Hidup Adalah Misi dan Berkat

109
Paus Fransiskus (paling kanan) memimpin Misa Hari Misi Sedunia di Basilika St Petrus, Vatikan, Minggu, 20/10.
[Dok. Daniel Ibáñez/CNA]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Perayaan Hari Misi Sedunia bermula pada tahun 1926 ketika Paus Pius XI memutuskan bahwa Gereja membutuhkan hari khusus untuk berdoa bagi para misionaris.

Setiap orang yang mengaku dirinya adalah pengikut Kristus dipanggil untuk menjadi seorang misionaris, membagikan kabar baik tentang keselamatan di dalam Kristus dan membentuk kemuridan, bukan untuk diri sendiri atau saudara seiman, melainkan bagi Kristus sendiri. Itulah perkataan Paus Fransiskus kepada umat yang menghadiri Misa Hari Misi Sedunia di Basilika Santo Petrus, Vatikan, pada hari Minggu, 20/10.

Terlihat lusinan peserta dari Sinode para uskup untuk Amazon turut bergabung dengan Paus. Banyak dari mereka mengenakan hiasan kepala khas Amazon dengan wajah dicat dipadu pakaian tradisional.

Perayaan Hari Misi Sedunia bermula pada tahun 1926 ketika Paus Pius XI memutuskan bahwa Gereja membutuhkan hari khusus untuk berdoa bagi para misionaris, dan untuk memperbarui komitmennya pada misi. Kemudian ditetapkan Hari Misi Sedunia yang dirayakan setiap Minggu kedua terakhir pada bulan Oktober, di seluruh dunia. Perayaan ini sebagai tanda dukungan dan solidaritas untuk gerakan misi dan misionaris di mana pun.

Pada kesempatan ini, Paus Fransiskus memilih untuk merefleksikan tiga kata dari bacaan hari Minggu itu, di mana ada tiga kata yang menurutnya menarik, “Kata benda, kata kerja, dan kata sifat”. Pertama, kata benda “gunung”. Bagi Paus “gunung” adalah tempat favorit Allah untuk bertemu umat manusia dan untuk mempersatukan manusia dengan Bapa. “Misi dimulai di gunung dengan menimbulkan pertanyaan, apa yang benar-benar penting dalam hidup saya? Ke puncak manakah aku ingin naik?”

Kedua, Paus memilih kata kerja “naik”. Ini berarti untuk bertemu Tuhan, manusia harus naik demi melawan gaya gravitasi yang disebabkan oleh egoisme. Bergerak naik membutuhkan usaha. Paus mengembangkan metafora pendakian gunung untuk mengungkapkan rahasia misi mewartakan Kerajaan Allah.

Ketiga, adalah “semua”. Nabi Yesaya berbicara tentang semua orang, yang diulang dalam Mazmur; Allah menginginkan semua orang untuk diselamatkan, tulis Santo Paulus. Paus menjelaskan, ketika Tuhan menggunakan kata semua berarti tidak ada yang dikecualikan dari hati-Nya. Setiap orang adalah harta yang berharga, dan makna hidup hanya ditemukan dalam memberikan harta ini kepada orang lain. “Naik gunung untuk berdoa bagi semua orang dan turun gunung untuk menjadi hadiah bagi semua.”

Maximum Illud
Sebelum mendaraskan Doa Malaikat Tuhan setelah Misa, Paus mengenang peringatan 100 tahun Surat Apostolik Paus Benediktus XV tentang misi, Maximum Illud. Surat itu dilatarbelakangi oleh keyakinan pendahulunya, tentang perlunya meluncurkan kembali semangat misioner Gereja di dunia. Surat Apostolik itu memanggil umat Katolik, untuk mengatasi godaan dari sikap individualisme dan setiap bentuk pesimisme pastoral. Tujuannya adalah membuka diri kepada kebaruan Injil yang menyenangkan.

Globalisasi tampaknya menekankan tentang homogenisasi dan perebutan kekuasaan, yang melahirkan konflik serta menghancurkan bumi. Globalisasi kadang gagal dalam menciptakan solidaritas dan rasa hormat terhadap perbedaan. Dalam situasi ini, umat Katolik harus menjadi murid misionaris yang membagikan Injil dengan kerendahan hati dan rasa hormat. Paus meminta umat Katolik untuk berkomitmen pada upaya baru untuk menyatakan kabar baik tentang kasih Yesus. Umat Katolik diharapkan terus berusaha mengalahkan dosa, dan membawa harapan untuk mengalahkan ketakutan, serta menciptakan persaudaraan yang mengalahkan permusuhan. “Hidupmu adalah misi yang berharga,” tandasnya seperti diberitakan www.vaticanews.va, (20/10).

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.43 2019, 27 Oktober 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here