Kawanua Katolik Jakarta : Bersatu Membangun Budaya dan Iman

495
Kawanua Katolik Jakarta saat merayakan Natal bersama tahun 2018.
[Dok.Pribadi]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Kawanua Katolik (Kawkat) Jakarta berpijak pada iman dan asal yang sama. Di tanah perantauan mereka dipanggil untuk bersatu menumbuhkan iman dan membangun Minahasa.

Hujan baru saja reda, Konser Musik Minahasa telah mulai. Konser yang bertajuk “Budaya Minahasa untuk Indonesia” ini berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu, 23/2. Konser yang berlangsung meriah ini berkat kerjasama Kelompok Musika Sacra Keuskupan Manado dengan Kawkat Jakarta.

Konser untuk menggalang dana dalam rangka pembangunan pusat Musik Liturgi di Keuskupan Manado. Keteribatan Kawkat merupakan upaya untuk mengambil bagian dalam membangun daerah.

Tou Kawanua
Kawkat dibentuk sebagai wadah berkumpulnya umat perantauan yang beragama Katolik asal Minahasa di Jakarta. Stevanus Rengkuan mengungkapkan, Kawkat ingin memberi sumbangan bagi kemajuan Minahasa. Di tempat ini, mereka bersatu untuk memperkenalkan Minahasa kepada dunia. “Kami memulai dari apa yang kami bisa untuk membangun dan memperkenalkan kepada masyarakat luas budaya Minahasa,” tutur umat Paroki St Kristoforus Grogol, Jakarta Barat ini.

Minahasa merupakan kawasan semenanjung yang berada di Sulawesi Utara Indonesia. Orang dari Minahasa telah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di pelbagai penjuru dunia. Penduduk Minahasa sering juga disebut Kawanua. Kata Kawanua itu sendiri dalam bahasa Minahasa berarti ‘penduduk negeri’ atau “wanua-wanua” yang bersatu atau “Mina-Esa”.

Diaspora Minahasa juga tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Sebagai orang yang memiliki asal yang sama mereka sering berkumpul dalam berbagai kegiatan. Stevanus menjelaskan, awalnya mereka sering berkumpul terutama saat mengalami duka, pesta pernikahan, Natal, dan Paskah bersama. Karena sering berkumpul maka muncul masukan, saran, dan dorongan dari berbagai pihak untuk berhimpun dalam suatu wadah yang resmi. “Wadah ini bersifat kekeluargaan dan mencerminkan semangat Tou Kawanua atau satu Kawanua serta bernafaskan iman Katolik,” ungkapnya.

Stevanus menambahkan, kelompok ini bermaksud menjadi wadah yang akan menonjolkan budaya Minahasa sebagai bagian dari kekayaan budaya lokal di Indonesia. Selain itu, tujuan kelompok ini adalah untuk mempersatukan perantauan Kawanua di Jakarta, secara khusus yang beragama Katolik. Terbentuknya wadah ini mulai mendapat titik terang saat
mereka mendapat kepercayaan menjadi panitia tahbisan Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC. “Mimpi kami yang telah lama benar-benar terwujud terwujud saat itu. Kawkat dideklarasikan tepat pada Sabtu, 26 Agustus 2017 dalam perayaan misa syukur tahbisan Uskup Manado,” paparnya.

Hingga saat ini, pengurus Kawkat terdiri atas 150 orang. Setiap orang memiliki tugasnya masing-masing. Tugas itu mulai dari penasihat, presidium yang merupakan pengurus harian, bidang karya yang terdiri atas seni dan budaya juga ada bidang kesejahteraan sosial dan pendidikan. Dalam bidang religiositas ada juga yang bertanggungjawab untuk bidang liturgi dan kerohanian.

Membangun Minahasa
Terbentuknya Kawkat pada dasarnya untuk mempersatukan diaspora Minahasa di Jakarta. Stevanus menjelaskan, upaya mempersatukan Kawanua sangat lugas diterangkan dalam moto Nos Unus Sumus yang artinya kita adalah ‘satu’. Menurutnya semboyan ini diambil dari Yohanes 17:22. Semboyan ini disesuaikan dengan semboyan Sulawesi Utara, “Torang Semua Basudara”.

“Minahasa merupakan daerah yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Untuk itu, Kawanua Katolik Jakarta harus bersatu agar dapat berbuat sesuatu untuk Minahasa. Mustahil membangun Minahasa tanpa persatuan,” tegas Stevanus. Lebih lanjut, ia menjelaskan, sejak diresmikan, Kawkat menjalankan berbagai kegiatan. Tahbisan Uskup Manado merupakan kegiatan perdana mereka.

Kini, Kawanua Katolik Jakarta melakukan kegiatan rutin seperti Natal dan Paskah bersama. Dalam kesempatan tersebut, mereka menampilkan budaya Minahasa mulai dari lagu, tarian, kuliner, pakaian adat Minahasa hingga Misa Inkulturasi.

Serangkaian bakti sosial (Baksos) dan amal juga dijalankan oleh Kawkat. Stevanus mencontohkan, mereka sebelumnya mengadakan Baksos Paroki Santa Maria Ratu Rosari Modoinding, di Kabupaten Minahasa Selatan. Mereka memilih Desa Sinisir. Di desa ini, mereka melakukan pengobatan gratis. Selain itu, mereka juga menyempatkan diri merayakan Natal bersama dan memberikan donasi bagi Panti Asuhan Sayap Kasih Woloan, Sulawesi utara.

Beberapa waktu lalu, Kawkat dipercaya oleh Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) untuk menjadi salah satu perwakilan bersama delapan suku. Hal ini berkaitan dengan penghormatan kepada Bunda Maria Segala Suku.

Nilai Luhur
Leluhur Minahasa telah mewariskan nilai-nilai yang luhur. Warisan tersebut harus dijaga dan diestafetkan. Pembina Kawkat, Ivan Pelealu mengungkapkan, hadirnya kelompok ini sebagai wadah membangun persaudaraan dan persatuan, nilai rohani, kekatolikkan, seni budaya, serta rasa kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila.

Ivan menjelaskan, di kelompok ini, mereka berusaha mengembangkan nilai-nilai leluhur Kawanua, seperti “maleos leosan” (saling berbuat baik), “masawangan sawangan” (tolong menolong), “mailek ilekan” (saling jumpa), dan “matombol tombolan he Ma zu zhang zu zhang an” (menjadi pilar yang saling mengikat dan saling menopang).

Lebih lanjut, umat Paroki St Maria Segala Bangsa, Cibubur, Bogor, Jawa Barat ini menerangkan, Kawkat hadir bukan menjadi kelompok yang tertutup pada etnis Minahasa saja, akan tetapi sebaliknya sangat terbuka dengan kelompok mana pun. “Siapa pun tidak dapat memilih untuk lahir di kelompok, suku, ras, budaya mana pun termasuk menjadi orang Minahasa. Yang ditonjolkan oleh Kawkat bukanlah etnisitasnya tetapi kekayaan Minahasa yang bisa dinikmati oleh kelompok manapun,” beber Ivan.

Kawanua Katolik Jakarta bukan sekadar tempat berkumpul, akan tetapi menjadi wadah untuk terus bertumbuh dalam iman. Kegiatan mereka lebih bernuansa budaya dan religi. Para pastor dan uskup juga seringkali memberi pencerahan bagi Kawkat.

“Kami berinisiatif supaya menjadi wadah saling mengingatkan dan mendukung dan saling berbagi karena semua yang terlibat di dalamnya berada di tanah perantauan. Kawkat berpijak pada iman dan asal yang sama. Di tanah perantauan kami dipanggil untuk bersatu menumbuhkan iman dan membangun Minahasa,” jelas Ivan.

Willy Matrona/Antonius E. Sugiyanto

HIDUP NO.12 2019, 24 mARET 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here