Kado Terindah

281
4.8/5 - (10 votes)

HIDUPKATOLIK.com BUTIRAN-butiran air hujan dengan lembut menyentuh atap rumahku. Sunyinya malam membuat suasana semakin tenteram. Bunyi hujan malam ini seakan menjadi seperti sebuah lagu yang mengiringiku dalam kesendirian.

Seperti biasanya sebelum tidur aku biasanya membaca Kitab Suci. Nyala lampu yang tampak tidak terang tidak mengalahkan nyala api semangatku untuk merenungkan sabda Allah. Ya, aku sudah terbiasa membaca Kitab Suci sejak aku masuk Sekolah Dasar.

Bapak selalu memberikan contoh kepadaku. Dia tidak bisa tidur sebelum membaca Kitab Suci. Aku pun juga demikian. Aku tidak bisa tidur sebelum membaca Kitab Suci. Kitab Suci seperti pedoman hidupku.

***

Ketika aku sedang asyik membaca Kitab Suci, tiba-tiba….
“Krek….krek..”
“Aduh… malangnya nasibku ini,” keluhku kecewa. Ternyata Kitab Suci kesayanganku sobek. Padahal Kitab Suci ini adalah pemberian dari bapakku dua tahun yang lalu, pada waktu ulang tahunku. Aku pun langsung menangis sejadi-jadinya. Aku tidak tahu harus buat apa. Bukan karena aku takut dimarahi bapak, tetapi karena aku benar-benar mencintai Kitab Suci ini.

Kitab suci ini sudah menemani aku selama dua tahun lebih. Untaian kata-kata di dalamnya sungguh menghidupi aku. “Ah…..aku harus bagaimana ini,” kataku sambil menangis.
“Nak….nak…., kamu kenapa?” Teriak ibuku dari jauh sambil mendekatiku.
“Ibu….Ibu…”
“Kamu kenapa, Nak?” Tanya ibuku lebih lanjut.

“Itu Bu….,” kataku sambil menunjuk kearah Kitab Suciku yang sobek.
“Ooalah…ibu pikir ada apa-apa tadi,” kata ibuku sambil memelukku.
“Bu….itu Kitab Suci aku satu-satunya,” kataku sambil menangis dengan keras.
“Nanti kita perbaiki sama-sama ya Nak,” bujuk ibuku.
“Tapi Bu…..apakah bisa diperbaiki Bu?”
“Ya…Ibu yakin pasti bisa kok. Sekarang kamu jangan menangis lagi ya…”
“Ya bu…,” jawabku sambil menyeka air mataku.

“Oya bu….Ayah kemana ya dari tadi sore kok belum ada lihat?,” tanyaku penasaran.
“Ooo Bapakmu masih kerja serabutan nak di rumah tetangga sebelah. Lumayanlah untuk beli beras nak.” jawab ibuku sambil mengelus-elus kepalaku.
“Ooo begitu Bu,” kataku singkat.
“Sudah sekarang kamu tidur dulu ya supaya besok pagi bisa bangun lebih awal,” kata ibuku sambil membaringkanku.

***

Semilir angin pagi datang kian kemari melalui jendela kamarku. Burung-burung bernyanyi sahut-menyahut seolah-olah tidak ada kesusahan di hati mereka. Begitu juga dengan matahari sudah bangun pagi-pagi mendahuluiku.

Pandanganku langsung tertuju pada Kitab Suciku yang sobek tadi malam. Hatiku pun menjadi sedih kembali. Padahal hari ini adalah hari yang sangat spesial bagiku. Hari di mana seharusnya aku menjadi sangat bahagia dalam hidupku.

Ya, hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke sebelas. Hatiku selalu dikacaukan oleh peristiwa tadi malam. Aku sudah mencoba untuk melupakannya, tetapi tetap saja aku tidak bisa. Tiba-tiba…….
“Tok…tok…”
“Nak, bangun nak. Ini sudah siang loh,” sapa ibuku seperti biasanya
“Iya Bu,” jawabku dengan nada berat.

Inilah hari pertama dalam hidupku aku bangun kesiangan. Biasanya aku selalu bangun pagi-pagi. Setelah itu biasanya aku langsung membantu ibu di dapur. Tetapi  karena peristiwa tadi malam, membuat aku seperti kehilangan semangat hidup. Aku tiba-tiba menjadi malas bangun hari ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here