Buah Pikiran Kardinal Yulius untuk NKRI

182
2.3/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – “Seratus persen Katolik 100 persen Indonesia”, semboyan yang disampaikan Mgr Albertus Soegijapranata SJ di hadapan sejumlah pemuda Katolik di Yogyakarta tahun 1946 itu jadi warisan klasik. Menjadi pegangan tidak hanya para pemuda di masa perjuangan menegakkan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga bagi umat Katolik sampai sekarang. Perjuangan umat memperoleh peneguhan lewat imannya sebagai orang Katolik. Katolik dan Indonesia menjadi integral-utuh menyatu.

Buku karya Kardinal Yulius ini memberikan penjabaran sekaligus pendasaran atas semboyan warisan Uskup Mgr Albertus Soegijapranata SJ. Ketika semboyan dicetuskan Mgr Soegija, niscaya tidak sempat dijabarkan lebih jauh bagaimana pendasaran atas pilihan yang harus diambil dalam terang iman Katolik. Kardinal Yulius melengkapi semboyan Mgr Soegija dengan pemikiran dan renungannya di rumah doa Girisonta. Buku yang merupakan percikan renungan-renungan, walupun tidak sebagai sebuah tulisan yang komprehensif dan mendalam, berkat kepiawaian para editor, menjadi sebuah buku dan bahan yang bernas, runtut dan menyatu.

Buku menunjukkan kecintaan Kardinal Yulius dengan umat Katolik dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Umat Katolik Indonesia bukanlah penumpang perjalanan sejarah perjuangan menegakkan dan membangun NKRI. Umat Katolik aktif terlibat ikut mengambil bagian, termasuk mempersembahkan sejumlah pahlawan nasional dan perjuangan fisik.

Pendasaran itu tercantum dalam subjudul “Dalam Terang Iman katolik Mengamalkan Pancasila untuk Menggapai Damai Sejahtera Dunia Akhirat”. Subjudul ini titik berangkat dari percikan sekaligus tali simpul. Kata Pengantar Mgr. Suharyo, bahwa cinta tanah air adalah semangat yang diwariskan oleh para perintis Gereja Katolik Indonesia, menggaris bawahi tentang premis, narasi dan kesimpulan-kesimpulan di setiap artikel/subjudul.

Terdiri atas sembilan judul di luar Kata Pengantar, Prakata, Daftar Isi dan Daftar Dokumen, sepintas inti terletak pada materi empat judul terakhir (hal. 64-120). Namun sebenarnya, kelima judul sebelumnya merupakan introduksi historis faktual yang dimulai dari manusia menggapai kesejahteraan hidup, godaan dan kecenderungan berdosa, datangnya Sang Penyelamat dan karya penebusan lewat perjalanan iman sejak Abraham sampai pada kondisi riil saat ini (hal. 20-59). Empat judul dalam 20 subjudul menguraikan tema buku, terkait langsung kekatolikan dan perjuangan membangun NKRI dengan dasar negara Pancasila. Sebagian besar karya asli, ada beberapa subjudul yang pernah dimuat di media.

Bagi umat Katolik semua sila masih perlu disinari oleh iman Katolik, lebih-lebih cinta kasih kristiani, termasuk di dalamnya hal yang sulit yaitu mencintai musuh (hal. 66). Inilah tantangan iman Katolik, apalagi kalau ada anggota keluarga atau kita sendiri menjadi korban. Sebagai contoh, kita cenderung marah dan membenci terroris, bahkan ada perasaan ingin membalas. Tapi, demikian Kardinal yulius, kita harus mengampuni kesalahan orang lain, karena kita pun membutuhkan pengampunan yang sama dari Allah. Pancasila tidak hanya merupakan dasar untuk menggapai kesejahteraan dunia akhirat, tetapi juga acuan bagi pertobatan hati dan budi. Ketika sadar bahwa ada yang kurang sesuai dengan Pancasila, kita harus mawas diri, jangan-jangan kita harus bertobat dan memperbaiki niat dan tingkah laku kita … (hal. 73-74). Bertobat senantiasa perlu dilakukan, termasuk juga pada kesetiaan terhadap ideologi bangsa, Pancasila.

Contoh-contoh yang disampaikan menegaskan bagaimana kita sebagai orang beriman memperlakukan musuh, yang masih aktual dalam ingatan kita dan bukan contoh-contoh zaman dulu. Sekaligus contoh-contoh dan persoalan yang disampaikan, menunjukkan Bapak Kardinal mengikuti dan peduli terhadap persoalan-persoalan bangsa Indonesia. Kardinal Yulius membaca peristiwa-peristiwa bangsanya, yang juga bisa kita ikuti dalam renungan bulannya setiap Majalah Inspirasi. Lentera yang Membebaskan, terbit.

Judul : Umat Katolik Dipanggil Membangun NKRI
Penulis : Yulius Kardinal Darmaatmadja, SJ
Penerbit : Kanisius, Januari 2019
Tebal : 131 halaman

St. Sularto

HIDUP NO.10 2019, 10 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here