web page hit counter
Senin, 7 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Saling Menjaga Agar Tidak Tersesat

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM Anak muda yang tergabung dalam Antiokhia, saling menjaga agar tidak terjebak zaman.

TIGA pemudi berbaju putih dengan gambar gereja di dada, memasuki halaman parkir Sawah Resto Nologaten, Yogyakarta, Rabu, 26/12. Di dalam rumah makan tersebut sedikitnya 30 anak muda sudah menunggu. Ketika memasuki ruangan tersebut, semua kompak bertepuk tangan. 

Tawa dan canda serta jabatan tangan tak lupa mereka bagikan kepada tiga wanita yang baru saja diterima sebagai anggota Antiokhia Yogyakarta. Kaum muda itu kebanyakan berasal dari Paroki St Albertus Agung Jetis Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang, tersebut adalah anggota Antiokhia Yogyakarta.

Di rumah makan tersebut mereka menyelenggarakan reuni dan Week End Antiokhia (WEA) dari angkatan I- XXII. Selain dari Paroki St Albertus Agung, ada juga yang datang dari paroki lain. Acara ini berlangsung dalam semangat persaudaraan di mana masing-masing anggota saling membagikan pengalaman pelayanan mereka di paroki masing-masing.

Baca Juga Artikel:  PJ Walikota Bogor Siap Hadiri Pelantikan Pengurus Pemuda Katolik

Selain itu, reuni kali ini untuk memperingati 30 tahun kehadiran Antiokhia di Paroki St Albertus Agung. Tyas, seorang pengurus Antiokhia angkatan II mengatakan kelompok ini membantu kaum muda untuk lebih memahami kualitas pelayanan mereka.

Melayani, bagi Tyas, tidak saja sekadar asal orang lain merasakan sentuhan kasih, namun, melayani juga untuk menyelamatkan mereka. “Terkadang pelayanan kita di Gereja tidak menyelamatkan orang lain karena kita melayani dengan terpaksa. Semangat Antiokhia berarti menebarkan kasih Kristus kepada sesama lewat kehadiran kita. Setidaknya orang melihat kita, mereka diteguhkan,” ujarnya. 

Sementara itu, mantan Koordinator WEA Yogyakarta Edo menambahkan, Antiokhia merupakan wahana bagi kaum muda untuk mengajak kaum muda lainnya mendalami iman mereka. Usaha ini dilakukan lewat suatu persekutuan, persaudaraan, dan persahabatan.

Baca Juga Artikel:  MENGENAL LISTRIK LEBIH DEKAT MELALUI “PARENT TEACHING DAY”

Lewat Antiokhia, kaum muda belajar sadar akan panggilan mereka di dunia untuk saling menjaga agar tidak lepas dari imam kekatolikan. “Sebab banyak sekali pengaruh-pengaruh negatif di era globalisasi saat ini. Orang muda Katolik perlu saling menjaga agar bisa merasul secara bersama-sama,” ujar Edo.

Acara reuni Antiokhia ini digagas dalam semangat persaudaraan dan kasih. Kegiatan dibuka dengan menyanyikan bersama lagu Mars Antiokhia kemudian dilanjutkan sharing setiap anggota. Banyak pengalaman sedih dan bahagia diungkapkan oleh setiap anggota yang hadir.

Wibi seorang anggota Antiokhia sendiri menegaskan bahwa dirinya ikut bahagia bisa membantu seorang teman agar tidak mengikuti pacarnya yang beragama lain. Sementara itu, seorang lagi membagikan bagaimana mukjizat Tuhan terjadi dalam pendidikannya.

Program Antiokhia mulai dikembangkan pada tahun 1960 di Universitas Notre Dame, Indiana, Amerika Serikat, untuk pembinaan remaja dan mahasiswa. Tahun 1973, program ini disesuaikan bagi remaja-remaja SMU dan bersifat parokial oleh pasutri Gerry dan Mary Mandry.

Baca Juga Artikel:  PJ Walikota Bogor Siap Hadiri Pelantikan Pengurus Pemuda Katolik

Kemudian berkembang ke Eropa, Asia, dan Australia. Di Australia dikembangkan oleh pasutri Ron dan Marvis Pirolla, pada tahun 1981 di Paroki Maronbra Bay, Sydney, kemudian berkembang ke New Zealand, Fiji, Papua Nugini, dan Filipina.

Masuknya Antiokhia ke Indonesia pada tahun 1986, tepatnya pada Week End Perdana tanggal 10-12 Juli yang dipimpin oleh Pastor Peter Stoll OMI. Komunitas ini telah berkembang ke paroki-paroki di berbagai kota di Pulau Jawa, antara lain Jakarta, Bandung, Purwokerto, Cilacap, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya.

Saat ini, Antiokhia memiliki koordinator nasional, yang membawahi empat distrik. Untuk distrik Jakarta, Antiokhia terbentuk di 11 paroki, yaitu Trinitas, MBK, MKK, Kristoforus, BHK, Blok Q, Sunter, Santo Yakobus Gading, Bonaventura, BSD, dan Laurensius Alam Sutera.

 

Vincensia R. Puspita Dewi (Yogyakarta)
HIDUP NO.2 2019, 13 Januari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles