Bougenville di Jantung Brescia

597
4/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com CAHAYA keemasan menjelang senja melimpahi teras rumah berarsitektur Hindu yang asri ini. Bunga bougenville magenta itu masih sama seperti dulu, indah mekar menghiasi halaman. Setelah 20 tahun, aku datang lagi di rumah ini. Aku datang ‘tuk bertemu “Bunga Bougenville”, anak gadis pemilik rumah ini.

“Selamat sore!” Sapaku. Jantungku berdebar sambil membayangkan seperti apa dia sekarang.
“Ya. Selamat sore,” seorang bapak menjawab.
“Saya Sapto Pak. Saya ingin bertemu Sekar.”
“Sekar?”
“Iya, Sekar. Cucu Bu Maruti.”
“O… Bu Maruti. Kamu belum tahu kalau dia sudah meninggal 5 tahun yang lalu? Setelah neneknya meninggal, Sekar menjual rumah ini dan saya yang membelinya.”

“Bapak tahu dimana Sekar tinggal sekarang?”
“Tak lama setelah pemakaman neneknya, Sekar pamit ke saya. Dia mau merintis karir sebagai model dan pindah ke Milan, Italia. Dia menitipkan nomor telepon dan alamatnya di Italia. Sebentar saya ambilkan.”
Pupus harapanku tuk menemuinya. Tapi, mudah mencarinya di Italia karena aku sudah lama bermukim disana kan?

***

Gereja paroki di kotaku siang ini riuh oleh murid-murid yang sedang mempersiapkan Misa pelajar buat besok. Seperti biasa, aku dan Waluyo bertugas mendekor. “Wal, kamu tahu ga cewek yang lagi latihan Mazmur itu? Cakep banget ya?”

“Kemana aja kamu selama ini? Hampir semua cowok di sekolah kita tau dia.
Namanya Sekar, siswi berprestasi SMA Negeri 1, tetangga sekolah kita. Dia jadi Gadis Sampul, bintang iklan, dan foto model. Sering bolak-balik ke Jakarta.”
“Kok aku baru tahu ya?”
“Makanya, gaulnya jangan cuma sama cat dan kanvas terus.”

Aku pandangi dia. Ga tau kenapa, mendengar suaranya yang merdu dan melihat wajahnya yang cantik, mendadak ada perasaan yang beda. “Cantik banget ya dia?”
“Waduh! Jatuh cinta pada pandangan pertama nih?”
“Mau ga ya dia kenalan sama aku?”

“Ha? Kenalan? Mimpi di siang bolong nih. Mana mungkin dia mau kenalan sama Sapto temenku dari sekolah yang kurang favorit ini, dengan tampang pas-pasan yang cuma jadi Tukang Dekor? Sudahlah, jangan berkhayal yang enggak-enggak. Daripada kamu nyesel nantinya.”

Aku terus pandangi Sekar sembari dia berjalan meninggalkan Gereja. Kecantikannya nyaris sempurna.
Aku lihat rosario tertingal di kursi petugas Mazmur. Tak salah, rosario itu milik Sekar. Aku harus kasih rosario itu ke dia. Bukankan ada alasan tuk bertemu dan kenalan dengannya?

***

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here