Rosario Plastik

561
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com “Ia harus semakin besar, tapi aku harus semakin kecil…” -Yohanes Pembaptis –

BENDA-BENDA rohani dibuat untuk membantu kerohanian manusia berkembang. Dengan kata lain, misi mereka adalah membantu kita lebih dekat dengan Tuhan. Namun, sering kita jadi lebih dekat dengan benda-benda itu daripada dengan Tuhan. Apa jadinya jika benda-benda itu dapat berbicara?

***

Hari Minggu di Kota Teopolis, ada sebuah pekan raya yang dihadiri oleh benda-benda rohani kelas atas yang luar biasa, unik, dan hebat. Semua benda-benda rohani di kota itu datang ke sana untuk melihat mereka dan menikmati akhir pekan.

Masing-masing dikelompokkan menurut jenisnya. Para lilin, salib, dan juga rosario memiliki spot sendiri untuk mengobrol. Mereka semua asik dengan kelompoknya masing-masing. Terdengar curhatan, gosip, dan bahkan penawaran di dalam pembicaraan itu.

Di antara para rosario yang berkumpul, ada sebuah rosario kecil yang terlihat sederhana. Rosario itu terbuat dari bahan-bahan daur ulang. Maniknya dari plastik, benangnya dari senar layangan, dan salibnya dibuat dari plastik-plastik keras yang dilebur.

Di antara para sosario lainnya, ia adalah rosario dengan bahan termurah yang pernah ditemukan.
“Tutu! Ayo! Sebentar lagi ia akan terlihat!” ujar kawannya.
Ya, nama rosario kecil itu Tutu. Ini adalah pekan raya pertama Tutu. Tutu dan temannya datang ke tempat ini untuk melihat Lory, idola Tutu dan juga banyak rosario lainnya. Lory adalah rosario kelas atas yang dibuat secara khusus oleh saudagar kaya penjual benda-benda rohani.

Maniknya dibuat dari batu intan dari Netherland, benangnya adalah serat emas dari Spanyol, dan salibnya… salibnya adalah yang terbaik. Ia adalah kayu zaitun dari Tanah Suci yang dilapisi emas dan platinum. Selain hebat dalam bahan, setiap manik diukir secara unik dan indah oleh sang pengrajin.

Dilindungi banyak penjaga, Lory melintas di depan Tutu dengan langkah anggunnya. Tutu melihat hal itu dan merasa kagum. “Suatu saat, aku ingin jadi seperti itu,” ujarnya spontan.

Rosario di sebelahnya melihat sinis, “Sadar diri napa? Lihat dirimu!”
Sedikit tersinggung, Tutu pergi dari situ. Dalam relung hati ia melihat kembali  dirinya sendiri. Mimpi setinggi awan tapi lain dengan kenyataan. Ia hanyalah sebuah rosario murah. Dibandingkan Lory, ia tidaklah berharga. Tutu minder.

Untuk mengusir mood buruk, Tutu berkeliling melihat-lihat pekan raya. Ada rosario yang disusun dari butirbutir kayu purba, batu giok, akik warna-warni dan manik hebat lainnya. Tutu malah semakin minder.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here