SAATNYA TURUN GUNUNG

240
Mahasiswa berdiskusi di “Campus Corner” di Kampus Atma Jaya Semanggi, Jakarta. (Dok. Atma Jaya)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM Enam puluh tahun Atma Jaya dirayakan secara lain. Kendati begitu, semangat dan cita-cita perjuangan tetap sama, demi mencerdaskan bangsa, untuk Tuhan dan Tanah Air.

TAHUN ini, perayaan ulang tahun ke-60 Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya terasa berbeda. Perayaan dari rumah masing-masing karena pandemi Covid-19. Kemeriahan acara yang biasanya butuh kehadiran bersama, kini diwujudkan lewat daring. Perayaan Ekaristi juga diadakan secara online yang dipersembahkan Romo Hardijantan Der-mawan, Romo Yogo Prasentianto, dan Romo Daniel Makbalin.

Hal lain yang tak biasa adalah Refleksi Karya Pimpinan Atma Jaya Rabu, 3/6/2020. Kegiatan yang diikuti 200-an orang ini juga dilakukan lewat aplikasi Zoom. Pengantar refleksi disampaikan Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo. Provinsial Serikat Jesus, Romo Petrus Sunu Hardiyanta, SJ membawakan materi bertema “Tiga Daya Jiwa”. Diharapkan, setiap insan Atma Jaya bisa menemukan visi personal untuk mewujudkan visi institusi. Meski lewat daring, para peserta refleksi terlibat aktif. Mereka mendengar dengan saksama ha-rapan Romo Sunu agar bisa menemukan inovasi fundamental untuk transformasi manusia Kristiani, unggul, profesional, dan peduli.

Kegiatan yang baru saja digelar adalah pelantikan dan serah terima jabatan Wakil Rektor I, Wakil Rektor IV, Dekan Fakultas Pendidikan dan Bahasa, Dekan Fakultas Teknik, Kepala Lembaga Penjaminan Mutu, dan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada Selasa, 2/6/2020. Pertama kalinya, pelantikan dan serah terima jabatan ini dilakukan secara online.

Turun Gunung

Atma Jaya lahir ketika usia Republik Indonesia belum genap 15 tahun, yaitu 1 Juni 1960. Pada zama itu, masih sedikit sekali orang yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Itulah sebabnya masa-masa itu penuh dengan upaya “mencerdaskan bangsa” yang menjadi cita-cita utama dan tujuan kemerdekaan.

Lewat 26 cendekiawan, Gereja Katolik bertekad untuk turut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Dengan modal lima ratus ribu, tekad itu terwujud dalam pendirian Unika ini sebagai persembahan kepada Tuhan dan Tanah Air. Kelahiran sengaja dipilih tanggal 1 Juni karena bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila.

Diawali dengan dua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) dan Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi. Kini Atma Jaya memiliki 20 program Sarjana dan 11 program Pasca Sarjana, serta empat Prodi Profesi. Bahkan tahun 2020, Fakultas Teknobiologi menjadi yang pertama di Indonesia.

Hingga kini, Unika Atma Jaya telah meluluskan sekitar 50 ribu sarjana. Mereka menyebar ke seluruh penjuru Tanah Air sebagai dokter, insinyur, pengacara, ekonom, psikologi, guru, dosen, peneliti, manager, direktur, dan beragam profesi lain. Bahkan, beberapa dosennya pernah menjadi pejabat publik hingga level menteri di negeri ini hingga saat ini.

Berbagai penghargaan diraih. Di antaranya, menjadi salah satu dari Indonesian Best 50 Promising Universities; Juara Umum PTS Bersih Narkoba 2014; PTS Unggulan 2012 dan 2013.

Mantan Rektor Atma Jaya, J. Riberu dalam acara Sarasehan Lustrum XII Atma Jaya, Maret 2020 mengingatkan, agar seluruh keluarga besar Atma Jaya bangga atas pencapaian ini. “Atma Jaya perlu turun gunung melihat mereka yang menderita dan tak berdaya. Atma Jaya harus hadir ketika insan perguruan tinggi yang lain tak bisa menyapa mereka yang lemah. Atma Jaya harus terus mampu menghasilkan lulusan yang diandalkan tidak saja dalam hal intelektual tetapi berhasil menciptakan pribadi manusia yang utuh untuk Tuhan dan Tanah Air,” ujarnya.

Yusti H. Wuarmanuk

 

Edwin Soeryadjaya Anggota Dewan Penyantun Unika Atma Jaya, Jakarta

“WALAUPUN diperingati secara virtual, perayaan ini sangat berkesan bagi saya. Hal utama yang harus dipertahankan adalah menumbuhkembangkan tujuan mulia para pendiri untuk masa depan Atma Jaya. Saya yakin, tujuan tersebut pasti akan tercapai, selama semua orang terkait dan bertanggung jawab. Dalam pengelolaannya, Atma Jaya tetap mengandalkan Tuhan. Congratulations, wishing years of success, God bless Atma Jaya.”

Thomas Suyatno Rektor (1995-1999)

BRAVO dan proficiat 60 tahun Atma Jaya dalam mengabdi Tuhan dan Tanah Air. Menyongsong era normal baru, Atma Jaya harus mengadakan revitalisasi, redinamisasi, dan transformasi total, baik di bidang akademik maupun nonakademik.”

Lukas Dosen/Ketua Alumni Leuven Indonesia

“SAYA menyelesaikan studi di Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung dan lulus dengan predikat cum laude. Meski pemalu, dan belum terbiasa berdiri di depan umum, mencoba melamar menjadi dosen. Ternyata, Unika Atma Jaya menjadi tempat kerja pertama dan hingga saat ini masih berada di sini selama 25 tahun. Kemudian mendapatkan beasiswa penuh untuk program Master of Artificial Intelligence di Universitas Leuven, Belgia, 1997.

Di Atma Jaya, saya merasa disambut dan diterima apa adanya. Keterbatasan fisik tidak menghalangi karier, untuk studi lanjut, melakukan penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. Beberapa jabatan dari kepala laboratorium, ketua program studi, wakil dekan, kepala Pusat Komputer, pernah dipercayakan pada saya.

Unika Atma Jaya adalah rumah. Civitas academica adalah orang-orang yang telah turut menjadi bagian penting dalam hidup. Atma Jaya telah mendukung saya dalam susah maupun bahagia, agar agar tidak terkulai.”

Maria Elizabeth Winata Mahasiswa disabilitas Fakultas Pendidikan dan Bahasa

“KULIAH di Prodi Bimbingan Konseling membantu saya meningkatkan kepercayaan diri dan keterbatasan yang saya miliki. Bimbingan dan dukungan dari setiap dosen membuat saya semakin menyadari potensi saya dalam mengajar maupun dalam melakukan konseling.

Selain itu, semua ilmu yang dipelajari amat lekat kaitannya dengan diri saya, sehingga saya dapat menganalisis dan menemukan cara terbaik untuk membantu menyelesaikan masalah secara mandiri. Atma Jaya adalah tempat yang ramah untuk penyandang disabilitas, yang ingin terbuka dan menyesuaikan diri. Cara pendampingan terhadap disabilitas dapat menjadikan kaum disabilitas diterima sebagai manusia yang utuh.”

Mediatryx W. Long Dokter penerima Beasiswa Dokter Untuk Indonesia Timur (DUIT)

“SAAT ini saya bertugas di RS Hati Kudus Langgur, Maluku Tenggara. Saya bersyukur bahwa melalui program DUIT, saya boleh menjadi bagian dari keluarga Fakultas Kedoteran Atma Jaya. Saya yakin perhatian Atma Jaya adalah perpanjangan tangan cinta Tuhan bagi para mahasiswa. Pembentukan karakter dan keilmuan dari para dosen yang luar biasa, membuat saya merasa bersemangat menempuh pendidikan di Unika Atma Jaya.”

Gmelina Yusliani Mahesa Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi

“SAYA memilih Atma Jaya karena merupakan kampus terbaik di Jakarta. Atma Jaya sangat menjunjung tinggi toleransi, mahasiswa yang belajar pun beragam dari Sabang sampai Merauke. Saya nyaman dengan lingkungan yang multikultural, sehingga saya tidak khawatir berkuliah. Satu hal yang saya sangat kagum dengan Atma Jaya, walaupun kampus ini merupakan kampus Katolik namun kampus ini menyediakan mushola untuk kami yang beragama Muslim. Atma Jaya selalu mengajarkan pentingnya toleransi di dalam keberagaman.”

HIDUP NO.24, 14 Juni 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here