Veronika Ferlyn Paramba : Selalu Ada Jalan bagi yang Berkemauan Baik

244
Fe bersama anak-anak taman baca.
[NN/Dok.Pribad]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Pengrajin tenun ikat ini punya misi mulia. Ia ingin mencerdaskan anak-anak di kampungnya. Kendati tak mudah, ia percaya, doa dan usaha gigih bakal berbuah manis.

Veronika Ferlyn Paramba prihatin begitu mengetahui banyak anak di kampungnya, di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, belum bisa membaca, menulis, dan berhitung. Padahal mereka sudah memasuki usia sekolah. Kondisi itu memantik niat serta semangat Fe, sapaannya, untuk mengajarkan anak-anak keterampilan dasar tersebut.

Gadis yang saban hari berprofesi sebagai pengrajin tenun ikat itu menelurkan ide untuk membuat taman baca. Gayung bersambut, beberapa anak muda tertarik. Mereka bersedia menjadi pengajar di taman baca itu tanpa berharap imbalan. “Kami hanya ingin mempersiapkan anak-anak Waingapu menyongsong masa depan mereka,” ujar Fe, singkat.

Fe dan rekan-rekannya kemudian mengunjungi rumah-rumah penduduk. Mereka membujuk orangtua untuk mengizinkan anak-anak mereka berkegiatan bersamanya. Setelah persiapan selama enam bulan, Taman Baca Hammu Wangu berdiri pada 18 September 2018. Hammu Wangu berasal dari bahasa Kambera (Sumba Timur), yang berarti: mau baik. “Dengan nama ini saya berharap taman baca ini dapat menginspirasi anak-anak Waingapu untuk menjadi anak yang baik dan mampu mengembangkan potensi di dalam diri mereka,” jelas Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.

Donasi Buku
Taman baca itu semula tak memiliki satu buku pun yang tersimpan di rak atau lemari penyimpanan. Ketiadaan itu tak berarti menghilangkan kegiatan di sana. Fe bersama rekan-rekannya mengajarkan anak-anak pelajaran sekolah, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Buku yang digunakan adalah buku pelajaran sekolah. Aktivitas ini berlangsung pada sore hari.

Selang beberapa bulan, Taman Baca Hammu Wangu mulai mendapat donasi buku dari sejumlah penderma, antara lain: Buku Bagi NTT, Alumni Van Deventer Mass Stichting (VDMS), Komunitas Ruang Baca Semarang, dan beberapa donatur dari Jakarta. Saat ini, Hammu Wangu sudah memiliki sekitar 121 judul buku. Sumbangan buku dari sejumlah komunitas maupun personal terus mengalir kepada mereka sampai sekarang.

Dalam mengelola taman baca, sulung dari tiga bersaudara ini dibantu sembilan relawan. Lima di antara mereka adalah mahasiswa Universitas Kristen Wira Wacana Sumba (Unkriswina). Fe berusaha membuat taman baca yang ramah anak. Hal ini agar anak-anak rajin datang ke taman baca dan kegiatan di sana bisa terus berdenyut.

Anak-anak dikelompokkan sesuai kelas. Mereka dibimbing oleh seorang mentor. Mereka memanggil para fasilitator dengan sebutan kakak. Anggota tetap taman baca hingga saat ini berjumlah 68 orang berusia 3-14 tahun. Dari jumlah tersebut, 30 orang merupakan peserta aktif yang selalu hadir pada setiap pertemuan.

Tiga kali dalam sepekan ada kegiatan di Hammu Wangu. Tiap Senin ada kelas membaca, berhitung, dan menulis. Saban Jumat berlangsung pelajaran bahasa Inggris, sementara Sabtu ada kelas menabung dan kreatif. Seluruh kegiatan ini berlangsung mulai dari pukul empat hingga enam.

Pada kelas menabung, anak diajak mengumpulkan uang mulai dari Rp 200. Tabungan itu akan mereka gunakan untuk membeli perlengkapan sekolah pada awal semester. Langkah ini untuk meringankan pengeluaran orangtua. Sedangkan di kelas kreatif anak diajarkan membuat kerajinan tangan dari bahan bekas atau sampah plastik. Karya anak-anak itu kemudian dijual lalu hasilnya untuk biaya sekolah.

Motivasi Pribadi
Suatu hari, ada seorang siswa kelas 3 SD yang mendatangi Fe. Nama anak itu adalah Umbu Bintang. Ia kelas tiga tapi belum bisa membaca. Kendati demikian, ia tak pernah absen mengikuti kegiatan di taman baca.

Umbu Bintang pernah bertanya kepada Fe, “Apakah Kak Fe bisa membantu saya agar bisa naik kelas?” Mendengar permintaan polos anak itu, Fe langsung memeluk Umbu Bintang. Ternyata anak itu ingin seperti teman-temannya yang bisa juara. Sayangnya, Umbu Bintang itu belum lancar membaca.

Putri sulung pasangan Ferdinandus Lara Paramba dan Maria Fransiska Kareri Ala ini bertekad membimbing anak itu agar bisa membaca. Ketekunan dan semangat juang Umbu Bintang membuahkan hasil menggembirakan. Anak yang sebelumnya malas pergi ke sekolah karena belum mengerjakan PR, seiring waktu menjadi siswa yang getol ke sekolah.

Setelah menerima laporan hasil belajar (rapor) Umbu Bintang berlari ke rumah Fe. Ia memeluk “ibu guru”-nya itu seraya mengucapkan terima kasih karena mendapat nilai yang bagus. Air mata Fe pun menggenangi pelupuk matanya.“Semangatnya belajar menjadi motivasi saya untuk terus mendedikasikan hidup saya untuk pendidikan anak-anak Sumba Timur,” tekad perempuan kelahiran Waingapu, 8 Februari 1993 ini.

Pengagum St Theresa dari Kalkuta ini ingin membuka kelas menenun agar anak-anak ikut terus melestarikan budaya nenek moyang. Selain itu, alumna SMAN 1 Waingapu ini ingin membangun sebuah rumah permanen untuk anak-anak belajar saban sore. “Selama ini kami terus berpindah tempat karena belum mempunyai rumah. Membuka kelas belajar untuk anak-anak yang putus sekolah dan membuka kelas inspirasi untuk anak-anak disabilitas juga merupakan cita-cita saya,” ujar penggemar penyanyi asal Inggris, John Lennon, ini.

Tak Sia-sia
Selain giat dalam bidang pendidikan, Fe menaruh perhatian khusus dengan masalah lingkungan, terutama sampah. Ia prihatin dengan minimnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah plastik. Maka, bersama para relawan taman baca, Fe mendatangi rumah warga untuk mensosialisasikan bahaya dan manfaat sampah plastik.

Membangun kesadaran bagi banyak orang tak mudah dan butuh waktu yang panjang. Kendati demikian, Fe terus berusaha untuk menyuntikan virus positif bagi masyarakat di kampung halamannya. Umat Paroki Sang Penebus Wara Waingapu, Keuskupan Weetebula ini percaya kekuatan usaha serta harapan. “Dengan kekuatan doa, semangat, dan kerja keras, saya yakin perjuangan saya akan membuahkan hasil. Saya percaya selalu ada ‘hadiah’ untuk orang-orang yang melayani sesama dengan tulus, ”ujarnya.

Sebab, lanjut Fe, dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, amat jelas pesan yang terkandung di sana. “Karena itu saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.’ (1 Kor. 15:58)

Ivonne Suryanto

HIDUP NO.13 2019, 31 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here