Kemandirian Gereja Kepulauan

198
Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC (tengah), bersama Murad Ismail pada acara Launching Sinode III Keuskupan Amboina.
[NN/Dok.Pribadi]
3/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Keuskupan Amboina tahun ini mengadakan Sinode III. Tema pembaharuan diri dan pelayanan menuju Gereja mandiri menjadi pesan bersama dalam sinode ini.

Gerak langkah pastoral Keuskupan Ambon dari tahun ke tahun terus mengalami perubahan. Tanggal 25 Juni 1981, untuk pertama kalinya diadakan sinode di keuskupan kepulauan ini. Sinode itu dibuka oleh Gubernur Maluku Hasan Slamet. Sinode II dilaksanakan pada 9-18 September 2004 dan kala itu dibuka oleh Gubernur Karel Albert Ralahalu. Tahun ini, Keuskupan Ambon mengadakan Sinode III yang akan berpuncak pada 9-15 September 2019 mendatang.

Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC mengatakan, akan ada banyak hal yang dibahas dalam Sinode III ini. Tetapi pada dasarnya temanya menyasar pada kehidupan nyata umat di Keuskupan Amboina. Maka tema Sinode III adalah, “Membaharui Diri dan Pelayanannya di Maluku dan Maluku Utara Demi Perwujudan Dirinya sebagai Gereja yang Mandiri.”

Berjalan Bersama
Merefleksikan tema ini, Mgr Mandagi menggarisbawahi semangat yang dihidupi Gereja Keuskupan Amboina. Menurutnya dalam pertemuan, sharing, evaluasi bersama umat nanti ada rekomendasi-rekomendasi yang berkaitan dengan kebijakan Gereja. “Memang hasil sinode bukan mewajibkan uskup untuk melaksanakan hasil sinode itu sendiri tetapi bisa membantu saya melaksanakan tugas penggembalaan khususnya dalam kaitan dengan kebijakan pastoral dan legislatif Gereja,” ujar Mgr Mandagi.

Terkait Sinode III ini, pada Sabtu, 4/5, Gubernur Maluku, Murad Ismail telah me-launching Road to Sidang Sinode III di Catholic Center Ambon. Launching road itu diawali dengan pemukulan tifa oleh gubernur didampingi Wakil Gubernur Barnabas Orno, Mgr Mandagi, Sekretaris Kota Ambon AG Latuheru, Ketua MUI Abdullah Latuapo, dan Ketua Persatuan Gereja-Gereja Indonesia Maluku, John Ruhulessin.

Dalam sambutannya, Murad mengakui dirinya begitu bahagia karena baru beberapa minggu dilantik langsung diundang secara resmi membuka sidang Sinode III ini. Ia mengatakan, semangat sinode ini tentu saja dalam kerangka semangat persaudaraan. Selain itu, Murad, meyakini hasil rekomendasi dari Gereja Katolik akan sangat membantu pemerintah Maluku dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada masyarakat.

“Peran Gereja dan pemerintah tidak bisa dipisahkan. Dalam banyak hal dua institusi ini saling bekerjasama. Tidak bisa mengatakan pemerintah berjalan sendiri tanpa peran tokoh-tokoh agama. Tetapi Gereja atau agama bisa berjalan sendiri tanpa bantuan pemerintah. Karena itu pemerintah sangat membutuhkan Gereja,” ujar Murad.

Diakhir sambutannya, Murad mengapresiasi dan berharap Sinode III ini dapat berjalan dengan baik. “Sidang sinode sebagai sarana menyerap berbagai aspirasi masyarakat khususnya umat Katolik dalam rangka membangun kehidupan bergereja yang lebih baik di keuskupan,” ujarnya.

Murad bersama wakilnya Orno juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat Maluku dan umat Katolik atas dukungan dan doa, sehingga keduanya dilantik oleh presiden pada 24 April lalu. “Pemerintah berharap ada dukungan dari masyarakat untuk memimpin pemerintahan ini kedepan termasuk juga dengan umat katolik,” harapnya.

Di tempat yang sama, Ketua Panitia Sinode III Titus Renwarin menambahkan, Launching Road Sinode III ini sebagai bentuk sosialisasi sekaligus ajakan partisipasi kepada seluruh masyarakat khususnya umat Katolik agar bangkit bersama uskupnya mendiskusikan ragam permasalahan dalam kehidupan.

“Dengan sinode ini, kita mencari solusi bersama demi kemajuan dan kesejahteraan seluruh umat. Sinode adalah wadah di mana umat bisa memberikan masukan, kritikan, dan harapan untuk Gereja,” ujar Titus.

Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: Jacob Ngobut (Ambon)

HIDUP NO.20 2019, 19 Mei 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here