 ia wafat, dan dimakamkan di Basilika St Maria Maggiore Roma. Pada 1629, masa Paus Urbanus VIII (1623-1644), dikumpulkan banyak catatan mukjizat yang terjadi di makamnya.

Tepat seabad pasca wafatnya, 1 Mei 1672, Paus Klemens X (1670-1676) membeatifikasinya. Lalu pada 22 Mei 1712, Paus Klemens XI (1700-1721) menggelarinya Santo. Gereja merayakan pestanya setiap 30 April.

R.B.E. Agung Nugroho

HIDUP NO.13 2014, 30 Maret 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles