Merawat Persahabatan

167
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Thailand minggu lalu bukanlah kunjungan pastoral biasa. Di antara kedua negara, Vatikan dan Kerajaan Thailand, telah terjalin hubungan yang harmonis sejak lama. Kujungan ini mengingatkan kita akan kunjungan Paus Yohanes Paulus II (YP II) sebelumnya ke “Negeri Gajah Putih” tersebut. YP II 35 tahun lalu datang ke Thailand. Begitupun sebaliknya. Raja-raja Thailand melakukan kunjungan ke Vatikan, yakni kepada Paus Leo XIII (1897), kepada Paus Pius XI (1934), dan Paus Yohanes XXIII (1960).

Maka, ketika menginjakkan kaki di salah satu monarki tertua di dunia ini, Paus Fransiskus disambut dengan karpet merah dan dentuman meriam. Sambutan yang meriah, walau jumlah umat Katolik hanya 0,5 %. Paus tak menyianyiakan kesempatan ini untuk bertemu dengan otoritas setempat, Raja dan Perdana Menteri Thailand, maupun pemimpin rohani tertinggi Agama Buddha di Thailand, Ariyavongsagatayana.

Perjumpaan ini bertujuan untuk meneguhkan kembali persahabatan dan melanggengkan keharmonisan relasi di antara kedua belah pihak. Persahabatan tidak hanya antara kedua negara, tetapi juga antara umat Katolik dan umat Buddha di seluruh dunia. Kedua pemimpin menyadari, betapa pentingnya terus menenun dan merawat tali persahabatan dan persaudaraan sejati antar umat manusia, di tengah ancaman konflik dan tantangan membangun peradaban yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

“Persahabatan yang dalam dan langgeng, bersama-sama datang dengan semangat saling pengertian sejati dan kemitraan yang setara,” ujar Ariyavongsagatayana IX kepada Paus Fransiskus. Perkataan ini kemudian disambut Paus asal Argentina itu dengan berkata, “Budaya perjumpaan bukan hanya dalam umat kita tetapi juga di dunia kita, yang begitu rawan terhadap terciptanya konflik dan pengucilan.”

Paus Fransiskus, sejak terpilih menjadi pemimpin tertinggi umat Katolik di seluruh dunia, terus bergerak dan menyuarakan pentingnya persahabatan antarumat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Awal tahun 2019 ini, saat ia berkunjung ke Uni Emirat Arab, mengingatkan kita kembali akan pertemuan persahabatan abadi antara Sultan Al-Malik dengan Fransiskus Assisi sekian ratus tahun lalu. Saat itu, situasi dunia juga juga sedang tidak kondusif. Di Abu Dhabi, Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Shyeik Ahmed Al-Thayyeb, menandatangai sebuah dokumen bersejarah yang disebut sebagai “Deklarasi Abu Dhabi”, “Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama”. Deklarasi ini meneguhkan kembali persahabatan antara umat Katolik dan Muslim di dunia.

Dunia kini tengah manghadapi ancaman serius, sebagaimana disinyalir Paus Fransiskus. Oleh karena itu, langkah-langkah strategis dan bergandengan tangan dengan semua pihak yang berkemauan baik harus dilakukan. Tidak hanya di level para pemimpin, tapi harus sampai ke akar rumput. Teladan yang ditunjukkan Paus Fransiskus, Imam Besar Al-Azhar, Ariyavongsagatayana IX perlu gulirkan dalam aksi konkret. Meningkatkan kualitas persahatan yang sudah baik dan merintis jalan perjumpaan dengan semua pihak yang belum saling mengenal.

HIDUP NO.49 2019, 8 Desember 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here