Kardinal Sesalkan Penundaan Pemilu di Nigeria

106
Komisi Pemilihan Umum Nigeria mengumumkan penundaan pemilihan presiden dan parlemen karena kendala logistik.
[Raidió Teilifís Éireann]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Kardinal Onaiyekan mengatakan banyak warga Nigeria yang telah melakukan perjalanan jauh demi memberikan suara mereka.

Sebuah lima jam sebelum pesta demokrasi Nigeria, Komisi Pemilihan Umum (KPU) negara federal ini mengumumkan bahwa pemilihan presiden dan parlemen negara itu ditunda. Pemilu Nigeria dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 16/2. Namun, KPU mengatakan ada kendala di mana materi pemungutan suara belum terkirim ke semua negara bagian. Pemilupun ditunda hingga tujuh hari yang akan datang.

Para kandidat mengecam keputusan itu dan saling menyalahkan. Partai yang mendukung penantang oposisi utama Atiku Abubakar menuduh pemerintahan Presiden Muhammadu Buhari berada di belakang penundaan ini untuk mengurangi tingkat partisipasi pemilih. Di sisi lain, Buhari mengatakan dia sangat kecewa dan mengeluarkan seruan kepada Nigeria untuk tenang selama “masa pencobaan dalam perjalanan demokrasi kita”. Ia juga menekankan bahwa pemerintahannya tidak ikut campur dalam keputusan KPU.

Uskup Agung Abuja, Kardinal John Olorunfemi Onaiyekan, mengatakan pengumuman itu mengejutkan dirinya dan sangat mengecewakan masyarakat Nigeria. “Kami bangun pagi ini dan mendengar bahwa pemilu ditunda hingga seminggu. Alasan yang diberikan masih belum jelas,” katanya seprti dikutip dari Vatican News. Sembari menunggu informasi lebih lanjut dari KPU, Kardinal Onaiyekan mengatakan banyak warga Nigeria yang telah melakukan perjalanan jauh demi memberikan suara mereka.

Terkait penyebab penundaan ini, Kardinal Onaiyekan mengatakan ia mendengar bahwa selain masalah logistik, masalah keamanan juga turut berpengaruh terutama di wilayah timur laut negara itu, di mana militan Boko Haram dikabarkan masih aktif. “Kita mengetahui semua ini lebih dari empat tahun lalu, ada banyak waktu untuk mengambil tindakan dan memastikan pemilu berlangsung. Bahkan hingga kemarin sore, KPU mengadakan konferensi pers yang disaksikan seluruh dunia dan meyakinkan mereka bahwa segala sesuatunya dalam kondisi yang baik dan bahwa kami siap untuk pemilu pagi ini,” ungkapnya.

Meski tidak yakin dengan apa yang sebenarnya terjadi antara kemarin malam, namun Kardinal Onaiyekan mengatakan, “Apapun itu, itu berita buruk bagi Nigeria.”

Bukan Berita Baru
Pada Jumat, 15/2, muncul berita bahwa 66 orang tewas dalam beberapa hari terakhir di Negara Bagian Kaduna. Namun, rincian mengenai serangan itu belum dirilis. “Salah satu masalah ialah bahwa di Nigeria orang terbunuh bukan lagi berita. Itu seperti hal yang normal,” kata Kardinal. Bahkan, tambahnya, pemerintah bahkan belum bereaksi terhadap berita tersebut. Meski demikian, mantan Ketua Konferensi Waligereja Nigeria ini mengatakan dia berharap rincian terkait penundaan ini akan terungkap untuk mencari tahu kebenarannya.

Kaduna, menurut Kardinal, telah menjadi daerah yang sangat bermasalah selama tiga hingga empat tahun terakhir. Namun, ia menyatakan kekerasan yang terjadi bukan karena ketegangan agama antara Kristen dan Muslim.

Sebagian besar masyarakat yang berasal dari Kaduna adalah orang Kristen, dan sebagian besar orang yang tinggal di tempat itu adalah Muslim Hausa Fulani. Fakta ini membuat banyak orang di Nigeria mengatakan ketika orang Kristen dan Muslim bertengkar, pertengkaran itu menjadi pertengkaran Kristen-Muslim, tanpa melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Hermina Wulohering

HIDUP NO.08 2019, 24 Februari 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here