Menara Katedral Notre Dame Berusia 860 Tahun Luluh-lantak Dilalap Api

540
5/5 - (1 vote)

Bersatu dalam Kesedihan
Dengan kejadian ini, cukup banyak pesan solidaritas dan bela sungkawa mengalir dari seluruh penjuru dunia. Para Uskup Prancis mengatakan bahwa pengaruh Notre Dame telah meluas ke luar ibukota dan bahwa hal itu akan tetap menjadi simbol utama dari iman Katolik.

Mereka juga mengundang umat Katolik di seluruh dunia untuk “menjadi batu hidup Gereja,” terutama dalam mengikuti perjalanan yang setia melalui Pekan Suci dan melihat harapan akan Kebangkitan Kristus.

Uskup Agung New York, Kardinal Timothy Dolan mengungkapkan bahwa warga kota New York ikut bersatu dalam kesedihan dengan warga Paris.

“Pekan Suci ini mengajarkan kepada kita bahwa, seperti Yesus, kematian membawa kehidupan. Meski dalam kondisi yang sekarat hari ini, kami percaya, akan membawa kebangkitan,” ungkap Kardinal Timothy di tangga Katedral St. Patrick di Manhattan.

Sementara Pemimpin spiritual Gereja Ortodoks Koptik, Paus Tawadros II dari Aleksandria juga menganggap peristiwa itu merupakan kerugian besar bagi seluruh umat manusia. Seraya menyebut Katedral Notre Dame di Paris sebagai salah satu monumen paling penting di dunia.


Christine Leigh membagikan pengalaman pribadinya yang sedemikian berkesan ketika mengunjungi Gereja Notre Dame lewat kanal youtube, dipublikasikan pada Senin (15/4).

Bertahun-tahun yang lalu, pada perjalanan pertama saya ke Paris, saya dan teman saya bangun pagi-pagi pada hari pertama kami di sana dan langsung menuju ke Notre Dame. Itu adalah hal pertama yang kami lakukan, bahkan sebelum Menara Eiffel. 

Pandangan pertama itu sangat memberikan ilham ketika kami masuk ke dalam gedung gereja. Kami seakan ternganga, belum pernah melihat bangunan sebesar itu sebelumnya dalam hidup kami.

Setiap perjalanan yang saya lakukan ke Paris, saya mencoba melihat hal-hal yang belum saya lihat, pergi ke tempat-tempat yang belum saya kunjungi. Seperti yang saya dan teman saya Laura katakan, “mengupas lapisan bawang” (peeling back the layers of the onion).

Meski begitu, di setiap perjalanan, ada tempat yang saya kunjungi setiap waktu. Mereka menyambut saya kembali seperti teman lama. Notre Dame adalah salah satu tempat itu, dan untuk beberapa alasan saya berakhir di sana beberapa kali di setiap perjalanan. Terkadang hanya untuk mengambil gambar, di siang hari atau sinar bulan.

Kadang-kadang untuk mengeksplorasi, kadang-kadang menghadiri misa, kadang-kadang untuk mendengarkan eufoni lonceng bersejarah, kadang-kadang hanya menyalakan lilin. Saya telah berbagi pengalaman selama bertahun-tahun dengan tiga teman terkasih dan dalam dua perjalanan terakhir saya, dengan putri saya.

Sementara bagian luarnya masih berdiri, saya tidak dapat memahami apa yang telah hilang di dalamnya. Saya sedang melihat-lihat gambar dan video dan menemukan yang ini selama misa. Organ bermain dan paduan suara bernyanyi.

Pada satu titik aku mendongak untuk melihat sekilas langit-langit yang sudah tidak ada lagi. Saya bersyukur telah mengalami begitu banyak kunjungan untuk bisa mengalami tempat yang menakjubkan ini. Saya berharap bahwa, entah bagaimana, gereja ini akan bangkit dari abu sehingga generasi masa depan juga akan dapat mengalami keagungannya.

 

Sumber: Vatican News/Devin Watkins;
Editor/penerjemah: Anton Bilandoro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here